Pasangan Prabowo-Jokowi Dinilai Diembuskan Pihak Tak Ingin Kehilangan Kekuasaan
Presiden Jokowi berbicara kepada wartwan pada H-1 penikahan putrinya Kahiyang Ayu. (MP/Win)
MerahPutih.com - Wacana duet pasangan Prabowo dan Joko Widodo (Jokowi) sebagai pasangan presiden dan wakil presiden di Pemilu 2024 mengemuka ke publik.
Founder Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai, munculnya wacana duet tersebut untuk mencari alternatif model lain. Salah satu tujuannya agar Presiden Jokowi tetap berkuasa.
Hal ini dilakukan karena kaum oligarki belum siap untuk meninggalkan kekuasaan mereka ketika Jokowi tak lagi menjadi presiden.
Baca Juga:
Jokowi Perintahkan Prabowo Buat Masterplan Pertahanan Negara di Pulau Terluar
Kemudian wacana ini menjadi santer pembicaraan atau percakapan ruang publik atau masyarakat.
"Lalu melihat sejauh mana respons masyarakat dengan narasi duel maut tersebut,” jelas Pangi kepada wartawan yang dikutip di Jakarta, Minggu (18/9).
Menurutnya, tawaran tersebut justru merendahkan wibawa dan martabat Jokowi yang pernah menjadi presiden dua periode. Namun, tentu saja kembali kepada Presiden Jokowi.
“Saya termasuk mazhab yang enggak yakin Jokowi mau untuk digandeng menjadi wakil presiden Prabowo,”paparnya.
Lalu, belum ada jaminan bahwa duet Prabowo-Jokowi diprediksi bakal mulus melenggang ke kursi Istana.
Menurutnya, kalau ke depan approval rating terhadap Presiden Jokowi trennya terus turun, maka citra elektabilitasnya ada kemungkinan redup.
Artinya, tingkat kepuasan terhadap kinerja Presiden Jokowi terjadi fluktuasi dan dinamis ke depannya.
Baca Juga:
Momen Prabowo Dampingi Jokowi Salurkan Bansos hingga Temui Nelayan
Ada kemungkinan figur Jokowi tidak lagi sepopuler ketika maju pada Pemilu 2014 dan Pemilu 2019.
“Jangan lupa perilaku pemilih Indonesia itu juga akan kemungkinan jenuh, stagnan, mereka rindu figur-figur yang lebih segar, populis, dan membawa harapan baru di dalam visi capresnya,”tutur dia.
Pangi yakin, konsekuensi dari Pilpres 2019 menimbulkan dampak kerusakan nyata terhadap tatanan politik kebangsaan Indonesia.
“Menggoreng politik identitas dijadikan sebagai komoditas politik dan polarisasi isu yang terbukti merobek tenun kebangsaan Indonesia raya,” tegas Pangi Syarwi.
Dia mengingatkan dari basis segmen pemilih, Prabowo dan Jokowi mereka juga berbeda ceruknya.
"Logika sederhananya, bagaimana menyatukan basis dukungan mereka yang dulu sempat terbelah," ucap dia.
Bahkan, polarisasi dan keterbelahannya menyebabkan luka yang cukup menganga.
"Mengingatkan kita kembali soal Pilpres 2019 adalah pemilu paling buruk dalam sejarah Indonesia,” tutup Pangi Syarwi Chaniago. (Knu)
Baca Juga:
Gerindra Buka Opsi Jokowi Jadi Cawapres Prabowo
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Prabowo Minta Korban Ledakan SMA 72 Wajib Jadi Prioritas Nomor Satu
[HOAKS atau FAKTA]: Puan Maharani Gandeng Anies Baswedan di Pilpres 2029, Pede Bisa Raih 68 Persen Suara
Bukan Oppa K-Pop! Ternyata Inilah Idola Utama Presiden Prabowo Subianto dari Korea Selatan
Prabowo Bantah Takut dengan Jokowi, Minta Rakyat Hormati Mantan Presiden
Prabowo Mau Borong 30 Rangkaian KRL, Jumlah Penumpang Diprediksi Tembus 400 Juta Orang
Prabowo Mau Bayar Utang Whoosh Pakai Uang Sitaan Korupsi, Ekonom: Enggak Bakal Cukup!
Respons Kecelakaan KA Bangunkarta, DPR Ingatkan KAI Target Zero Accident dari Prabowo
Prabowo Mau Tambah Rangkaian KRL, Waktu Tunggu Jadi Lebih Pendek di Jam Krusial
Ternyata, Prabowo Andalkan Duit dari Sini untuk Alokasi Bayar Utang Whoosh
Prabowo Alokasikan Rp 5 Triliun untuk Tambah 30 Rangkaian KRL, ini Respons Komisi V DPR