Nenjrag Bumi Ritual Perkenalan Bayi pada Alam Semesta


Dalam budaya adat Sunda, Jawa Barat memiliki tradisi yang dinamakan Nenjrag Bumi dalam menyambut kelahiran seorang anak. (freepik/kamranaydinov)
TAHUN telah berganti dan zaman kian modern. Tapi jangan lupakan kenyataan bahwa Indonesia kaya akan khazanah budaya yang diharapkan tidak lekang oleh waktu.
Bahkan, Indonesia memang memiliki tradisi unik dalam menyambut kelahiran bayi. Kelahiran seorang bayi disambut dengan perayaan sebagai wujud suka cita orang tua atas kelahiran buah hati mereka.
Baca Juga:

Indonesia yang kaya adat, tradisi, dan budaya, nyatanya juga diikuti para beberapa orang tua untuk melakukan upacara kelahiran anak. Upacara kelahiran ini dilakukan untuk menghormati leluhur dan rasa syukur atas kelahiran Si Kecil.
Di setiap daerah memiliki tradisi kelahiran bayi dengan keunikannya tersendiri. Termasuk di dalam budaya dan adat Sunda, Jawa Barat. Mereka memiliki tradisi yang dinamakan Nenjrag Bumi dalam menyambut kelahiran
seorang anak.
Nenjrag Bumi merupakan salah satu ritual tradisi pada upacara adat khas Sunda yang dilakukan kepada anak bayi dengan tujuan agar kedepannya sang anak tidak gampang ketakutan dan gampang kaget. Disinyalir, tradisi ini memang sudah turun temurun dilakukan dimulai dari leluhur masyarakat adat Sunda.
Leluhur masyarakat adat Sunda sudah menyiapkan generasi penerusnya untuk menjadi sosok tangguh dan pemberani melalui salah satu ritual yang diwariskannya. Sehingga generasi penerusnya diberikan kesejahteraan dan keselamatan di dunia dan akhiratnya.
Tradisi dan ritual nenjrag bumi ini sangat mudah dilakukan. Terdapat dua cara ritual dalam nenjrag bumi ini. Pertama, ritual ini dilakukan dengan cara meletakkan sang bayi di pelupuh. Pelupuh adalah alas yang terbuat dari bambu yang di belah-belah. Selanjutnya, indung (dalam bahasa Sunda yang berarti ibu) menghentakkan kakinya ke pelupuh bambu tersebut. Menghentakkan kaki pun harus sebanyak tujuh kali.
Baca Juga:
Moana, Upacara Menyambut Kelahiran Bayi Suku Pamona di Sulawesi

Cara kedua, bayi diletakkan di lantai beralaskan pelupuh bambu. Selanjutnya, memukulkan alu ke Bumi di dekat bayi. Alu merupakan pasangan dari lumpang, yang merupakan alat untuk menumbuk padi dan biasanya berupa selongsong kayu. Cara memukulkan alu dalam nenjrag bumi harus sebanyak tujuh kali hentakan.
Mulanya tradisi ini dilakukan diatas tanah, bayi diletakkan di atas pelupuh bambu fungsinya agar tidak kotor. Namun kini, seringkali nenjrag bumi dilakukan lebih modern yaitu di atas lantai.
Mengapa harus di atas tanah? Karena sebenarnya nenjrag yang berarti menghentakkan kaki harus dilakukan di tanah yang merupakan bumi yang kita pijak. Tanah berhubungan langsung dengan Bumi.
Terangkumlah bahwa filosofi nenjrag bumi adalah di Bumi sebelah manapun kaki si anak dipijak dan sekeras apapun cobaan yang menerpa, maka anak tersebut akan siap dan kuat menghadapinya. Sayang sekali, tradisi yang memiliki filosofi dan makna kuat seperti nenjrag bumi ini sekarang sudah jarang dilakukan karena perubahan zaman, bahkan di masyarakat sunda pun sudah jarang dilakukan.
Sementara, tradisi yang sarat makna ini seharusnya tetap dilakukan dan dilestarikan. Karena dari tradisilah kita menjadi seperti sekarang, mampu berkembang mengikuti jaman dan jangan menyianyiakan apa yang sudah diwariskan dari para leluhur yang merupakan cikal bakal adanya kehidupan ini. (DGS)
Baca Juga:
Jatkarma Samskara, Upacara Menyambut Kelahiran Bayi dalam Budaya Hindu Bali
Bagikan
Berita Terkait
15 Tahun Batik Wistara Konsisten Berdayakan Disabilitas Lewat Batik Khas Surabaya

Aji Mumpung Banget ini, Seoul Tawarkan Paket Wisata dengan Kelas Tari 'KPop Demon Hunters'

Pramono Sebut Jakarta Harus Punya Lembaga Adat Betawi, Jadi Identitas Kuat sebagai Kota Global

Cara Ramah Pulau Jeju Ingatkan Wisatawan yang Bertingkah, tak ada Hukuman

PSI Tolak Rencana Pramono Buka Ragunan hingga Malam Hari, Pertanyakan Kesiapan Fasilitas

Tradisi Yaa Qowiyyu Klaten, Ribuan Warga Berebut Gunungan Apem

Penyegelan Pulau Reklamasi di Perairan Gili Gede Lombok Tunggu Hasil Observasi Lapangan

Serba-serbi Gunung Tambora, Pesona Jantung Konservasi Alam Khas Indonesia Timur

Keberagaman budaya Indonesia Masih Jadi Magnet Bagi Wisatawan Mancanegara

Korea Utara Buka Resor Pantai Baru demi Cuan di Tengah Sanksi Ketat
