Teknologi

Ilmuwan Melatih Tikus untuk Menyelamatkan Korban Gempa Bumi

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Rabu, 26 Oktober 2022
Ilmuwan Melatih Tikus untuk Menyelamatkan Korban Gempa Bumi

Tikus dengan ransel kecil berteknologi tinggi sedang dilatih membantu mencari korban selamat di zona bencana. (Foto: Twitter/@herorats)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

BEBERAPA gempa bumi dapat meruntuhkan bangunan. Orang-orang terperangkap di dalamnya. Mereka harus diselamatkan dari reruntuhan. Namun, sering kali tim penyelamat kesulitan mengidentifikasi letak dan bagaimana keadaan korban di reruntuhan.

Kalau letak dan keadaan korban sudah diketahui, kendala lain muncul: menjangkau korban. Robot pun diciptakan untuk membantu menyelamatkan. Ide ini sudah jamak dan berkembang terus. Bagaimana kalau ide lain untuk menyelamatkan korban gempa bumi dimunculkan lagi? Kali ini penyelamatnya seekor tikus.

Proyek ini digagas oleh organisasi nirlaba Belgia APOPO yang mengupayakan hewan pengerat ini membawa ransel kecil berteknologi tinggi untuk membantu mencari korban selamat di antara puing-puing di zona bencana.

Mengapa harus tikus?

"Tikus biasanya cukup ingin tahu dan suka menjelajah dan itu merupakan kunci untuk pencarian dan penyelamatan,” kata Donna Kean, ilmuwan penelitian perilaku sekaligus pemimpin proyek tersebut, seperti diberitakan CNN (24/10).

"Selain jiwa petualangnya, ukurannya yang kecil dan indra penciumannya yang luar biasa membuat tikus sempurna untuk menemukan sesuatu di tempat yang sempit," lanjut Kean.

Saat ini, Kean dan timnya sedang melatih tikus untuk menemukan korban selamat di zona bencana simulasi. Pertama-tama, mereka harus menemukan orang yang menjadi target di ruangan kosong, menarik sakelar di rompi mereka yang memicu bunyi 'bip', dan kemudian kembali ke pangkalan tempat mereka diberi hadiah.

Baca juga:

Xiaomi Uji Coba Fitur Peringatan Gempa di Indonesia

tikus selamatkan korban gempa bumi
Sebelumnya APOPO pernah melatih anjing dan tikus di markasnya di Tanzania untuk mendeteksi bau ranjau darat dan tuberkulosis. (Foto: Twitter/@herorats)

Bersamaan dengan pelatihan tersebut, APOPO bekerja sama dengan Universitas Teknologi Eindhoven mengembangkan ransel yang dilengkapi dengan kamera video, mikrofon dua arah, dan pemancar lokasi untuk membantu responden pertama berkomunikasi dengan korban.

“Bersama dengan ransel dan pelatihan, tikus sangat berguna untuk pencarian dan penyelamatan,” kata Kean.

APOPO telah melatih anjing dan tikus di markasnya di Tanzania dalam mendeteksi bau ranjau darat dan tuberkulosis selama lebih dari satu dekade. Programnya menggunakan Tikus Kantung Raksasa Afrika yang memiliki umur lebih panjang di penangkaran sekira delapan tahun. Tikus cokelat biasa rata-rata memiliki usia empat tahun.

Sebelumnya, LSM Apopo yang berbasis di Tanzania telah melatih tikus berkantung raksasa Afrika untuk mengendus ranjau darat dan mendeteksi tuberkulosis. Dua momok yang memiliki dampak sangat negatif pada lanskap Afrika.

Ketika Kean bergabung dengan tim pada April 2021, proyek pencarian dan penyelamatan baru secara resmi diluncurkan. APOPO telah berusaha untuk mendapatkan ide itu selama bertahun-tahun, tetapi tidak memiliki dana, mitra pencarian, dan penyelamatan untuk mendukungnya.

Baca juga:

Tetap Tenang, Kunci Selamat saat Gempa Bumi

tikus selamatkan korban gempa bumi
Program itu menggunakan Tikus Kantung Raksasa Afrika yang memiliki umur lebih panjang daripada tikus cokelat biasa. (Foto: Twitter/@herorats)

Ketika organisasi pencarian dan penyelamatan sukarela GEA mendekati APOPO pada 2017, mereka mulai bicara tentang kemungkinan menggunakan tikus dalam misinya. Tim pun mulai mengeksplorasi ide tersebut.

Komponen kunci untuk misi pencarian dan penyelamatan adalah teknologi yang memungkinkan responden pertama untuk berkomunikasi dengan korban melalui tikus. APOPO tidak memiliki ini sampai insinyur listrik bernama Sander Verdiesen terlibat.

Verdiesen mempelajari bagaimana menerapkan teknologi untuk meningkatkan kehidupan selama studi masternya di Universitas Teknologi Eindhoven.

Verdiesen sempat magang di APOPO pada 2019 dan ditugaskan membuat prototipe pertama ransel tikus untuk membantu penyelamat mendapatkan ide yang lebih baik tentang apa yang sedang terjadi dalam zona bencana.

Prototipe terdiri dari wadah plastik cetak 3D dengan kamera video yang mengirim rekaman langsung ke modul penerima di laptop. Kamera juga mampu menyimpan versi berkualitas tinggi di kartu SD. Peralatan itu menempel pada tikus dengan rompi neoprene, bahan yang sama yang digunakan untuk pakaian selam.

Verdiesen terbang ke Tanzania untuk menguji peralatan dan mengatakan bahwa pada awalnya, tikus “tidak benar-benar tahu bagaimana menghadapinya”, tetapi mereka beradaptasi dengan cepat.

“Pada akhirnya, mereka hanya berlarian dengan ransel, tidak ada masalah sama sekali,” ungkap Verdiesen. (aru)

Baca juga:

5 Fakta Mengejutkan Tentang Gempa Bumi

#Tikus #Gempa Bumi #Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Hendaru Tri Hanggoro

Berkarier sebagai jurnalis sejak 2010 dan bertungkus-lumus dengan tema budaya populer, sejarah Indonesia, serta gaya hidup. Menekuni jurnalisme naratif, in-depth, dan feature. Menjadi narasumber di beberapa seminar kesejarahan dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan lembaga pemerintah dan swasta.

Berita Terkait

Dunia
Gempa M 6,7 Lepas Pantai Sanriku, Jepang Keluarkan Peringatan Tsunami Sore Tadi
JMA juga melaporkan gelombang tsunami setinggi 10 sentimeter telah terpantau di Ofunato, dan gelombang kecil juga mencapai wilayah Miyako, keduanya berada di Prefektur Iwate.
Wisnu Cipto - Minggu, 09 November 2025
Gempa M 6,7 Lepas Pantai Sanriku, Jepang Keluarkan Peringatan Tsunami Sore Tadi
Indonesia
Satu Rumah Sakit dan Bandara Terdampak Gempa di Kota Tarakan
BNPB menyatakan gempa bumi ini menyebabkan beberapa bangunan mengalami kerusakan ringan hingga sedang.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 05 November 2025
Satu Rumah Sakit dan Bandara Terdampak Gempa di Kota Tarakan
Indonesia
Analisis BMKG: Gempa Beruntun Gunung Salak Bukan Akibat Aktivitas Magma
Gempa dipicu aktivitas Sesar Cianten, bagian dari sistem Sesar Bayah–Salak, dengan karakter tektonik.
Wisnu Cipto - Rabu, 05 November 2025
Analisis BMKG: Gempa Beruntun Gunung Salak Bukan Akibat Aktivitas Magma
Indonesia
Gempa M 6,2 Guncang Gorontalo Pagi ini, Tidak Berpotensi Tsunami
Gempa magnitudo 6,2 mengguncang Gorontalo, Rabu (5/11) pagi. Gempa tersebut tidak berpotensi terjadinya tsunami.
Soffi Amira - Rabu, 05 November 2025
Gempa M 6,2 Guncang Gorontalo Pagi ini, Tidak Berpotensi Tsunami
Indonesia
Gempa M 6,5 di Leeward Islands, BMKG Ungkap Ada Pergerakan Lempeng Karibia dan Amerika Utara
BMKG melaporkan belum ada aktivitas gempa susulan (aftershock) yang terdeteksi di sekitar sumber gempa.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 28 Oktober 2025
Gempa M 6,5 di Leeward Islands, BMKG Ungkap Ada Pergerakan Lempeng Karibia dan Amerika Utara
Indonesia
Gempa Magnitudo 6,5 di Laut Karibia Gemparkan Dunia, BMKG Pastikan Tsunami Jauh dari Pesisir Indonesia
Sejauh ini, belum ada laporan yang diterima mengenai kerusakan bangunan maupun korban jiwa akibat guncangan gempa tersebut
Angga Yudha Pratama - Selasa, 28 Oktober 2025
Gempa Magnitudo 6,5 di Laut Karibia Gemparkan Dunia, BMKG Pastikan Tsunami Jauh dari Pesisir Indonesia
Indonesia
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Brasil dan Indonesia sepakat bekerja sama di bidang ekonomi dan sains. Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, berharap kerja sama ini bisa menguntungkan dua negara.
Soffi Amira - Kamis, 23 Oktober 2025
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Indonesia
Korban Tewas Akibat Gempa Magnitudo 6,9 di Filipina Meningkat Jadi 79 Orang
Pemerintah Filipina telah menyalurkan bantuan keuangan serta logistik untuk mendukung upaya pemulihan di wilayah yang terdampak paling parah.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 17 Oktober 2025
Korban Tewas Akibat Gempa Magnitudo 6,9 di Filipina Meningkat Jadi 79 Orang
Indonesia
BPBD Mulai Terima Laporan Bangunan Rusak Buntut Gempa Magnitudo 6,6
Dampak guncangan gempa juga terasa di wilayah lain
Angga Yudha Pratama - Kamis, 16 Oktober 2025
BPBD Mulai Terima Laporan Bangunan Rusak Buntut Gempa Magnitudo 6,6
Indonesia
Papua Digoyang Gempa Magnitudo 6,6: Tak Berpotensi Tsunami, Masyarakat Diminta Waspada
BMKG mencatat kekuatan getaran mencapai skala V MMI di Sarmi
Angga Yudha Pratama - Kamis, 16 Oktober 2025
Papua Digoyang Gempa Magnitudo 6,6: Tak Berpotensi Tsunami, Masyarakat Diminta Waspada
Bagikan