Cacar Monyet Diberi Nama 'Clade'
Para ahli sepakat untuk memberi nama clade menggunakan angka Romawi. (freepik/stefamerpik)
SEKELOMPOK pakar dunia yang diundang WHO telah menyepakati nama baru untuk varian virus cacar monyet atau monkeypox. Penamaan itu merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk menyelaraskan nama penyakit, virus, dan varian cacar monyet, yang disebut juga clade, dengan perkembangan saat ini. Para ahli sepakat untuk memberi nama clade menggunakan angka Romawi.
Virus cacar monyet dinamai berdasarkan penemuan pertama pada tahun 1958, sebelum praktik terbaik terbaru dalam penamaan penyakit dan virus diadopsi. Demikian pula untuk nama penyakit yang ditimbulkannya. Varian utama diidentifikasi berdasarkan wilayah geografis di mana mereka diketahui beredar.
Baca Juga:
Cacar Monyet Ditemukan di Thailand, Asia Tenggara Diharuskan Perkuat Sistem Pengawasan
Praktik terbaik saat ini adalah virus yang baru diidentifikasi, penyakit terkait, dan varian virus harus diberi nama dengan tujuan untuk menghindari pelanggaran terhadap kelompok budaya, sosial, nasional, regional, profesional, atau etnis tertentu. Dengan demikian, dapat meminimalkan dampak negatif pada perdagangan, perjalanan, pariwisata, atau kesejahteraan hewan.
Menetapkan nama baru untuk penyakit yang ada adalah tanggung jawab WHO di bawah International Classification of Diseases and the WHO Family of International Health Related Classifications (WHO-FIC). WHO mengadakan konsultasi terbuka untuk nama penyakit baru untuk cacar monyet.
Sementara itu, penamaan spesies virus menjadi tanggung jawab International Committee on the Taxonomy of Viruses (ICTV), yang sedang memproses nama virus cacar monyet. Penamaan varian untuk patogen yang ada biasanya merupakan hasil perdebatan di antara para ilmuwan.
Untuk mempercepat kesepakatan dalam konteks wabah saat ini, WHO mengadakan pertemuan ad hoc pada 8 Agustus lalu untuk memungkinkan ahli virologi dan pakar kesehatan masyarakat mencapai konsensus tentang terminologi baru.
Dikatakan dalam situs resmi WHO (12/8), para ahli virologi cacar, biologi evolusioner, dan perwakilan lembaga penelitian dari seluruh dunia meninjau filogeni dan nomenklatur varian atau clades virus cacar monyet yang diketahui dan yang baru. Mereka membahas karakteristik dan evolusi varian virus cacar monyet, perbedaan filogenetik dan klinis yang jelas, dan konsekuensi potensial bagi kesehatan masyarakat dan penelitian virologi dan evolusi di masa depan.
Baca Juga:
Kelompok tersebut mencapai konsensus tentang nomenklatur baru untuk clades virus yang sejalan dengan praktik terbaik. Mereka sepakat tentang bagaimana clades virus harus dicatat dan diklasifikasikan di situs repositori urutan genom.
Konsensus dicapai untuk sekarang merujuk pada clade yang dulu dinamakan Congo Basin (Afrika Tengah) sebagai Clade satu (I) dan as clade Afrika Barat sebagai Clade dua (II). Selain itu, disepakati bahwa Clade II terdiri dari dua subclade.
Struktur penamaan yang tepat akan diwakili oleh angka Romawi untuk clade dan karakter alfanumerik huruf kecil untuk subclade. Dengan demikian, konvensi penamaan baru terdiri dari Clade I, Clade IIa dan Clade IIb, dengan yang terakhir mengacu terutama pada kelompok varian yang sebagian besar beredar dalam wabah global 2022. Penamaan garis keturunan akan seperti yang diusulkan oleh para ilmuwan saat wabah berkembang. Para ahli akan dikumpulkan kembali sesuai kebutuhan.
Nama-nama baru untuk clade harus segera berlaku sementara pekerjaan berlanjut pada nama penyakit dan virus. (aru)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan