Atlet Olimpiade Merasa Tidak Perlu Diprioritaskan Dapat Vaksin COVID-19


Orang rentan lebih utama dapat Vaksin dibanding Atlet olimpiade. (Foto: Unsplash/kyle dias ZIoi)
JUARA gulat olimpiade asal Kanada, Erica Wiebe mengatakan bahwa pekerja garis depan atau tenaga medis harus diprioritaskan untuk mendapatkan vaksin COVID-19 daripada para atlet Olimpiade. Prioritas harus juga diberikan kepada mereka yang rentan terkena virus tersebut.
"Saya kira Olimpiade dibuat secara murni lebih dari sekedar menempatkan atlet di atas panggung untuk menghibur dunia," kata Wiebe pada media dikutip dari Reuters, Minggu (10/1).
Baca juga:
Sebelumnya, pejabat senior Olimpiade, Dick Pound pada Jumat (8/1) sempat menyampaikan keinginannya agar atlet olimpiade harus menjadi prioritas orang yang mendapatkan vaksin COVID-19, sehingga Olimpiade Tokyo dapat berjalan sesuai jadwal yang sudah ditentukan, yakni pada 23 Juli 2021.

Lebih dari 15.000 atlet dari berbagai negara di seluruh dunia diperkirakan akan segera memasuki Tokyo untuk mengikuti pesta olahraga dunia, yaitu Olimpiade dan Paralimpiade. "Orang terpenting yang perlu mendapatkan vaksin adalah pekerja garis depan, mereka yang paling berisiko dan orang-orang di panti jompo, merekalah yang perlu diprioritaskan," ujar Wiebe menegaskan.
Senada dengan pendapat Wiebe, rekan seatu negaranya Kyle Shewfelt yang merupakan atlet senam pemenang medali emas di Olimpiade Athena 2004, turut mendukung bahwa atlet bukan prioritas utama pembagian vaksin.
Baca juga:
Sejumlah Negara Pakai Eventbrite untuk Jadwalkan Vaksin COVID-19, Apa Itu?
"Dari sudut pandang moral, itu tidak sesuai. Para atlet sudah sehat, mereka berada dalam kelompok usia yang belum terbukti sangat rentan terhadap hasil fatal dari penyakit ini," terang Shewfelt.

"Meski saya ingin Olimpiade terus dilanjutkan, tapi tidak ada keraguan bagi saya ke mana (vaksin) harus dibagikan. Olimpiade masih bisa berjalan dengan aman, terlepas dari apakah atletnya divaksinasi atau tidak," kata Shewfelt.
Sementara itu, selama kunjungannya ke Tokyo pada November 2020, Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach mengatakan bahwa para atlet akan didorong untuk mendapatkan vaksin. Tetapi mereka tidak diwajibkan untuk berpartisipasi dalam Olimpiade.
Kekhawatiran akan Olimpiade dapat dilaksanakan di Tokyo telah menjadi perhatian dalam beberapa minggu terakhir. Kekhawatiran ini muncul karena kasus COVID-19 di Jepang dan di seluruh dunia kembali meningkat. (kna)
Baca juga:
Kisah Inspiratif Survivor Kasus 01 COVID-19 Sita Tyasutami Menghadapi Perundungan
Bagikan
Berita Terkait
Pemerintah Jemput Bola Vaksinasi Ribuan Hewan Peliharaan, Jakarta Targetkan Bebas Rabies

Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
