Waspadai Bakteri di Makanan Cepat Saji

Andika PratamaAndika Pratama - Sabtu, 29 Mei 2021
Waspadai Bakteri di Makanan Cepat Saji

Ilustrasi hamburger. Foto: Marcel Gnauk/Pixabay

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih.com - Makanan cepat saji memang enak untuk dikonsumsi. Namun, di balik kelezatannya ada risiko berbahaya jika proses pengolahannya tidak higienis. Salah satunya adalah terdapat bakteri Staphylococcus Aureus.

"Staphylococcus Aureus tersebut adalah salah satu bakteri yang dapat menghasilkan toksin sehingga menyebabkan keracunan pangan," kata Pakar Keamanan Pangan IPB University, Harsi D. Kusumaningrum dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (29/5).

Baca Juga

Hindari Makanan Cepat Saji Sebelum Naik Pesawat

Harsi menambahkan pengolahan pangan siap saji sangat beragam serta berasal dari bahan baku yang juga beragam. Selain harus menggunakan bahan baku yang aman dan berkualitas, pelaku usaha juga harus menerapkan praktik higiene personal dan memberlakukan proses pengolahan yang baik sesuai dengan lima kunci utama World Health Organization (WHO) dalam keamanan pangan.

Ketentuan dalam pengolahan pangan siap saji telah ditetapkan melalui peraturan pemerintah, namun tidak sedikit pelaku usaha yang mengolah secara sembarang. Pengolahan pangan secara sembarang atau tidak higienis dapat menimbulkan risiko kesehatan akibat cemaran atau kontaminasi yang dihasilkan selama prosesnya.

"Apa yang terjadi bila misalnya jumlah mikrobanya demikian banyak, itu salah satunya dapat menyebabkan keracunan pangan dan infeksi pangan," kata dia.

Pakar Keamanan Pangan IPB University Harsi D. Kusumaningrum dalam sebuah webinar soal waspada bakteri dalam pangan siap saji. (ANTARA/HO/IPB University)

Menurut dosen Fakultas Teknologi Pertanian IPB University itu, Staphylococcus Aureus dapat tumbuh optimal pada produk pangan yang disimpan dalam suhu 6-48 derajat celsius dalam pH netral atau sedikit asam. Bakteri tersebut dapat menghasilkan toksin berjenis enterotoksin. Bakteri tersebut dapat mudah ditemukan pada pangan olahan daging, telur, susu, olahan tuna dan sebagainya.

Masih sulit untuk memusnahkan bakteri tersebut pada pangan olahan karena tidak semua produk melalui proses sterilisasi. Tidak heran bila masih terdapat banyak kasus keracunan pangan yang dilaporkan, terutama pangan olahan rumah tangga seperti nasi bungkus.

Baca Juga

Tolak Ukur Untung Rugi Makan Makanan Cepat Saji!

Kajian dan investigasi penyebaran S. Aureus pada pangan siap saji telah dilakukannya bersama tim pada 2009. Investigasi yang dilakukan yakni mengkaji penanganan pangan oleh pengolah, mengidentifikasi S. Aureus pada sampel pangan, mengidentifikasi S. Aureus pada pengolah dan konsumen, serta mengkuantifikasi penyebaran S. Aureus di udara.

Hasil yang diperoleh yakni 36 persen sampel pangan siap saji ditemukan positif mengandung S. Aureus. Masih ditemukan pula delapan persen pengolah makanan yang tidak menggunakan alat bantu atau langsung dengan tangan. Lama penyimpanan di suhu ruang sebelum dikonsumsi masih ada yang lebih dari batas ketentuan dua jam.

"Hal lain yang perlu diperhatikan dalam higiene personal adalah potensi kontaminasi silang. Sehingga memungkinkan terjadinya perpindahan bakteri atau mikroorganisme dari pengolah pangan atau dari lingkungan sekitar pengolahan," ucap Harsi.

Menurut WHO, batas aman penyimpanan pangan siap saji dalam suhu ruang yakni dua jam saja. Namun masih banyak pelaku usaha yang menyimpan pangan di suhu ruang lebih dari dua jam. Padahal perkembangbiakan bakteri tergolong pesat, yakni dapat membelah diri setiap 12 hingga 20 menit. Dengan kecepatan tersebut, satu sel bakteri dapat menghasilkan jutaan sel dalam sehari.

"Rekontaminasi S. Aureus dapat mudah disebarkan melalui udara, yakni bila pengolah pangan berbicara di depan makanan," ujarnya

Bakteri Staphylococcus Aureus

Adapun upaya mengurangi risiko kontaminasi mikroba pangan siap saji dapat dilakukan melalui penyuluhan berkelanjutan, pelibatan masyarakat termasuk media massa, pengawasan berkelanjutan, serta evaluasi kinerja. Upaya tindak lanjut tersebut sebagian besar telah dilakukan rutin setiap tahunnya, namun kasus keracunan pangan masih saja terjadi.

“Jadi apa yang salah? Sebenarnya apakah ada yang kurang? Apakah ada perubahan dan permasalahan yang baru? Yang perlu juga diperhatikan ialah kesadaran terhadap keamanan pangan, apakah sudah benar. Perubahan sikap ataupun awareness tersebut yang harus diperhatikan," tutup Harsi. (*)

Baca Juga

Makanan Cepat Saji Sebabkan Kemandulan?

#Makanan Cepat Saji #Institut Pertanian Bogor (IPB)
Bagikan
Ditulis Oleh

Andika Pratama

Berita Terkait

Indonesia
Peneliti IPB Ungkap Strategi Cerdas Tekan Karhutla dengan Padukan AI dan Keterlibatan Masyarakat
Semua kembali lagi ke masyarakat, bagaimana teknologi itu digunakan oleh masyarakat
Angga Yudha Pratama - Rabu, 06 Agustus 2025
Peneliti IPB Ungkap Strategi Cerdas Tekan Karhutla dengan Padukan AI dan Keterlibatan Masyarakat
Indonesia
Guru Besar IPB: Penurunan Tarif Impor AS Harus Diikuti Konsistensi Kedua Negara
Indonesia dapat memperoleh devisa yang cukup untuk menunjang kegiatan impor
Angga Yudha Pratama - Kamis, 17 Juli 2025
Guru Besar IPB: Penurunan Tarif Impor AS Harus Diikuti Konsistensi Kedua Negara
Indonesia
IPB Turun Tangan Atasi Kemacetan Dramaga Bogor Imbas Pengembangan Kampus
Penataan kawasan Dramaga yang turut dibantu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat itu mengedepankan konsep Dramaga University Town.
Wisnu Cipto - Selasa, 21 Mei 2024
IPB Turun Tangan Atasi Kemacetan Dramaga Bogor Imbas Pengembangan Kampus
Indonesia
Mahasiswa IPB Korban Kebakaran Lab Meninggal
Laila Atika Sari dinyatakan meninggal dunia setelah mengalami luka bakar akibat terjebak dalam ruang laboratorium yang terbakar sekitar pukul 16.00 WIB.
Zulfikar Sy - Minggu, 20 Agustus 2023
Mahasiswa IPB Korban Kebakaran Lab Meninggal
Indonesia
Polisi Ungkap Motif Tersangka Penipuan Pinjol Mahasiswa IPB
Kapolres Bogor AKBP Iman Imanuddin mengungkapkan motif pelaku nekat menipu ratusan mahasiswa IPB. Kata Iman, SAN menipu karena dia juga terlilit utang pinjol.
Andika Pratama - Jumat, 18 November 2022
Polisi Ungkap Motif Tersangka Penipuan Pinjol Mahasiswa IPB
Indonesia
Polisi Tangkap Pelaku Penipuan Pinjaman Online yang Rugikan Ratusan Mahasiswa IPB
Ratusan mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi korban penipuan pinjaman online yang dilakukan oleh perempuan berinisial SAN. Terbaru, pihak kepolisian mengkonfirmasi SAN telah ditangkap.
Mula Akmal - Kamis, 17 November 2022
Polisi Tangkap Pelaku Penipuan Pinjaman Online yang Rugikan Ratusan Mahasiswa IPB
Bagikan