Waspada Kejahatan Siber di Telegram


Sejumlah hacker melakukan tindak kejahatan di Telegram (Foto: Pixabay/improvekz123)
APLIKASI chat Telegram yang dikenal aman, dikabarkan menjadi sasaran kejahatan siber. Padahal Telegram sendiri, dikenal dengan privasi dan enkripsi sebagai fitur utamanya.
Namun, fitur-fitur tersebut justru disalahgunakan oleh hacker yang kian menjamur di Telegram. Menurut laporan dari perusahaan keamanan siber Cyberint, peretas berbondong-bondong pindah dari dark web ke Telegram.
Baca Juga:

Adapun tujuan dari peretas tersebut menjual dan berbagi kebocoran data pengguna bocor atau dicuri. Kabarnya, para peretas memilih Telegram lantaran mudah digunakan dan tidak dimoderasi dengan ketat. Sedikit informasi, Telegram memiliki fitur secret chats yang menggunakan enkripsi end-to-end untuk fitur privasi tambahan.
Kendati grup Telegram tak mempunyai fitur yang sama, tapi pengguna tetap harus memiliki link atau undangan untuk dapat bergabung. Menariknya, grup Telegram juga dapat diisi hingga 20 ribu pengguna.
Fitur-fitur tersebut lah yang membuat Telegram diminati oleh para hacker atau penjahat siber lainnya. Menurut Tal Samra, Analis dari Cyberint, mengatakan bahwa penggunaan Telegram untuk aktivitas kejahatan siber meningkat drastis hingga lebih dari 100 persen.
"Layanan pesan terenkripsinya kian populer di kalangan penjahat siber yang melakukan aktivitas penipuan dan menjual data curian. Karena lebih nyaman digunakan dibanding dark web," jelas Samra, seperti yang dikutip dari Mashable.
Rupanya hadirnya para hacker ke Telegram, dipengaruhi oleh WhatsApp. Telegram dan WhatsApp sebelumnya dipilih oleh pengguna, lantaran menghadirkan tingkat privasi yang lebih tinggi dengan enkripsi end-to-end.
Namun, WhatsApp belum lama ini meluncurkan kebijakan privasi yang kontroversial. Ini yang kemudian membuat penggunanya banyak yang beralih ke telegram.
Baca Juga:
Jumlah Pengguna Signal dan Telegram Tiba-tiba Meningkat, Ini Penyebabnya

Cyberint menemukan istilah hacker, seperti 'email:pass' dan 'Combo' semakin banyak dipergunakan di Telegram. Parahnya, jumlah hacker dikabarkan naik empat kali lipat di tahun 2020 dan 2021.
Selain itu, Cyberint pun menemukan kanal publik dengan nama 'combolist' yang digunakan oknum tak bertanggungjawab untuk menjual berbagai data pribadi curian.
Parahnya, kanal tersebut pernah memiliki 47 ribu anggota, sebelum akhirnya dihapus oleh Telegram, paska menerima laporan dari Financial Times.
Selain itu, Cyberint pun menemukan kanal yang digunakan untuk menjual dokumen pribadi, informasi keuangan, panduan hacking dan sebagainya.
Pada keterangan resminya, Telegram memiliki kebijakan untuk menghapus data pribadi yang dibagikan tanpa izin. Selain itu, Telegram sudah meklaim para moderator mereka sudah menghapus 100 ribu komunitas publik yang dinilai melanggar aturan. (Ryn)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Hasil Kualifikasi Piala Asia U-23 2026: Rafael Struick Sumbang Gol, Timnas Indonesia U-23 Menang 5-0 Vs Makau

Oxford United Umumkan Peminjaman Marselino Ferdinan ke AS Trencin, Klub yang Pernah Diperkuat Witan Sulaeman

Timnas Indonesia Gilas Taiwan 6-0, Mauro Zijlstra dan Miliano Jonathans Catatkan Debut

Rilis Terbatas Oktober, Samsung Galaxy Z Trifold Jadi Ponsel Lipat Terunik Berkat G Dual-infold

Jadi Tersangka Kasus Korupsi, Nadiem Makarim Langsung Dipenjara di Rutan Salemba

Eks Ketua Banggar DPR Ahmadi Noor Supit Terseret Korupsi Proyek Mempawah

KPK Panggil Khalid Basalamah Terkait Korupsi Kuota Haji

Golkar Nonaktifkan Adies Kadir dari DPR

Teaser Samsung Galaxy S25 FE Sudah Dirilis, Resmi Meluncur 4 September 2025

Imbas Demo Ricuh Depan MPR/DPR, Pengguna Tol Dalam Kota Cawang - Pluit Diminta Putar Balik
