Warga Terdampak Bencana Erupsi Semeru Perlu Pendampingan Psikologi
Seorang warga bergegas menuju pengungsian saat terjadi luncuran awan panas dari Gunung Semeru di desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang, Selasa (7/12). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/aww.
MerahPutih.com - Bencana erupsi Gunung Semeru telah menimbulkan rasa duka dan trauma mendalam bagi warga yang terdampak. Warga tak hanya kehilangan harta benda dan rumah yang tertimbun oleh lahar, namun juga kehilangan anggota keluarga yang meninggal.
Dekan Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Rahmat Hidayat mengatakan, warga terdampak erupsi Gunung Semeru perlu mendapat pendampingan psikologi untuk menyembuhkan trauma.
"Rasa kehilangan dari dampak bencana tersebut akan menimbulkan trauma psikologis yang terjadi dalam waktu yang lama. Mereka perlu pendampingan psikologi," tegas Rahmat dalam keterangan pers di Yogyakarta, Rabu (8/12).
Baca Juga:
Evakuasi Korban Erupsi Semeru Dihentikan Sementara
Menurut Rahmat, mereka yang kehilangan harta, kerabat dan anggota keluarga dalam waktu cepat menghadapi situasi yang berat karena harus menyesuaikan diri dengan kondisi yang berbeda dengan situasi normal sebelumnya.
Trauma psikologi yang dialami warga akan berdampak dalam jangka panjang karena bencana erupsi merupakan tipe bencana dengan kejadian tiba-tiba. Musibah ini juga menimbulkan dampak yang mendadak.
“Rasa kehilangan ini akan menimbulkan tingkat stres sendiri dan menimbulkan beban psikologis. Seperti pengalaman korban saat menyelamatkan diri dari awan panas, mendengar suara atau terpapar awan panas akan menimbulkan dampak psikologis tersendiri,” katanya.
Baca Juga:
Update Korban Erupsi Semeru: 34 Orang Meninggal Dunia, 22 Dinyatakan Hilang
Ia melanjutkan, warga terdampak saat ini masih fokus mencari keluarganya yang terpencar serta kondisi harta benda mereka. Ia mendorong pemerintah untuk memprioritaskan pencarian orang hilang.
"Kebutuhan jangka pendek mereka adalah memastikan informasi keselamatannya dan posisi keberadaan anggota keluarga, saya kira itu yang harus direspons cepat pemerintah saat ini,” kata dia.
Selain itu, lokasi pengungsian diharapkan bisa memadai bagi mereka untuk bisa istirahat dan berkumpul melepas kesedihan.
Sedangkan untuk anak-anak, menurut Rahmat, sebaiknya diberikan tempat bagi mereka agar bisa beraktivitas dan bermain. Sebab anak-anak belum sepenuhnya memahami terhadap kondisi yang dihadapi namun harus menjalani kehidupan yang berubah dalam waktu cepat.
“Tempat pengungsian sebaiknya yang memadai untuk istirahat, tempat berkumpul keluarga, bisa berbagi kesedihan dan saling mendukung. Sehingga memberikan waktu untuk mereka mengonsolidasi diri,”pungkasnya. (Patricia Vicka/Yogyakarta)
Baca Juga:
10 Jenazah Korban Erupsi Semeru Teridentifikasi, Warga Diminta Lapor ke Posko DVI
Bagikan
Berita Terkait
Permukiman Warga Tidak Terdampak Banjir Lahar Hujan Gunung Semeru
Alarm dari Puncak Abadi Para Dewa! Gunung Semeru Enam Kali Erupsi Sejak Semalam, Tinggi Letusan Capai 1,2 Km
BMKG Kirim Sinyal Bahaya, Pendakian Semeru Ditutup Tanpa Batas Waktu yang Jelas
Gunung Semeru 4 Kali Erupsi hingga Minggu Sore, Tinggi Letusan sampai 1 Km
Semeru Masih Terus Erupsi, Hari Ini 16 Kali Batuk Letusan Tertinggi 4,7 KM
Gunung Semeru 8 Kali Erupsi Selasa Dini Hari sampai Pagi, Tinggi Letusan hingga 1 Km
Bupati Lumajang Perpanjang Status Tanggap Darurat Erupsi Gunung Semeru hingga 2 Desember
PVMBG Larang Masyarakat Beraktivitas Radius 20 Kilometer dari Puncak Semeru, Petugas Catat 44 Kali Gempa Letusan Selama 6 Jam Terakhir
Semeru Hantam 204 Hektare Lahan Pertanian Warga, BNPB Ungkap Tiga Orang Luka Berat Terjebak Material Vulkanik
Erupsi Gunung Semeru, BNPB Larang Warga Berwisata Melihat Letusan