Waacking Dance Bukan Sekadar Goyang tapi Energi

Waacking dance selalu penuh semangat dan kegembiraan. (Foto: MP/Rizki Fitrianto)
BABY can't you see, I’m calling/A girl like you, should wear a warnjng/It's dangerous, I'm falling. Lirik lagu Toxic Britney Spears menggema di Hall of Fame Hard Rock Hotel, Kuta Bali, baru-baru ini.
Sekitar 27 perempuan dan laki-laki terlihat asyik menari. Gerakan tangan mereka kadang menghentak, kadang gemulai. Di panggung yang ada di depan mereka, seorang waacker asal Thailand, Pan Pan, memberi instruksi.
“Gerakkan lengan kalian dengan penuh energi ketika nada lagu meninggi, lalu santai saat nadanya rendah,” teriaknya dari panggung.
Pan Pan adalah waacker ternama di Thailand. Ia terbang dari Bangkok ke Bali untuk memenuhi undangan Etoile Dance Center Gading Serpong menjadi pemateri Enquiries Workshop. Ini adalah workshop pertama di Indonesia yang mendatangkan jawara-jawara waacking dunia dan dihadiri peserta dari berbagai negara.
Dalam waktu 1,5 jam, ia mengajak seluruh peserta menggerakkan tubuh. Suasana begitu hidup sore itu. Dengan serius tapi santai, ia berhasil menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Peserta juga sesekali tertawa mendengar candanya.
Kepada seluruh peserta, ia mengajak mereka memahami makna lirik lagu yang dibawakan. Pemilihan lirik dan musik penting bagi seorang waacker. Musik yang tepat dapat membantu waacker berimajinasi.
Bicara soal imajinasi, Pan Pan juga mengajak seluruh peserta berimajinasi. Dimulai dengan meminta peserta mencari pasangan duet. Setelah itu ia membuat beberapa skenario. Salah satunya adalah skenario yang ia buat adalah peserta yang berpasangan harus berbagi peran. Satu peserta menjadi dokter yang sedang mengobati pasien dan peserta lainnya sebagai pasien yang sedang sekarat.
Tawa peserta langsung pecah saat membayangkan peran menjadi pasien yang sekarat. Tidak hanya sekali Pan Pan berhasil membuat peserta tertawa. Sebelumnya, ia juga beberapa kali membuat peserta tertawa.
Lebih dari tujuh pesan penting yang ia sampaikan. Selain melodi musik dan karakter, ia juga berbagi ilmu tentang interaksi, kontak, napas dan energi.
“Energi datang dari area perut sampai dahi,” terang Pan Pan sambil meletakkan satu tangan di perut dan tangan lainnya di depan kening.
Peserta terlihat antusias mendengarkan arahan dari sang jawara waacking itu pada hari pertama Enquiries Workshop hari pertama, Kamis (30/3). Senada dengan Pan Pan, pelopor waacking Tyrone ‘The Bone' Proctor pun mengatakan hal yang sama.
“Waacking dan musik tidak dapat dipisahkan,” tegasnya kepada merahputih.com di Bali.
Seorang waacker harus menempatkan posisinya sebagai musisi agar dapat memahami lagu pengiring tarian yang diputar. Tidak beda dengan Tyrone dan Pan Pan, ibu waacking Indonesia Angelenzy pun menyebutkan cara menari waacking ialah menginterpretasikan lagu yang mengiringi tarian.
Untuk gerakan, Angelenzy mengamati adanya pengaruh budaya pada gerakan waacking. “Waacker Indonesia menarinya lebih fun, freedom. Bebas. Punya tari daerah sehingga waackernya masih memiliki jiwa Indonesia,” terangnya.
Pendiri Nusantara Waackers, WaackBdg dan Waackateers ini juga tidak menampik kalau ia kerap memodifikasi gaya asli waacking dan menggabungkannya dengan seni tari tradisional Indonesia. Meski begitu, tetap ada pakem-pakem yang tidak ia langgar dan dia juga tetap menghargai waacker senior seperti Tyrone yang di dunia waacking masuk jajaran OG alias Old Generation.
Bahkan, saat memodifikasi gaya tarian waacking yang akan ditampilkan Nusantara Waackers sebagai opening performance di ajang All Asia Waacking Festival, dia juga telah mengomunikasikannya dengan Tyrone. Komunikasi menjadi kunci menjembatani perbedaan gaya old generation dengan generasi masa kini yang kerap memodifikasi gerakan waacking.
Modifikasi waacking juga bisa dilakukan dengan menyetel lagu pengiring yang berbeda. Di era 1970-an, Tyrone memakai musik disko sebagai pengiring tarian waacking. Namun waackers yang lebih muda seperti Angelenzy dan Ebony dari Kanada kerap menggantinya dengan genre lain.
Ebony yang pernah menjadi murid Tyrone selama tiga tahun lebih senang menari dengan iringan electronic house music. Dari hasil workshop, jelas waacking yang didominasi gerakan tangan yang berputar cepat itu tidak dapat dipisahkan dengan musik.
Buat Anda yang ingin belajar waacking, Ebony juga memberi tips agar Anda memiliki motivasi untuk belajar, konsisten, serta rajin mengikuti workshop, lomba dan mendengarkan musik. Satu pesan lagi dari Ebony, jangan lupa berlatih dengan tekun. (rina)
Bagikan
Berita Terkait
Berkiprah di Korea, Miyu Pranoto Harumkan Nama Indonesia Lewat Dunia Tari

Festival Solo Menari 2025: Angkat Tema Alam Lewat Ratusan Penari Daun

Selama 24 Jam 1.500 Orang Menari di Solo, Ada Perwakilan Dari Thailand dan Malaysia

Tari Ma'randing dari Sulawesi Selatan, Prosesi Pengantar Menuju Pemulasaraan

Etoile Dnace Center Persembahkan 'Full Length Ballet - Le Corsaire Jakarta' Karya Lisa Macuja Elizalde, Pertunjukan Digelar 2 Hari
Padepokan Seni Alang-Alang Kumitir Unjuk Gigi di Galeri Indonesia Kaya

Tari Lenso dari Maluku, Seni Peninggalan Penjajah sebagai Perekat Persaudaraan

Tari 'Tolire Ma Jojoho' Memukau Para Pengunjung Galeri Indonesia Kaya

Tidi lo Polopalo, Seni Tari Sarat Makna dari Gorontalo
