Tragedi Ledakan di SMAN 72 Mengarah ke Aksi Terorisme, SETARA Institute Soroti Minimnya Program Pencegahan di Era Prabowo Imbas Efisiensi Anggaran
Petugas Brimob Senjata Lengkap Jaga Ketat SMAN 72 Jakarta Pasca Ledakan (MP/Didik)
MERAHPUTIH.COM - PERISTIWA ledakan di SMAN 72 Jakarta yang didalangi siswa sekolah itu, berinisial F, dianggap tindakan ekstremisme kekerasan. Direktur Eksekutif SETARA Institute Halili Hasan menilai insiden itu menjadi peringatan bahwa permasalahan ekstremisme berbasis kekerasan di usia dini masih besar dalam tata kebinekaan Indonesia. Nama-nama teroris dunia serta narasi ancaman di senapan mainan yang diduga milik terduga pelaku merupakan penegas bahwa tragedi tersebut bukanlah peristiwa kriminal biasa.
“Ini patut diduga mengarah pada terorisme,” kata Halili kepada wartawan di Jakarta, Senin (10/11).
Halili memaparkan remaja terpapar paham intoleransi hingga ekstremisme terlihat pada data riset SETARA Institute. Temuan dalam survei pada 2023 menunjukkan terdapat 24,2 persen remaja dalam kategori intoleran pasif, 5 persen dari mereka intoleran aktif. “Bahkan 0,6 persen lainnya terpapar ideologi ekstremisme,” ungkap Halili.
Dalam pandangan SETARA Institute, sejauh ini agenda dan program pencegahan yang dilakukan untuk mengatasi tantangan percepatan intoleran aktif dan remaja terpapar belum efektif dan cenderung melemah dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Baca juga:
Dia menduga lemahnya agenda pencegah ini karena terimbas program efisiensi dalam tata kelola anggaran. “Kejadian di SMA 72 Jakarta merupakan peringatan keras bahwa pencegahan ekstremisme kekerasan harus selalu ditempatkan sebagai program prioritas,” ungkap Halili.
Fakta spesifik bahwa terduga pelaku yang merupakan salah seorang siswa berusia 17 tahun sering menjadi korban perundungan di sekolah harus memantik perhatian para pemangku di lembaga pendidikan, khususnya Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen). “Kita semua seharusnya tidak memberikan toleransi sekecil apa pun pada berbagai bentuk perundungan yang terjadi di sekolah,” ucap Halili.
Menurut Halili, tragedi tersebut menegaskan bahwa seluruh pihak mesti bekerja sama dan terlibat dalam agenda dalam mencegah dan menangani kompleksitas ekstremisme kekerasan.
“Derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi melipatgandakan kompleksitas persoalan pencegahan dan penanganan keterpaparan, terutama di kalangan generasi muda,” ungkap dia.(knu)
Baca juga:
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Tragedi Ledakan di SMAN 72 Mengarah ke Aksi Terorisme, SETARA Institute Soroti Minimnya Program Pencegahan di Era Prabowo Imbas Efisiensi Anggaran
RS Islam Jakarta Masih Rawat 13 Korban Ledakan SMAN 72, 2 Orang Masuk Intensive Care
Pemprov DKI Evaluasi Keamanan Sekolah Pasca Ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading
Berkaca dari Kasus Ledakan di SMA 72, Pramono Harap Tak Ada Lagi Aksi Perundungan di Lingkungan Sekolah
Astaga! Isi Rumah Siswa Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Bikin Merinding, Ada Serbuk yang Diduga Jadi 'Kunci' Balas Dendam Perundungan
DPR Singgung Bahaya Edukasi Minim Tentang Konten Media Sosial
Operasi Luka Kepala Sukses, Terduga Pelaku Peledakan SMA 72 Mulai Sadar dan Dapat Penjagaan Ekstra Ketat
Siswa Terduga Pelaku Peledakan di SMAN 72 Jakarta Dicurigai Terpapar Konten Negatif di Media Sosial
Ledakan di SMAN 72, Mayoritas Korban Alami Gangguan Pendengaran
Polisi Selidiki Dugaan Siswa Pelaku Peledakan SMAN 72 Jakarta Utara Terpapar Paham Radikal