Toxic Positivity dalam Hubungan Percintaan, ketika Pasangan Selalu Bersikap Tegar


Toxic positvity bisa menghancurkan dirimu dan hubunganmu.(foto: istockphoto)
MERAHPUTIH.COM - MELAKUKAN hal baik tak selamanya benar-benar baik untuk dirimu sendiri atau bahkan hubunganmu dengan si dia. Sikap selalu tegar menjalani hubungan meskipun ada masalah di dalamnya bisa jadi wujud toxic positvity yang perlahan menghancurkanmu bahkan bukan tak mungkin hubunganmu juga.
Anxiety and Depression Association of America menyebut, kondisi toxic positivity bisa terjadi dalam sebuah hubungan. Pelakunya bisa saja diri sendiri atau pasangan. Kondisi toxic positivity ini terjadi saat pasangan atau dirimu sendiri memberikan pesan beracun dengan selalu menyebutkan untuk bersikap tegar dan berhenti mengeluh. Namun, sayangnya, saran untuk bersikap tegar dan tak mengeluh ini justru mengabaikan kondisi nyata dan mengeliminasi rasa sakit yang memang dirasakan. Akhirnya, hal yang terjadi ialah kalian akan memendam perasaan yang ada.
Dalam suatu hubungan, jika seseorang yakin bahwa ia tidak dapat mengungkapkan perasaannya dengan cara yang autentik dalam arti tetap tenang, perasaan itu akan terakumulasi menjadi perasaan marah. Pada akhirnya, hal itu dapat memicu konflik atau isolasi dan penarikan diri.
Dalam kasus hubungan, toxic positivity ini sering kali menciptakan ekspektasi yang tidak realistis tentang apa yang seharusnya kita rasakan. Jika dibiarkan, justru pikiran-pikiran ini dapat meningkatkan kecemasan dan depresi.
Baca juga:
Begini nih conoth toxic positivity dalam hubungan. Misaln nih, ketika pasanganmu ketahuan selingkuh, kamu malah menerimanya karena merasa bahwa kurang memperlakukan pasangan dengan baik. Kamu merasa kamu tidak layak untuk protes.
Contoh lain kondisi toxic positivity yakni saat pasanganmu sering menghabiskan waktu lebih intens dengan sahabatnya ketimbang kamu. Hal itu membuatmu berpikir bahwa sahabatnya sudah lebih dulu mengenal pasanganmu ketimbang kamu. Dengan begitu, kamu tidak bisa membahas ini karena takut hubungan persahabatan pasangan hancur dan kamu merasa tidak perlu khawatir.
Tak mau kan ada dalam kondisi serbatidakenakan karena toxic positivity? Lalukanlah sesuatu. Beri ruang bagi pikiran dan perasaan, meskipun hal tersebut tidak nyaman. Tujuannya bukan untuk merasa lebih baik misalnya, mencapai keadaan bahagia atau bahagia tanpa getaran negatif apa pun.
Merasakan seluruh rangkaian emosi dengan cara yang lebih sehat. Memberi ruang bagi perasaan, bahkan perasaan yang menyakitkan seperti kesedihan atau kecemasan, dapat mengeluarkan kamu dari siklus positif yang beracun.
Waspadai pemikiran yang menyertakan kata-kata seperti 'harus' karena itu bisa menjadi indikasi ekspektasi yang tidak membantu. Keyakinan bahwa 'aku seharusnya hanya mendapatkan getaran yang baik' merupakan ekspektasi yang ekstrem dan tidak membantu. Beralih dari posisi ekstrem ke posisi seimbang. Hal itu akan meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Terakhir, validasi perasaanmu sendiri. Ketika kamu menerima perasaanmu apa adanya, itu memang akan membuat orang dalam kondisi terpuruk. Namun, kondisi tersebut akan lebih cepat pulih ketimbang mengabaikannya dan melihatnya dengan sisi-sisi baik saja. Jika begitu, perasaan tersebut bisa muncul kapan saja, dan kamu jadi tidak tahu bagaimana cara tepat mengatasinya.(ayu)
Baca juga:
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
Buat Calon Pengantin nih, Rekomendasi 5 Restoran Terbaik untuk Wedding Venue di Jakarta

Gen Z Spill 2 Tantangan sebelum Menikah, Ekspektasi Orangtua dan Biaya

5 Tanda si Dia Effort dalam Hubunganmu

3 Tanda Cintamu Bertepuk Sebelah Tangan, Tinggalkan Saja

Pentingnya Komitmen untuk Bikin Hubungan Langgeng

5 Tahap Berdamai saat Kena Ghosting

Korea Selatan Sambut Generasi Baru, Angka Kelahiran Catatkan Rekor Tertinggi dalam 14 Tahun

Lajang Berhak Bahagia, Aktivitas Seru ini Bisa Dilakukan Sendirian

Memahami Kata Gaul 'Bestie', Apa cuma buat Cewek?

BI Checking ke Calon Pasangan, Penting enggak Sih?
