TIDI: Komunikasi Trump-Erdogan yang Cair Membuahkan Agenda Bersama di Suriah


Pengamat politik internasional Arya Sandhiyudha (Foto: Dok Pribadi)
MerahPutih.Com - Ada pertanyaan kenapa Amerika Serikat terkesan meninggalkan entitas yang dianggap sebagai sekutu dan proxy AS di Suriah yaitu YPG. Kemudian mempersilakan Turki melancarkan operasi Spring Peace.
YPG adalah singkatan Yekîneyên Parastina Gel, Sayap Perlindungan Rakyat, aliansi strategis dari PKK entitas politik-militer Kurdi yang beroperasi di Suriah.
Baca Juga:
Ratusan Orang Dilaporkan Tewas dalam Serangan Turki di Suriah
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif, The Indonesian Democracy Initiative (TIDI), Arya Sandhiyudha berpendapat sangat wajar bilamana komunikasi Trump dan Erdogan sangat cair.

Turki adalah 2nd largest military force (kekuatan terbesar kedua) di NATO dan juga US secondary bandwagonning state in the MidEast (sahabat utama AS di Timur Tengah).
“Pendekatan Trump membawa kebijakan luar negeri semakin realist yang artinya state centric approach, jauh lebih memuliakan negara daripada aktor non negara seperti YPG yang dijadikan proxy US." Kata Arya dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (18/10).
Arya Sandhiyudha yang merupakan penerima gelar Doktor Hubungan Internasional dari Istanbul University, Turki menambahkan, Trump telah mengubah persepsi ancaman dan US Strategic Culture (budaya strategis AS) dari GWOT (Perang Global Melawan Terorisme) yang menjadikan aktor non negara (non-state actors) seperti kelompok Teroris menjadi sumber ancaman.
“Agenda yang dimulai era Bush Jr diakhiri dengan mengalihkan agenda kepada Great Power Competition (kompetisi antar kekuatan negara) terutama terhadap China dan Russia, dimana aktor negara (state actors) menjadi ancaman utama,” paparnya.
Baca Juga:
Maka, menurut Arya, tarik mundur nya pasukan Russia dari Suriah menjadi credit point Erdogan. Sementara di mata Trump, ini buah dari Erdogan yang berhasil melakukan negosiasi dengan Putin.
“Buffer peace zone di perbatasan Suriah - Turki juga solusi yang dinantikan oleh Uni Eropa, kawasan paling terdampak dari Refugee crisis yang menghadirkan dilema dan pembelahan sosial politik terkait pro-kontra kebijakan negara terhadap imigran." tutup Arya.(Pon)
Baca Juga:
Amerika dan Sekutu Tembaki 100 Rudal ke Suriah, Hasilnya di Luar Dugaan
Bagikan
Berita Terkait
Hakim Batalkan Kebijkan Pemotongan Dana untuk Harvard oleh Donald Trump, Pemerintah akan Ajukan Banding

Kesehatan Presiden AS Donald Trump Jadi Bola Panas di Media Sosial, Tetap Menyebar meski sudah Dibantah

Respons Pernyataan Trump, Moskow Sebut Rusia, China, dan Korut Tidak Berkomplot Melawan Amerika Serikat

Presiden China, Rusia, dan Pemimpin Korea Utara Akrab di Parade Militer, Donald Trump Singgung Konspirasi Melawan AS

Taylor Swift Umumkan Pertunangan, Presiden AS Donald Trump hingga Anggota Kerajaan Inggris Ucapkan Selamat

Ini Yang Akan Dibahas Dalam Pertemuan Trump dan Putin di Alaska

Meksiko Kirim 26 Tokoh Kartel Narkoba ke AS, Ada Deal dengan Trump

Apple Pilih Gelontorkan Investasi Rp 1.627 Triliun di AS, Investasi di Indonesia Diklaim Terus Lanjut

UFC akan Gelar Pertarungan Perdana di Gedung Putih, Rayakan 250 Tahun AS

Grok AI Sebut Trump 'Penjahat Paling Terkenal' di Washington, Terjerat 34 Kasus Pidana
