Terdeteksi di Singapura dan Thailand, Dokter Diharapkan Waspadai Gejala Cacar Monyet


Cacar Monyet. (Foto: Antara/ Reuters)
MerahPutih.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan status darurat untuk kasus cacar monyet. Meski masih belum terdeteksi di Indonesia, namun kasus monkey pox sudah ditemukan di Singapura dan Thailand.
Pada Mei 2022, monkeypox menjadi penyakit yang menjadi perhatian kesehatan masyarakat global, karena dilaporkan dari negara non endemis.
Baca Juga:
Hasil Pemeriksaan 9 Pasien Suspek Cacar Monyet di Indonesia
Sejak tanggal 13 Mei 2022, WHO telah menerima laporan kasus-kasus monkeypox yang berasal dari negara non endemis, dan saat ini telah meluas secara global dengan total 75 negara.
Hingga 25 Juli 2022 terdapat 18.905 kasus konfirmasi monkeypox di seluruh dunia, dengan 17.852 kasus terjadi di negara tanpa riwayat kasus konfirmasi sebelumnya. Amerika Serikat melaporkan kasus monkeypox sebesar 3846 kasus. Di ASEAN, Singapura telah melaporkan 9 kasus konfirmasi dan Thailand melaporkan 1 kasus konfirmasi.
Dokter Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Adityo Susilo mengatakan, penularan antar manusia, diduga dapat terjadi sebagai akibat dari kontak erat dengan pasien yang terinfeksi secara langsung (direct close contact) melalui paparan terhadap sekresi saluran napas yang terinfeksi, kontak dengan lesi kulit pasien secara langsung, maupun berkontak dengan objek yang telah tercemar oleh cairan tubuh pasien.
Selain itu, kata ua, transmisi secara vertikal dari ibu ke janin melalui plasental (infeksi Cacar Monyet kongenital) juga dimungkinkan.
Adityo menegaskan, periode inkubasi Cacar Monyet berkisar antara 5-21 hari dengan rerata 6-16 hari. Setelah melewati fase inkubasi, pasien akan mengalami gejala klinis berupa demam tinggi dengan nyeri kepala hebat, limfadenopati, nyeri punggung, nyeri otot dan rasa lemah yang prominen.
"Hingga saat ini masih belum ada pengobatan yang spesifik untuk infeksi cacar monyet," katanya.
Ketua Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI Agus Dwi Susanto mengatakan, pemahaman yang baik terhadap infeksi cacar monyet dan kewaspadaan dini terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) atau outbreak, menjadi modal utama dalam aspek pencegahan.
"Upaya untuk menghindari kontak dengan pasien yang diduga terinfeksi merupakan kunci pencegahan yang dinilai paling efektif pada saat outbreak, diiringi dengan upaya surveilans dan deteksi dini kasus aktif guna melakukan karantina untuk mencegah penyebaran yang lebih luas," katanya.
Agus meminta tenaga Kesehatan baik dokter maupun perawat yang menemukan gejala cacar monyet pada pasien agar segera melakukan tindak lanjut dengan tes PCR (Polymerase Chain Reaction) yakni metode pemeriksaan virus cacar monyet dengan mendeteksi DNA virus tersebut.
"Dan segera melaporkan ke Dinas Kesehatan Setempat agar bisa segera dilakukan surveilans dan Tindakan lebih lanjut lainnya," katanya. (Asp)
Baca Juga:
Vaksin Cacar Diklaim Mampu Cegah Cacar Monyet
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

[HOAKS atau FAKTA]: IDI Publikasikan 19 Minuman yang Sebabkan Diabetes dan Pengerasan Otak
![[HOAKS atau FAKTA]: IDI Publikasikan 19 Minuman yang Sebabkan Diabetes dan Pengerasan Otak](https://img.merahputih.com/media/e5/74/63/e57463822770c6512e7a4fbac4ff353f_182x135.jpeg)
PB IDI Protes Mutasi dan Pemberhentian Dokter Vertikal oleh Kemenkes, Dinilai Tidak Punya Alasan

Batasi Penyebaran Mpox, Republik Demokratik Kongo Lanjut Vaksinasi Tahap 2

CDC Afrika Sebut Korban Jiwa Mpox Lampaui 1.100

WHO Setujui Alinity m MPXV sebagai Uji Diagnostik Pertama Mpox

Kasus Mpox di Australia Melonjak 5 Kali Lipat dalam 3 Bulan

Mpox belum Terkendali, Presiden Afrika Selatan Serukan Penyebaran Vaksin

India Laporkan Kasus Pertama Mpox Strain Clade 1B

CDC Afrika Nyatakan Mpox tak Terkendali
