Alat Pendeteksi Tsunami yang Tadinya Hanya Penanda Aktivitas Pelabuhan
Buoy sebagai alat peringatan tsunami. (Foto: Pixabay/Skeeze)
JAUH sebelum tsunami berlabuh di bibir pantai, sebenarnya sudah bisa terdeteksi lewat alat-alat khusus. Banyak alat dan metode yang bisa digunakan untuk melihat potensi dahsyat hantaman tsunami. Salah satunya adalah buoy.
Indonesia sendiri sejatinya sudah memiliki buoy sebanyak 22 unit pada 2008 lalu. Namun karena tak adanya anggaran untuk perawatan alat, pada 2012 buoy milik Indonesia rusak dan bahkan ada yang dicuri.
Dana yang dibutuhkan untuk perawatan buoy sendiri memang tergolong besar. Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT pernah membuat hitungan biaya, untuk pemasangan satu unit buoy saja, dibutuhkan Rp5 miliar. Belum lagi ditambah biaya perawatan yang lebih dari Rp1 miliar per unitnya.
Besarnya biaya untuk pemasangan dan perawatan buoy, tentu membuat orang penasaran dengan seperti apa buoy dan bagaimana cara kerja alat canggih pendeteksi tsunami ini.
1. Tadinya sebagai penanda aktivitas pelabuhan
Buoy adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai penanda yang dipasang di laut. Pada awalnya alat ini dipasang untuk aktivitas bongkar muat kapal laut. Namun, alat ini kemudian juga difungsikan untuk mengamati tsunami yang mungkin terjadi di kawasan tersebut.
Buoy biasanya berwarna cerah terang, seperti warna kuning. Hal ini bertujuan agar alat tersebut tak tertabrak kapal yang melintas.
2. 800 km dari pantai
Alat canggih ini terdiri dari dua bagian. Pertama, pemberatnya buoy berupa rantai yang diberi nama Sinker. Biasanya, sinker yang terdapat pada buoy panjangnya dua kali lipat dari kedalaman laut tempat buoy dipasang. Kedua, alat buoy yang terapung.
Buoy biasanya dipasang pada jarak 800 kilometer dari bibir pantai. Dari sinilah nantinya buoy akan mendeteksi potensi tsunami dan mengirimkan data ke daratan lewat satelit.
3. Sinker akan mengirimkan tekanan gelombang
Sinker yang ada pada buoy selain sebagai pemberat juga berfungsi untuk mendeteksi tekanan gelombang yang ada di tengah laut. Jika dirasa ada potensi tsunami yang akan datang, sinker akan mengirim sinyal ke buoy.
Setelah data diterima buoy yang terapung, maka dalam beberapa menit saja data akurat akan langsung dikirim ke daratan lewat satelit. Jika data sudah diterima peringatan dini tsunami sudah bisa dikumandangkan. (zaim)
Baca Juga: Manuskrip Kuno Ini Merekam Masa Lalu Tsunami di Beberapa Daerah!
Bagikan
Berita Terkait
Gempa M 6,7 Lepas Pantai Sanriku, Jepang Keluarkan Peringatan Tsunami Sore Tadi
Gempa M 6,5 di Leeward Islands, BMKG Ungkap Ada Pergerakan Lempeng Karibia dan Amerika Utara
BMKG Cabut Peringatan Dini Tsunami di Indonesia, Imbas Gempa M 7,6 Perairan Filipina
BMKG Ungkap Penyebab Gempa M 7,6 di Filipina, Ada Pergerakan Lempeng Tektonik di 2 Samudra
Tsunami Minor Sudah Terdeteksi Terjadi di Pesisir Talaud Imbas Gempa M 7,4 Filipina
Gempa M 7,6 Guncang Filipina, Waspada Sulawesi Utara dan Papua Berpotensi Tsunami
Gempa M 7,4 Hantam Laut Filipina, BMKG Keluarkan Peringatan Tsunami di Kepulauan Talaud
150 Juta Penduduk Indonesia Tinggal di Kawasan Rawan Gempa, 5 Juta di Wilayah Rentan Tsunami
BRIN Lakukan Ekspedisi Maritim Pelajari Tsunami Akibat Tumbukan Lempeng Australia–Jawa, Ajak Peneliti China
Tsunami Besar di Selatan Jawa Berpotensi Terulang, Tunggu 200 Tahun Kedepan