Tarian Nusantara dan Kontemporer Ramaikan BWCF 2015


Sejumlah seniman pada gelaran Borobudur Writers & Culture Festival (BWCF) 2015 di panggung terbuka komplek Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, Jateng, Jumat (13/11). (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)
MerahPutih Budaya - Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2015 menyuguhkan tiga tarian nusantara dan kontemporer. Ketiga tarian tersebut berasal dari Banyuwangi dan Magelang. Sementara satu tarian kontemporer persembahan Komunitas Lima Gunung.
Tarian bertajuk "Problematika Alam, Insan, Zaman" dari Komunitas Lima Gunung membuka rangkaian kegiatan BWCF hari kedua pada pukul 08.00 WIB di Hotel Manohara, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (13/11).
Corak warna para penari menggunakan pakaian serba putih. Sementara fitur tariannya beragam, mulai dari ayam beserta kandangnya, api, serta motor gede. Aksi berdurasi setengah jam itu dilatari musik instrumen asli.
Usai tarian asuhan Sutanto Mendut tersebut, gelaran dilanjutkan seminar bertema "Gunung dan Mitologi". Seminar menghadirkan pakar geologi dan pakar arkeologi, yakni I Made Geria, Indyo Pratomo, dan Sugeng Riyanto. Seminar ditutup sekira pukul 12.30 WIB.
Tak lama kemudian, sekira pukul 14.00 WIB, seluruh peserta BWCF 2015 dibawa ke Desa Krandegan, salah satu desa di kaki Gunung Sumbing. Di desa dengan ketinggian 1.400 dari permukaan laut tersebut, para peserta disuguhkan tarian sambutan khas Desa Krandegan, Magelang, Jawa Tengah. Dua wanita penari, dengan pakaian khas daerahnya, menari lembut dan tenang.
Tarian itu dilanjutkan dengan tarian Banyuwangi. Para seniman yang khusus datang dari Banyuwangi menyuguhkan tarian Jejer Gandrung Kreasi. Tarian dilatari instrumen khas musik Banyuwangi. Sebanyak enam wanita penari menjadi tontonan yang cukup menggairahkan suasana. Di sela-sela tarian, para penari mengajak para peserta BWCF 2015 menari di tengah panggung.
Selanjutnya, tiga penyair Joko Pinurbo, Eka Budianta, dan Gunawan Maryanto membacakan karya-karya puisinya. Di penghujung acara tersaji pentas musik dari dua kelompok musik. Seluruh peserta BWCF akhirnya meninggalkan desa yang membutuhkan waktu perjalanan satu jam dari Borobudur. Seluruh peserta kembali ke tempat penginapan, kawasan wisata Borobudur, sekira pukul 23.00 WIB. (fre)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Polisi Diminta Usut Tuntas Kematian Mahasiswa Amikom, Bonnie Triyana: Tidak Ada Alasan yang Membenarkan Kekerasan Aparat Terhadap Pengunjuk Rasa

Pesisir Medan Berpotensi Banjir 22-28 Agustus, Hujan Lebat Akan Guyur DIY

Saat Libur Peringatan HUT ke-80 RI, Daop 6 Yogyakarta Alami Kenaikan Penumpang 5,5 Persen

85.792 Wisatawan Mancanegara Naik Kereta Api Selama Juli 2025, Yogyakarta Jadi Tujuan Tertinggi

Viral, Driver Ojol Dikeroyok karena Telat Antar Kopi, Ratusan Rekan Geruduk Rumah Customer

Film Dokumenter 'Jagad’e Raminten': Merayakan Warisan Inklusivitas dan Cinta dari Sosok Ikonik Yogyakarta

Berkiprah di Korea, Miyu Pranoto Harumkan Nama Indonesia Lewat Dunia Tari

Libur Panjang, KAI Commuter Yogyakarta Tambah 4 Perjalanan Jadi 31 Trip Per Hari

Heboh Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon, Nama Tersangka Penyerebot Sudah di Kantong Polisi

Tabrakan Tronton Maut di Jalan Raya Magelang, 11 Orang Tewas
