Tari Barong, Pertunjukan Mistis ala Negeri Aing


Tari Barong lekat dengan hal mistis. (foto: unsplash/nick fewings)
HAL-hal mistis amat lekat dengan kehidupan orang Indonesia. Mulai dari tradisi hingga destinasi wisata bisa punya kisah mistis di baliknya. Biarpun terkesan arkaik, hal-hal mistis itu justru jadi hal menarik di negeri aing.
Seperti halnya Pulau Dewata. Pulau kecil nan indah itu menawarkan tradisi dan upacara keagamaan sebagai daya tarik. Bagi orang Bali, upacara dan hal mistis menjadi napas dalam kehidupan keseharian. Tidak mengherankan jika pemandangan orang bersembahyang ataupun mengaturkan sesajen bisa dilihat hampir sepanjang hari di Bali.
BACA JUGA:
Bahkan, tradisi dan napas keagamaan warga Bali juga terbawa ke seni pertunjukan yang jamak dipertontonkan kepada pelancong. Sebut saja tari Kecak yang menampilkan fragmen Ramayana dengan iringan 'musik mulut' mistis. Dalam versi lain, ada juga tari Kecak yang menampilkan tarian Barong lengkap dengan penari yang kesurupan. Karakter Barong yang muncul di akhir pertunjukan menjadi penawar bagi mereka yang kesurupan.
Dalam pergelaran Calonarang yang biasanya dipentaskan di Pura Dalem, karakter Barong muncul sebagai lawan dan Rangda, tokoh jahat Rangda Ing Girah pada lakon Calonarang. Barong muncul membawa air penawar bagi mereka yang mengalami sakit akibat teluh yang disebar Rangda. Sungguh, pertunjukan tersebut berhawa mistis sekaligus membuat kagum.

Karakter Barong merupakan makhluk mitologi dalam Hindu. Ia merupakan simbol kebajikan atau dharma. Secara etimologi, kata Barong diyakini berasal dari Sansekerta yaitu kata b(h)arwang yang dalam bahasa Melayu dan Indonesia sejajar dengan kata 'beruang'. Hal itu mengacu kepada hewan penjaga hutan.
Ada juga pendapat lain yang mengartikan Barong berasal dari urat kata ba-ru-ang. Penggalan 'ru' dan 'ang' kemudian luruh menjadi 'rong' yang berarti 'ruang'. Hal itu mengacu kepada dua ruangan yang menjadi tempat penari Barong, yakni ruang bagian depan dan bagian belakang.
Dalam konsep keagamaan, Barong diartikan dalam dua kata 'bar/bor' dan 'ong'. 'Bor' disebut sebgaai poros, sedangkan 'ong' merupakan sebutan untuk Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam hal ini, Ida Sang Hyang Widhi dimanifestasikan dalam wujud Bhatara Wisnu sebagai Yang Maha Pemelihara yang menjaga kehidupan di atas langit dan di bawah langit.
Barong dan Tradisi Ngelawang

Barong merupakan simbol kemenangan dari kebaikan. Ia menjadi sosok pelindung spiritual bagi masyarakat Bali. Barong dipercaya dapat meningkatkan aura energi spiritual positif bagi umat manusia. Dalam kisah yang ditampilkan dalam pertunjukan, Barong ialah wujud kebenaran.
Tak sekadar simbol, kekuatan dharma (kebenaran, kebajikan) Barong dipercaya terdapat di bagian mukanya, khususnya pada mata dan jenggot. Karena itulah, masyarakat Bali percaya bahwa jika sebuah desa mengalami wabah, pemuka agama akan menjadikan air rendaman jenggot Barong sebagai air suci. Dipercaya, air tersebut memiliki kekuatan magis. Yang unik, jenggot Barong terbuat dari rambut warga.
Meskipun menjadi simbol kebajikan, wujud Barong bisa tampak menyeramkan buat beberapa orang. Barong mengambil wujud seekor singa besar dengan kepala memakai ketu (hiasan kepala) seorang pendeta. Telinga Barong dibuat lebar, dengan melotot dan tidak berkedip. Selain itu, mukanya pun merah. Ekornya yang berwarna keemasan dan lebat mengibas-ngibas. Namun, seulas senyum lebar selalu tampak di wajah Barong.

Sebagai simbol kebenaran dan kebajikan, Barong kerap ditampilkan di Hari Raya Galungan. Hari raya itu merupakan hari untuk merayakan kemenangan dharma (kebenaran) melawan adharma (kejahatan). Di Hari Raya Galungan, Barong dibawa ngelawang, yakni menari keliling desa.
Thomas A Reuter dalam bukunya, Custodians of The Sacred Mountains, menjelaskan perjalanan ngelawang merupakan sebuah paradigma simbolis dan ritual yang menyatakan hubungan antarpura, tidak hanya pada daerah pegunungan, tapi juga dimaknai sama oleh warga di bagian lain Bali.
Kegiatan ngelawangg Barong pada Galungan menyimbolkan sebagai suatu masa mengunjungi kerabat di Bali. Memang pada Galungan, orang biasanya akan kembali ke rumah asal-usul mereka untuk mengunjungi bapak ibu atau nenek kakek dan memberikan penghormatan kepada leluhur yang diabadikan di dalam pura nenek moyang mereka, yakni sanggah kemulan.(dwi)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Prabowo Beri Sinyal Indonesia Dukung Qatar yang Baru Diserang Israel

Pengamat Ingatkan Indonesia Bisa Seperti Nepal, Fenomenanya Mirip Pejabat Flexing dan Korup

Aji Mumpung Banget ini, Seoul Tawarkan Paket Wisata dengan Kelas Tari 'KPop Demon Hunters'

Kartu Kuning 2 Tahun Berakhir, Geopark Kaldera Toba Kembali Raih Status Kartu Hijau UNESCO

Gerhana Bulan Total Minggu (7/9) Malam, Umat Islam Diimbau Salat Khusuf

Fenomena Gerhana Bulan Total Terlihat Langit Indonesia 7-8 September 2025, Bisa Nonton Live Stream Loh di Link Ini

Gerhana Bulan Total Minggu (7/9) Malam, ini Jadwal dan Lokasi Pengamatannya

Raih Emas Terbanyak di Asian Cup Woodball Championship 2025, 3 Srikandi Indonesia Belum Puas dan Mau Catat Sejarah Baru

Cara Ramah Pulau Jeju Ingatkan Wisatawan yang Bertingkah, tak ada Hukuman

PSI Tolak Rencana Pramono Buka Ragunan hingga Malam Hari, Pertanyakan Kesiapan Fasilitas
