Diskusi di Rumah Kos Lahirkan Ikrar Pemersatu Bangsa


Diorama aktivitas pemuda di tempat indekos kelak menjadi lokasi Kongres Pemuda II. (Foto: inspiratorfreak)
TEPAT pada 28 Oktober 2020 silam, Indonesia merayakan Hari Sumpah Pemuda. Namun siapa sangka, bangunan di tepi Jalan Keramat Raya 106, lokasi Kongres Pemuda II itu menyimpan cerita unik. Mulai dari tempat indekos, berlatih tari, hingga gudang sementara. Lalu, bagaimana sih ceritanya?
Bangunan berarsitektur Indis tersebut merupakan rumah milik seorang Tionghoa bernama Sie Kong Liang. Saat masih hidup, ia tinggal di rumahnya yang terletak di Jalan Senen Raya, sekitar 800 meter dari rumah kos di Jalan Keramat Raya 106.
“Bangunan ini, seperti bangunan di sekitarnya merupakan tempat tinggal. Sie Kong Liang menjadi tangan pertama. Karena lokasinya dekat dengan kampus STOVIA dan Recht Hooge School pemiliknya mengubah tempat ini jadi indekos,” tutur Endang Pristiwa Ningsih, Edukator Museum Sumpah Pemuda, baru-baru ini.
Baca juga:
Mulai 1925, lanjut Endang, mula-mula mulai ditempati para pemuda Jong Java. Kemudian dua tahun berselang mulai tinggal para pemuda lainnya, seperti Mohammad Yamin dan AK Gani. Mereka membayar sewa 7,50 gulden per bulan.
Rumah tersebut terbagi ke dalam beberapa kamar tidur, ruang tamu, beranda, dan halaman belakang. Selain sebagai tempat beristirahat, menurut sejarawan Hoesein Rushdy, para pemuda menghuni tempat tersebut juga seringn berdiskusi seputar pergerakan nasional.
“Mereka berasal dari ragam organisasi pemuda kedaerahan seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, dan lainnya kemudian terkoneksi untuk membahas situasi terkini seputar pergerakan. Jadi lokasi ini menyumbang benih kesadaran menuju kesatuan nasional,” ungkap Rushdy.
Di sela kegiatan diskusi politik dan pergerakan nasional, para mahasiswa kebanyakan dari Jong Java memanfaatkan halaman belakang menjadi tempat latihan menari.

Baca juga:
Gubernur Ali Sadikin, Inisiator Kelahiran Museum Sumpah Pemuda
“Pemuda dari Jong Java itu membuat grup kesenian Langen Siswo untuk berlatih menari Jawa dan berlatih Wayang Orang,” ungkap sejarawan cum dokter tersebut.
Para pemuda lantas menamakan tempat tersebut Indonesische Clubgebouw (IC). Dari sana, ide-ide merumuskan bentuk perjuangan mulai mencuat. IC lantas berperan penting untuk menggerakan pelaksanaan Kongres Pemuda II, 27 sampai 28 Oktober 1928.
Lokasi indekos itu kemudian digunakna pada sesi ketiga, hari terakhir kongres, menghasilkan Sumpah Pemuda dan untuk kali pertama lagu kebangsaan Indonesia Raya diperdengarkan kepada khlayak melalui permainan biola WR Supratman.
Setelah terjadi perselisihan antara anggota IC dan pemilik indekos, akhirnya para pemuda memindahkan aktifitas mereka ke Kramat Raya 156.
“Bangunan itu sempat berulang kali berubah fungsi dan terakhir menjadi gudang, hingga pada masa Gubernur Ali Sadikin, lokasi ini kemudian berfungsi sebagai Museum Sumpah Pemuda,” tutup Endang. (and)
Baca juga:
Menapak Tilas Indekos para Revolusioner di Lokasi Sumpah Pemuda
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Sumpah Pemuda, Ratusan Prajurit Keraton Bentangkan Bendera Merah Putih 1.000 Meter

5 Nilai yang Bisa Dimaknai dari Hari Sumpah Pemuda

Sejarah Sumpah Pemuda: Ikrar Kebangsaan yang Memperkuat Persatuan Indonesia

5 Lagu Penuh Semangat untuk Peringati Sumpah Pemuda

Tema dan Makna Filosofis Logo Baru Peringatan Sumpah Pemuda

Peringati Sumpah Pemuda, Ganjar Dorong Anak Muda Lakukan Reaktualisasi

Mahfud MD Sebut Indonesia Emas 2045 Harus Diwujudkan oleh Generasi Muda

Peringati Sumpah Pemuda, Presiden Bicara Peluang Besar Capai Indonesia Emas 2045

Sumpah Pemuda Jadi Momentum Anak Muda Majukan Bangsa Indonesia
