Suku Bunga BI Naik 25 Poin, Jurus Gubernur Perry Perkuat Rupiah


ilustrasi rupiah terhadap dolar AS (Foto Antara)
MerahPutih.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo langsung memutuskan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 4,75% dari sebelumnya 4,50%. Kebijakan yang bertujuan untuk mendokrak nilai tukar rupiah ini diambil Perry, seminggu setelah dilantik Presiden Jokowi pada Kamis (25/5) pekan lalu.
Tak hanya suku bunga acuan, BI juga menaikkan suku bunga Deposit Facility (DF) sebesar 25 bps menjadi 4,00%, dan suku bunga Lending Facility (LF) sebesar 25 bps menjadi 5,50%. Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung kemarin sore itu memutuskan tarif bunga baru ini resmi berlaku hari ini.

“Keputusan Dewan Gubernur BI ini berlaku efektif mulai tanggal 31 Mei 2018,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Agusman, dalam siaran persnya dilansir dari laman resmi Sekretaris Kabinet (Setkab), Kamis (31/5).
Menurut Agusman, keputusan untuk menaikkan bunga acuan itu disambut untuk memperkuat stabilitas nilai tukar terhadap perkiraan kenaikan suku bunga AS yang lebih tinggi, dan meningkatnya risiko di pasar keuangan global.
Bank Indonesia, tegas Agusman, meyakini kondisi ekonomi Indonesia secara keseluruhan cukup baik dan kuat. Tekanan terhadap stabilitas yang terjadi sejak awal Februari dinilai lebih karena tren kenaikan suku bunga AS, dan meningkatnya ketidakpastian global akibat perubahan kebijakan AS dan sejumlah risiko geopolitik.
“Keputusan kenaikan suku bunga ini merupakan bagian dari langkah kebijakan jangka pendek Bank Indonesia yang memprioritaskan kebijakan moneter pada stabilitas khususnya untuk nilai tukar rupiah,” tulis Direktur Eksektif Departemen Komunikasi BI itu.
4 Solusi Jangka Pendek

Langkah-langkah jangka pendek lainnya juga diambil BI dalam menjaga nilai tukar rupiah. Pertama, respons kebijakan suku bunga akan tetap ditempuh secara pre-emptive, front-loading, dan ahead of the curve untuk stabilisasi nilai tukar rupiah, di samping tetap konsisten dengan upaya menjaga inflasi 2018-2019 agar terkendali sesuai sasaran 3,5±1%.
Kedua, intervensi ganda (dual intervention) di pasar valas dan di pasar surat berharga negara (SBN) terus dioptimalkan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah, penyesuaian harga di pasar keuangan secara wajar, dan menjaga kecukupan likuiditas di pasar uang. Ketiga, strategi operasi moneter diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas khususnya di pasar uang rupiah dan pasar swap antar bank.
Keempat, komunikasi yang intensif khususnya kepada pelaku pasar, perbankan, dunia usaha, dan para ekonom untuk membentuk ekspektasi yang rasional sehingga dapat memitigasi kecenderungan nilai tukar rupiah yang terlalu melemah (overshooting) dibandingkan dengan level fundamentalnya.
Agusman menambahkan tekanan terhadap stabilitas khususnya nilai tukar Rupiah lebih karena perubahan kebijakan di AS yang berdampak ke seluruh negara, termasuk Indonesia. “Kenaikan suku bunga yang lebih tinggi juga disebabkan oleh defisit fiskal pemerintah AS yang diperkirakan akan mencapai sekitar 4% dari PDB tahun ini dan 5% tahun 2019,” ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI itu. (*)
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
Langkah BI Stabilkan Rupiah di Tengah Ketegangan Aksi Demo

Kebijakan Bank Sentral AS Bikin Rupiah Melemah, Tarif Trump Bakal Dorong Inflasi

BI Rate Turun Lagi Ketiga Kalinya Tahun Ini Jadi 5,25 Persen, IHSG Ditutup Menguat

BI Beri Sinyal Suku Bunga Acuan Turun Lagi untuk Ketiga Kalinya Tahun Ini

Penurunan BI Rate Bakal Berdampak ke Kredit Rumah, Disebut Sebagai Langkah Bijak

Jaga Stabilitas Rupiah, BI Rate Turun 25 Poin Jadi 5,5%

Sepekan Terakhir, Modal Asing Rp 2,36 Triliun Bersih Masuk Indonesia Dorong Rupiah Menguat Tipis

Tekanan Trump ke Bank Sentral Amerika Bikin Rupiah Menguat

DPR Puji Langkah Taktis BI Hingga Rupiah Kokoh di Level Rp16.700, Pasar Keuangan Aman Terkendali

Dolar AS Tersungkur, Rupiah Terbang Tinggi Berkat Keputusan Kontroversial Trump!
