Serangan Siber Pada Perusahaan Game Meningkat Drastis
Serangan Siber Pada Perusahaan Game Meningkat Drastis (Foto: pixabay/b_a)
KEAMANAN data perusahaan game sangat terancam tahun ini. Pada laporan State of the Internet: Gaming Respawned, perusahaan teknologi komputasi awal (cloud) Akamai Technologies Inc menyatakan terdapat lonjakan serangan pada aplikasi web di industri gaming. Serangan ini meningkat dari tahun sebelumnya, yakni mencapai lebih dari dua kali lipat.
Seperti yang dikutip dari laman Antara, laporan tersebut menguraikan bahwa serangan itu berpangkal dari meroketnya popularitas serta permintaan akan platform game cloud.
Baca Juga:
Serangan pada aplikasi web di sektor gaming tentunya membuat akun para gamers akan berisiko dibobol oleh pelaku kejahatan siber. Hal itu bisa mengakibatkan penjualan akun game dan pencurian informasi pribadi, seperti data kartu kredit.
Pasar transaksi mikro diproyeksikan mencapai USD 106,2 miliar di tahun 2026, sehingga menjadi sasaran empuk bagi para penyerang. "Pertumbuhan serta evolusi aktivitas gaming memicu peningkatan jumlah serangan siber yang terjadi," ujar Senior Strategist Akamai untuk Industri Media & Hiburan Jonathan Singer.
Lebih lanjut Jonathan menambahkan, biasanya, pelaku kejahatan siber mengincar live service dan kredensial bersama untuk mencuri aset gaming. Kemudian, seiring bertambahnya industri gaming ke teknologi cloud, terdapat potensi ancaman baru yang dimanfaatkan penjahat siber untuk mengincar pemain baru.
Baca Juga:
Berdasarkan laporan tersebut, sebanyak 37 persen dari total serangan DDoS menghantui industri gaming. Persentase tersebut melampaui sektor finansial pada posisi kedua dengan 22 persen.
Kemudian, temuan lain di State of the Internet: Gaming Respawned pun mencakup serangan terhadap aplikasi web pada sektor gaming, yang melonjak 167 persen antara kuartal 1 2021 hingga kuartal 1 2022, yang memengaruhi jutaaan akun pemain video game di seluruh dunia.
Kemudian negara yang menjadi target utama para penjahat siber yaitu Amerika Serikat, Swiss, India, Jepang, Inggris, dan sejumlah Negara Eropa lainnya serta Asia. Terlebih, perusahaan gaming mengalihkan operasi ke cloud, sehingga menjadi ladang baru yang menggiurkan bagi peretas.
Salah satu transaksi yang menjadi incaran penjahat siber, yaitu transaksi mikro di industri gaming. Hal tersebut dilakukan oleh penjahat siber agar tidak terendus dengan menyasar kemapuan finansial pemain. (ryn)
Baca Juga:
Menelusur Dalang di Balik Peretasan Channel YouTube Justin Bieber
Bagikan
Berita Terkait
Xiaomi 17 Ultra Bisa Rilis Lebih Cepat, Sudah Bisa Pre-order dari 15 Desember
Spesifikasi Lengkap OPPO Reno 15c Bocor, Dijadwalkan Rilis 19 Desember 2025
Sudah Raih Sertifikasi, Xiaomi 17 Siap Debut Global dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5
iPhone 18 Bakal Uji Coba Face ID di Bawah Layar, Apple Siap Masuki Era Baru
Samsung Galaxy Z TriFold Sudah Mengaspal di China, Harganya Mulai dari Rp 47,1 Juta
Realme 16 Pro Segera Meluncur, Bawa Lensa Telefoto dan Baterai 7.000mAh
Xiaomi 17 Ultra Paling Cepat Bisa Dipesan Mulai Desember, tak Perlu Menunggu hingga 2026!
Render Samsung Galaxy S26 Series Bocor, Desain Barunya Jadi Sorotan!
Xiaomi 17 Ultra Leica Leitzphone Edition Muncul di GSMA, Ditunggu-tunggu Pencinta Fotografi!
Timnas MLBB Indonesia Ukir Sejarah Peringkat 4 Dunia IESF WEC 2025, Langsung Fokus SEA Games Thailand