Selamatan Padi, Syukuran Panen Masyarakat Badui
Permainan angklung meriahkan Selamatan Padi. (Foto: Pixabay)
PERMAINAN angklung mewarnai acara Selamatan Padi masyarakat Badui. Telah empat hari syukuran panen di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten ini berlangsung.
“Perayaan itu diramaikan dengan permainan musik angklung mulai pukul 20.00 WIB sampai 03.20 WIB,” kata seorang warga Badui, Santa (45), seperti dikutip ANTARA.
Petani adalah profesi kebanyakan masyarakat Badui. Warga Badui mengandalkan kehidupan ekonomi mereka dari bercocok tanam padi, pisang, tebu endog, sayuran, dan palawija. Tanaman keras seperti albasia, mahoni dan jati mereka jadikan sebagai tanaman investasi masa depan.
Ketika musim panen tiba, masyarakat desa melakukan pesta panen seperti sekarang.
Selamatan Padi tak hanya sebagai ungkapan rasa syukur, namun juga berisi harapan agar tanaman padi huma yang ditanam menghasilkan produksi melimpah.
Syukuran biasanya dilakukan secara bergantian, dari satu kampung ke kampung lain. Selama bertani padi huma, masyarakat Badui tinggal di hutan-hutan garapan. Karena itu, Selamatan Padi sekaligus menjadi ajang berkumpul bersama sanak saudara dan tetangga.
“Kami sendiri kembali ke kampung di Cipiit, Desa Kanekes, bisa dihitung dalam setahun, karena memiliki garapan di kawasan hutan milik Perum Perhutani di Kecamatan Gunungkencana,” terang Santa.
Sesuai kalendar adat, masyarakat Badui telah menanam padi huma secara serentak pada November lalu. Menurut dia, semua warga Badui mengandalkan kehidupan ekonominya bertani ladang dengan tanam padi, pisang, tebu endog, sayuran, singkong, palawija.
Selain itu juga tanaman keras, seperti albasia, mahoni, jati yang dijadikan sebagai tanaman tabungan masa depan.
Mereka bertani ladang,selain di lahan hak tanah adat ulayat Badui juga menyewa lahan ke luar lahan hak adat juga menggarap lahan Perum Perhutani. Lahan hak garap pertanian Badui tersebar di Kecamatan Leuwidamar, Sobang, Cirinten, Cimarga, Cileles, Gunungkencana, Muncang dan Bojongmanik.
Saat pulang untuk merayakan Selamatan Padi seperti sekarang, angklung kembali dimainkan. Kesenian angklung memang sengaja dipertahankan karena telah menjadi identitas warga Badui. (*)
Simak artikel lain mengenai suku Badui pada artikel Kemendagri Diminta Tulis “Selam Wiwitan” untuk Agama Masyarakat Badui.
Bagikan
Berita Terkait
WNA China Bos PT PMT Tersangka Kasus Pencemaran Radioaktif Cs-137 Cikande
Ketok Harga Bikin Orang Kapok Liburan di Banten, DPRD Desak Regulasi Tarif Wisata
Gubernur Banten Siaga Hadapi Bencana di Januari Hingga Maret 2026, Cek SDM dan Peralatan
Prakiraan BMKG: Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi di Banten 7-8 November
AFC Challenge League: Dewa United Banten Kalahkan Shan United dengan Skor 4-1
Masyarakat Banten Diimbau Waspadai Potensi Bencana Hidrometeorologi
Mulai 2026, Jemaah Calon Haji Banten dan DIY Berangkat dari Embarkasi Cipondoh dan Yogyakarta
10 Pantai Terbaik di Banten: Surga Tersembunyi Dekat Jakarta yang Wajib Kamu Kunjungi
Larangan Masuk Badui Dalam untuk Wisman Resmi Diberlakukan Demi Menjaga Kesakralan Rumah Lembaga Adat
Kejati Banten Jadi Mediator Polemik Penutupan Jalan Puspitek Serpong