Sekolah dari Rumah? Simak Cerita Mahasiswa yang Menjalani Sistem Kuliah Online


Mengubah metode kelas tatap muka menjadi virtual karena pandemi Corona (Foto: xinhuanet)
BEBERAPA minggu kebelakang, kamu semua pasti sudah mendengar tentang bagaimana wabah COVID-19 merubah dunia. Hanya berselang beberapa minggu dari penyebaran pertama di Tiongkok, hampir seluruh negara di dunia 'collapse' karena pandemi yang satu ini.
Beberapa waktu lalu Indonesia juga sudah resmi menjadi negara yang warganya terinfeksi virus Corona. Berbagai upaya pencegahan dilakukan, pemerintah sudah mulai meminta masyarakat agar menghindari tempat ramai dan meminimalisasi kegiatan yang melibatkan banyak orang. Hal ini termasuk institusi pendidikan seperti sekolah dan universitas.
Baca juga:
Sekolah Diliburkan Karena Corona? Ini Deretan Situs Belajar Online yang Bisa Kamu Akses
Lantas bagaimana tanggapan para mahasiswa dan mahasiswi di Indonesia yang diminta untuk tidak melakukan kegiatan belajar mengajar di kampus? Untuk itu, Merah Putih melakukan wawancara pada tiga mahasiswa dari tiga universitas yang berbeda. Mendengar tanggapan mereka terkait berita kuliah tanpa tatap muka ini, berikut selengkapnya:
Tiga kampus di bilangan Tangerang Selatan sudah mengeluarkan pemberitahuan resmi terkait kuliah online

Apa ya rasanya ketika kegiatan perkuliahan sehari-hari yang tadinya dialami oleh para mahasiswa/i di kelas diubah menjadi online? Ini yang dialami para pelajar di beberapa universitas di Indonesia. Ketiga kampus di Tangerang Selatan baru saja mengumumkan peraturan terbarunya demi mencegah kontak sosial dengan orang lain. Tiga perwakilan dari masing-masing kampus memberitahukan pendapatnya.
Mereka adalah Michellina, mahasiswi tingkat akhir Universitas Bina Nusantara Alam Sutra jurusan Food Technology. Kemudian ada Samario yang merupakan mahasiswa Teknik Mesin dari Universitas Atma Jaya, BSD City yang masih duduk di semester 4, dan Angelika Saraswati Monterie mahasiswi semester 2 dari Universitas Multimedia Nusantara jurusan Jurnalistik.
Ada satu persamaan dari ketiga mahasiswa ini yaitu universitas tempat mereka belajar baru saja mengumumkan untuk mengubah sistem perkuliahan yang tadinya tatap muka menjadi tatap lewat layar digital. Semua pemberitahuan tersebut disebarkan secara digital lewat grup-grup jurusan dan e-mail resmi dari pihak kampus.
"Iya awalnya saya tahu kampus akan melakukan kuliah online pada tanggal 13 Maret 2020 yang lalu sembari penyebaran info bahwa UTS dijadikan take home," ujar Angelika. Samario juga mengatakan bahwa para mahasiswa dan mahasiswi Atma Jaya mendapatkan surat elektronik dari rektorat, yang menyatakan bahwa kuliah akan diubah menjadi online class. Namun, hal tersebut tetap tergantung dosen apakah ingin tetap membuat kelas tatap muka atau tidak.
Berbeda dengan dua mahasiswa di atas, peraturan dari Bina Nusantara terkait kelas daring ini sebenarnya hanya sebagai penambahan saja, karena sebelumnya pelajar di universitas ini memang sudah menjalankan program GSLC (Guided Self Learning Class). Michellina mengatakan, "biasanya diberlakukan 5 kali kelas online di antara 13 pertemuan tatap muka. Jadi kelas online memang sudah ada sejak sebelum korona mencuat, tapi jadinya kelas (online) ini diperbanyak."
Baca juga:
Mengenal 'Herd Immunity' yang Kabarnya Bisa Menghentikan Virus Corona
Akibat dari penerapan sistem kuliah online

"Karena saya sedang melakukan penelitian di lab dan bukan kelas biasa, saya merasa biasa-biasa aja, namun jika saya mahasiswa yang masih mengikuti kelas, hal ini merugikan karena kelas online akan memakan waktu yang lebih banyak, tugas juga jadi banyak," keluh Michellina.
Kebetulan Michellina saat ini pun sudah tidak ada kelas reguler karena ia sedang mengerjakan skripsi yang berupa penelitian di laboratorium. Jadi, mau tidak mau dia tetap harus datang ke kampus untuk mengerjakan penelitian.
Sementara itu, kedua mahasiswa lain Samario dan Angelika malah merasa sedikit senang ketika peraturan ini muncul karena tidak perlu ke kampus. Lagi pula bagi mereka berdua, yang masih duduk di semester 4 dan semester 2, kuliah online ini bukan sesuatu yang terlalu mengganggu, namun mereka tetap menyadari konsekuensinya, yakni tugas yang diberikan menjadi lebih banyak.
Kekhawatiran mereka pun hanya sampai pada taraf takut tidak bisa mendapatkan pengajaran yang lebih efektif karena tidak semua materi bisa tersampaikan hanya lewat digital saja. Namun, ketiganya sepakat bahwa keputusan yang diambil oleh universitasnya ini adalah langkah yang tepat dalam melawan penyebaran virus Corona.
Meski demikian, ketika ditanya bagaimana pendapat mereka dengan fasilitas kampus yang sudah dibayarkan namun akhirnya jadi tidak terpakai karena 'liburan' ini, ketiganya merasa cukup keberatan. Padahal mereka sudah membayar kewajiban mereka untuk mendapatkan fasilitas terbaik yang ada di kampus, namun karena adanya wabah pandemi Corona akhirnya mereka memakluminya karena tujuannya juga untuk kebaikan bersama.
Efektivitas perubahan metode belajar

Bagi Michellina sendiri sebenarnya peraturan ini tidak terlalu signifikan. Ia mengaku tidak terlalu takut dengan virus Corona ketika harus tetap datang ke kampus karena ketika masuk laboratorium pun ia harus dalam keadaan yang steril. "Karena mainnya di lab bahan kimia, kita juga banyak pakei pelindung seperti masker, sarung tangan, dan jas lab. Fokus sama penelitian masing-masing jadi tidak banyak kontak dengan yang lain," terangnya.
Ia justru lebih yakin tidak terkena virus karena ia meneliti dengan HCL dan asam kimia lainnya yang jika terkena tubuh saja akan begitu sakit, jadi kemungkinan ada virus juga jadi lebih kecil.
Untuk Angelika sendiri, ia menjelaskan bahwa, "efektif atau tidaknya kuliah online ini tergantung mata kuliah dan tugasnya, karena tidak semua materi kuliah dapat diserap matang-matang secara online."
Sementara Samario mengatakan bahwa kemajuan pembelajaran dengan metode daring ini tergantung dari mahasiswa itu sendiri. Ia malah menambahkan bahwa tidak ada jaminan perkuliahan online ini akan sangat efektif meminimalisasi penyebaran Corona. Pasalnya kalau mahasiswa tidak berkuliah ke kampus namun malah berpergian, kemungkinan terinfeksi COVID-19 jadi lebih tinggi.
Walau ketiganya memiliki pengalaman yang berbeda terkait kuliah online, ketiga mahasiswa ini setuju bahwa solusi yang paling tepat harus datang dari pemerintah. Mereka berharap pemerintah akan lebih cepat tanggap dalam kasus COVID-19 ini agar kegiatan perkuliahan tidak menjadi terhambat.
Selain itu, mereka berharap kepada pihak kampus masing-masing agar bisa mempersiapkan semua fasilitas yang memadai. Tentunya, agar kuliah online ini juga bisa dibuat seefektif mungkin dan tidak menganggu kegiatan belajar mengajar. Pastinya Michellina, Samario, dan Angelika juga berpesan agar para mahasiswa tetap tenang dan tidak panik menghadapi masalah ini. (Sam)
Baca juga:
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Polisi Diminta Usut Tuntas Kematian Mahasiswa Amikom, Bonnie Triyana: Tidak Ada Alasan yang Membenarkan Kekerasan Aparat Terhadap Pengunjuk Rasa

Polisi Tembaki Kampus Unpas - Unisba dengan Gas Air Mata, Ketua Komisi X DPR: Kami Sangat Menyesalkan Terjadinya Aksi Kekerasan

Kapolda DIY Bersedia Usut Kematian Mahasiswa Amikom Saat Demo Jika Diminta Keluarga Korban

Bukan Cuma Kuliah, ITPLN dan APERTI Ingin Dorong Mahasiswa Jadi Inovator

BEM UI Bergerak ke Polda Metro Jaya, Suarakan Keadilan Bagi Affan dan Reformasi Polri

Aksi Massa Demo 28 Agustus 2025 Dibubarkan Gas Air Mata di Gedung DPR

Demo Buruh di MPR/DPR Sempat Ricuh, Polisi dan Mahasiswa Saling ‘Pukul Mundur’

Mahasiswa Bentrok Dengan Aparat di DPR, Arus Lalu Lintas Ditutup

Mahasiswa Datang Bawa 'Pasukan' dan Mulai Padati Gerbang Belakang Gedung DPR

Aksi Demo Mahasiswa Tuntut Bubarkan DPR di Gerbang Pancasila Gedung DPR
