Santri Miliki Ketangguhan Jadi Motor Penggerak Pembangunan Ekonomi


Ilustrasi Bisnis. (Foto: Pixabay/PhotoMIX-Company)
MerahPutih.com - Santri dinilai memiliki potensi yang besar dalam berbisnis, baik dalam konteks lokal maupun global. Sebagian besar santri telah menerima pendidikan agama yang kuat, yang sering kali mencakup nilai-nilai etika dan moral yang tinggi.
Semua itu dapat membantu mereka dalam menjalankan bisnis dengan prinsip-prinsip yang baik dan bertanggung jawab. Santri biasanya terbiasa dengan rutinitas yang terstruktur dan disiplin waktu yang ketat dalam pesantren. Keterampilan manajemen waktu sangat berharga dalam dunia bisnis.
Baca Juga:
Siti Atikoh Gaungkan Semangat Program Unggulan Santripreneur untuk Santri
Akademisi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Muhammad Naufal Arsy Katon menyatakan santri punya modal utama yang harus dimiliki seorang pengusaha, yaitu naluri bertahan atau survival instinct. Tiap bisnis pasti mengalami lika-liku, pasang-surut, serta dinamika yang sukar ditebak. Entrepreneur sejati tidak akan goyang dan menyerah karena hal-hal semacam itu. Pasalnya, ia punya ketahanan dan ketangguhan.
“Pandangan di atas bisa dikorelasikan dengan pendidikan pesantren. Di dalam “penjara suci” tersebut, para santri digembleng fisik maupun mental. Sehingga menjadi pribadi yang tangguh dan tidak gampang menyerah. Mereka yang berkhidmat pada ilmu di balik pagar pesantren akan menyesap daya juang serta kemandirian,” ucapnya saat dihubungi.
Menurutnya, pesantren menguatkan fisik para santri, menjadikan olahraga rutinitas, gaya hidup sehat dengan puasa dan tidak berlebihan saat makan, juga bangun tengah malam untuk belajar maupun beribadah, hal itu membuat pikiran jadi lebih segar.
Dia mengatakan pembinaan mental di pesantren juga dilakukan secara terus menerus. Tidak hanya dengan kucuran nilai-nilai spiritualitas melalui teks kitab suci maupun kisah-kisah para sahabat nabi, tabi’in dan ulama yang tak pantang menyerah mendakwahkan Islam. Konseling dan kebersamaan yang diimplementasikan secara rutin turut menguatkan mental santri.
“Prinsipnya, kegiatan di pesantren tidak hanya soal pendidikan agama Islam. Melainkan pula, pembentukan spirit bertahan hidup dengan seluruh kreatifitas dan potensi intelektual. Pada konteks bisnis, semangat berjuang untuk mencari celah dan meraih kesuksesan adalah poin yang tak bisa ditawar,” urainya.
Naufal yang merupakan santri dari Pesantren Bumi Sholawat, Sidoarjo, Jawa Timur ini memiliki pengalaman pribadi yang bisa menjadi cermin faktual dalam berbisnis. Dia memberanikan diri membuka bisnis mikro. Wujudnya adalah Warkop Podongopi.
Keberadaan Warkop Podongopi adalah bentuk perjuangan dalam berbagai tantangan. Usaha tersebut lahir di tengah pandemi COVID-19. Warkop Podongopi menawarkan keunikan. Warkop ini mengusung konsep industrial minimalis sehingga tercipta kesan warung kopi modern. Di warkop ini juga terdapat tempat outdoor yang dilengkapi dengan meja beton ala coffee shop serta pohon rindang sehingga menambah kesan sejuk.
Bertahan di era PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) bukan perkara mudah. Pengunjung terbatas, mobilitas terhambat, meningkatnya harga bahan baku harganya, juga biaya produksi melonjak sementara operasional harus terus berjalan. Dalam kondisi ini, ketangguhan untuk bertahan menjadi kunci dari eksistensi. Hingga saat ini, Warkop Podongopi sukses menyelenggarakan berbagai acara lintas komunitas bahkan lintas generasi.
Baca Juga:
Milenial Sumbang Nyaris 50 Persen Pertumbuhan Bisnis Emas BSI
Potensi santri
Naufal melihat pesantren sering kali merupakan tempat santri dari berbagai latar belakang berkumpul, menciptakan jaringan sosial yang luas. Jaringan ini dapat menjadi sumber dukungan, kolaborasi, dan peluang bisnis di masa depan. Pendidikan di pesantren juga sering kali mencakup ajaran tentang kewirausahaan dan nilai-nilai seperti kerja keras, keberanian, dan ketekunan. Semua itu membantu menginspirasi semangat kewirausahaan di kalangan santri.
“Pada bagian lain, ajaran Islam mengajarkan pentingnya usaha dan kerja keras dalam mencari nafkah. Banyak ayat Al-Qur'an dan riwayat hadis Nabi Muhammad yang menyatakan bahwa usaha yang sungguh-sungguh akan dihargai oleh Tuhan Yang Maha Esa. Perintah untuk bekerja keras untuk menjemput rezeki salah satunya ada pada ayat kesepuluh surah Al-Jumuah. Kerja keras demi penghidupan sehari-hari, salah satu bentuknya adalah dengan membuka usaha. Berbisnis, berniaga, atau berwirausaha,” ucapnya.
Dia juga menceritakan kisah Nabi Muhammad yang terlibat dalam berbagai aktivitas ekonomi dan bisnis, serta mengajarkan umatnya untuk berdagang, dan mengelola kekayaan dengan bijaksana. Islam menekankan pentingnya keadilan dan transparansi dalam bisnis. “Nabi Muhammad melarang praktik-praktik yang tidak adil seperti penipuan, dan riba. Bisnis dalam Islam harus dilakukan dengan penuh kejujuran, keadilan, dan kesopanan,” sambungnya.
Peluang pemuda
Naufal pun meyakini tidak hanya santri, dunia bisnis sebenarnya juga kompatibel bagi kaum muda secara umum. Pemuda punya peluang menjadi motor penggerak utama pembangunan ekonomi suatu negara. Terlebih bagi Indonesia, yang saat ini hingga bertahun-tahun ke depan memiliki bonus demografi.
“Dengan terlibat dalam bisnis, pemuda dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan mengurangi tingkat pengangguran. Tanpa perlu mencari pekerjaan, namun justru menciptakan lapangan pekerjaan. Semangat para pemuda yang menggebu-gebu umumnya pantang menyerah dan suka mengeksplorasi hal baru. Dengan kata lain, kreativitas dan intelektualitas yang dimiliki pemuda merupakan modal yang harus dimanfaatkan,” tegasnya.
Berbisnis memberikan kesempatan kepada pemuda untuk menciptakan sumber pendapatan sendiri, yang pada gilirannya memungkinkan mereka untuk menjadi mandiri secara finansial. Hal ini juga mengurangi ketergantungan pada orang lain dan meningkatkan rasa percaya diri.
“Berbisnis memberikan kesempatan kepada pemuda untuk mengembangkan berbagai keterampilan yang penting dalam dunia kerja, seperti kepemimpinan, manajemen waktu, komunikasi, dan negosiasi. Bisnis yang dimiliki dan dijalankan oleh pemuda juga dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, baik melalui penciptaan lapangan kerja, pemberian pelatihan dan pendidikan, maupun melalui program tanggung jawab sosial perusahaan yang berkelanjutan,” tutupnya.
Baca Juga:
Ternyata Ini 3 Cara Jitu Mengelola Bisnis Online yang Bisa Dicoba Gen Z
Bagikan
Mula Akmal
Berita Terkait
Ekonom Sebut Indonesia Belum Berada di Situasi Krisis Ekonomi, Ingatkan Risiko Burden Sharing Bisa Sebabkan Hyperinflasi seperti Era Soekarno

Omzet Mal Anjlok Imbas Demo di Jakarta, Pemprov DKI Segera Lakukan Langkah ini

Langkah Konkret Yang Bisa Diambil Pemerintah Saat Rakyat Demo, Salah Satunya Turunkan Pajak Jadi 8 Persen

Ekonomi Indonesia Diklaim di Jalur yang Benar, Menko Airlangga Minta Pengusaha dan Investor tak Panik

DPR-Pemerintah Sepakati Asumsi RAPBN 2026, Suku Bunga dan Rupiah Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi?

Ekspansi Belanja Pemerintah Bakal Bikin Ekonomi Membaik di Semester II 2025

Prabowo Berencana Tarik Utang Rp 781,87 Triliun di 2026, Jadi yang Tertinggi setelah Pandemi

Riset Prasasti: ICOR Ekonomi Digital 4,3, Dinilai Lebih Efisien Dibanding 17 Sektor Lain

Bank Indonesia Bongkar Rahasia Mengapa Ekonomi Jakarta Melaju Kencang di Kuartal III 2025

Prabowo Sentil Pemain Ekonomi Cari Keuntungan Tanpa Peduli Rakyat, PKB: Penerapan Pasal 33 Harus Tegas dan Konsisten
