Salamuddin Daeng: Kondisi Ekonomi dan Sosial Politik Semakin Buruk
Usaha peningkatan ekonomi dan sosial politik masa pemerintahan Jokowi-JK dinilai belum maksimal (Foto: Antarafoto)
MerahPutih Nasional - Pemerintahan Presiden Jokowi-Jusuf Kalla sudah memasuki hari ke 100 atau 3 bulan lebih lamanya. Namun permasalahan yang membuat masyarakat selama ini letih dan lesuh tak juga dicarikan solusinya. Padahal, pada masa kampanye, Jokowi berjanji akan mengangkat kesejahteraan masyarakat tanah air.
Peneliti Indonesia for Global Justice (IGJ) Salamuddin Daeng mengatakan karut marut kehidupan ekonomi dan sosial politik rakyat kian memburuh di masa 100 hari pemerintahan Jokowi-JK ini. Menurutnya, kondisi itu dipicu oleh ketidakpastian kebijakan ekonomi, yang menyebabkan harga kebutuhan pokok bergejolak tak tekendali.
BACA JUGA: Empat Karikatur Karya Pelukis Jalanan Untuk 100 Hari Jokowi-Kalla
"Memburuknya situasi ekonomi nasional semakin dipicu oleh kondisi ekonomi yang tidak stabil pada tingkat global, tidak mendapat respon dari pemerintah melalui kebijakan yang tepat," kata Salamuddin saat menjadi pembicara pada diskusi bertajuk "100 Hari Jokowi-JK, Pajak Melayang, cukai Mencekik, Kong Kalikong MoU Freeport, Harga Minyak Ala Pasar, Penyertaan Subsidi di BUMN dan Hilangnya Kontrol Harga Sembako Meroket", di Warung Komodo, Jakarta, Rabu (28/1).
Menurut Salamuddin, sebenarnya kesemrawutan ini sudah sangat terasa ketika awal penyusunan kabinet yang sangat kental dengan bagi-bagi jabatandan penunjukan pemimpin pada lembaga strategis atas dasar pekoncoan, mulai dari pengangkatan Menteri BUMN Rini Sumarno, Menteri ESDM Sudirman Said, Direktur dan Jajaran direksi Pertamina hingga Tim Reformsi Tata Kelola Migas.
"Alih-alih membenahi tata kelola migas atas nama reformasi ternyata hanya berujung mengganti pemain lama dengan mafia baru, yang bahkan dilakukan dengan merecoki rantai supply migas nasional," pungkasnya.
Dikatakannya, dalam semangat liberalisasi, momentum awal pemerintahan Jokowi-jK digunakan dengan penuh keberanian, oleh pemerintah untuk menaikkan harga BBM 30 persen. Kebijakan ini justru dilakukan ditengah penurunan harga minyak mentah global. Akibatnya harga-harga sembako melejit tidak terkendali.
"Kebijakan menurunkan kembali harga BBM tidak memperbaiki keadaaan, bahkan semakin menciptakan ketidakpastian dan kebingungan di kalangan pelaku usah nasional," katanya. (hur)
BERITA LAINNYA:
Bagikan
Adinda Nurrizki
Berita Terkait
Pengamat Sebut Jokowi Beralasan Proyek Kereta Cepat Investasi Sosial Sulit Dipercaya, Fakta di Lapangan Menunjukkan Sebaliknya
Terkait Kasus Dugaan Korupsi Kereta Cepat Whoosh, Jokowi: Prinsip Dasar Transportasi Bukan Mencari Laba
Rumah Pensiun Hadiah Negara Hampir Rampung, Jokowi Sebut Desain Dibantu Arsitek
Ketum Projo Budi Arie Komentari Polemik Utang Kereta Whoosh Sudutkan Jokowi, Singgung Proyeknya Berguna bagi Masyarakat
Budi Arie Temui Jokowi di Solo, Sebut Cuma Kirim Undangan Kongres Projo
[HOAKS atau FAKTA]: Menko Yusril Mengamuk dan Minta Relawan Jokowi yang Bikin Gaduh Segera Ditangkap dan Dibubarkan Tanpa Ampun
Masih Dibangun, Jokowi Belum Tempati Rumah Hadiah Negara Setelah 1 Tahun Lengser
Jokowi Doakan Prabowo di Hari Ultah, Diberi Kekuatan dalam Emban Amanat Besar
Ultah Ke-74 Prabowo Dapat Kado Spesial Berupa Pujian 'Manis' dari Jokowi di UGM!
Kumpulkan Pengurus DPP PSI di Bali, Jokowi Ngaku hanya Beri Arahan Kerja Politik