Raja Yogyakarta Beberkan Strategi Tangkal Hoax dan Radikalisme
Sri Sultan Hamengku Buwono X (Foto: MP/Teresa Ika)
MerahPutih.Com - Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X membeberkan strateginya dalam menangkal hoax dan kelompok radikal.
Strategi- strategi ini bagikan Sri Sultan saat memberi kata sambutan acara Rakornas Kesbangpol 2017 di Hotel Rich Sahid Yogyakarta, Rabu (20/9).
Menurutnya, kepala daerah harus mau turun tangan menyelesaikan konflik sosial dan menjaga keamanan dalam masyarakat. Keterlibatan kepala daerah ini adalah kunci utama terpenting untuk mencegah paham radikal dan menangkal hoax.
"Pengalaman kami ormas yang mau menang sendiri, atau sering demo meresahkan masyarakat ya kami tangani sendiri dengan komunikasi langsung. Saya minta Camat, bupati atau walikota turun tangan. Kalau gaberhasil ya saya panggil mereka ke kantor," tutur Sri Sultan.
Strategi kedua adalah kepala daerah tidak boleh membeda-bedakan warga apapun agama, suku dan budayanya. Jika terjado konflik, pemerimtah daerah tetap harus berpegangan pada hukum yang berlaku. Ia mencontohkan dirinya yang beragama muslim mengijinkan pembangunan tempat ibadah seperti gereja klenteng dan Vihara asalkan yang sesuai dengan prosedur yang berlaku.
"Tidak ada istilah minoritas atau mayoritas dalam kamus saya. Dulu pernah ada konflik gereja dibangun tidak ada izin. Lalu didemo masyarakat supaya tidak ibadah disana. Saya kemudian panggil pendeta dan pengelola gereja untuk menyelesaikan perizinan tapi saya tidak melarang mereka beribadah," jelas Gubernur DIY ini.
Langkah ketiga adalah dengan menyiapkan strategi partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan di wilayah tempat tinggalnya. Yogyakarta punya program pasukan Jaga Warga dan Pasukan Jogo Boro. Pasukan Jaga Warga adalah sebuah tim yang terdiri dari warga disebuah desa yang dipilih oleh perangkat desa untuk menjaga keamanan. Mereka kemudian dilatih oleh kepolisian dan TNI untuk bisa menjaga keamanan di wilayahnya. Sudah ada sekitar 210 kelompok jaga warga yang tersebar di seluruh desa di DIY.
"Tugas mereka adalah menginformasikan dan mendata orang-orang tak dikenal yang datang ke desa itu. Juga mendetekai gejolak atau potensi masalah diantara warga misalnya narkoba, perkelahian antar warga dan teroris yang mungkin ada di desanya," terang Sultan.
Sementara pasukan Jogo Boro adalah sekelompok warga yang ditunjuk untuk menjaga kawasan Malioboro Yogyakarta. "Dulu sering ada kasus pencurian misalnya seperti kamera orang asing di Malioboro. sekarang kasus pencurian dan kriminal sangat kecil dan bisa dikontrol," pungkasnya.
Dengan adanya kepedulian masyarakat, paham-paham radikal dan hoax bisa ditekan penyebarannya bahkan bisa diketahui sejak dini sehingga tidak mengganggu stabilitas daerah.
Berita ini ditulis berdasarkan laporan Teresa Ika, reporter dan kontributor merahputih.com untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
Simak berita menarik lainnya dari Yogyakarta dalam artikel: Jalan Tol Layang Akan Dibangun Di Yogyakarta, Ini Lokasinya
Bagikan
Berita Terkait
[HOAKS atau FAKTA]: KTP Warga Aceh Disebut 'Kebal Pinjol' berkat Kebijakan Pemprov
[HOAKS atau FAKTA]: Indonesia Tenggelamkan 31 Kapal Asal China di Natuna, Masuk secara Ilegal
Penyebab KRL Tanah Abang-Serpong Alami Gangguan Hari ini, Dipicu Hoax soal Rel yang Patah
[HOAKS atau FAKTA]: Prabowo Larang Jokowi Bepergian ke Luar Negeri terkait Kasus Ijazah Palsu
Kapolda Metro Minta Pelajar Jadi Tangan Kanan Polisi Cegah Bully & Radikalisme di Sekolah
[HOAKS atau FAKTA]: Gibran Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Dianggap Lebih Berjasa dari Soekarno dan Soeharto
[HOAKS atau FAKTA]: Prabowo Angkat Titiek Soeharto Jadi Ketua DPR RI untuk Basmi Koruptor dan Mafia
[HOAKS atau FAKTA]: Luhut Minta Prabowo Ganti Menkeu Purbaya, Dianggap tak Paham Pengelolaan Anggaran Negara
[HOAKS atau FAKTA]: Menkeu Purbaya Bakal Kembalikan Harga BBM di Indonesia seperti Era Soeharto
Sultan HB X dan Paku Alam X Melayat PB XIII, Ungkapkan Harapan Adanya Regenerasi