Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Nasional Melorot, Pemerintah Berkelit karena Situasi Global


Hasan Nasbi. (Foto: dok. Kantor Komunikasi Presiden)
Merahputih.com - Pemerintah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 menjadi di kisaran 4,7-5 persen. Proyeksi ini lebih rendah dari asumsi sebelumnya yang dipatok 5,2 persen.
Penurunan outlook pertumbuhan ekonomi ini disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam rapat bersama DPR dan telah disetujui.
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO) Hasan Nasbi menyebut pemangkasan target pertumbuhan ekonomi dilakukan mengikuti perlambatan ekonomi global.
"Perubahan-perubahan dalam situasi internasional, situasi ekonomi, ada dampaknya terhadap kita. Tentu kita harus melakukan penyesuaian-penyesuaian," ujar Hasan dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (8/7).
Baca juga:
Punya Waktu Negosiasi dengan AS, Indonesia Pede Tarif Impor 32 Persen Direvisi
Siap-Siap Ekonomi Global Kembali Terguncang, Trump Tolak Perpanjang Penundaan Tarif Resiprokal AS
Hasan menjelaskan meski target dipangkas, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tergolong tinggi dibanding rata-rata global yang diprediksi hanya 2,3 persen
"Tapi dengan penyesuaian-penyesuaian ini pun, sebenarnya kita masih dalam suasana yang sangat optimis,” ungkap dia.
Bahkan, hanya Vietnam dan Filipina yang menurutnya punya proyeksi pertumbuhan lebih tinggi.
"Jadi kita termasuk salah satu yang masih tinggi dibandingkan dengan ekonomi negara lain," tambahnya.
Baca juga:
Investasi Bangunan Landai, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Turun 0,1%
Dianggap Sukses, Program Makan Bergizi Gratis Diklaim Bikin Pertumbuhan Ekonomi Meroket
Hasan juga memastikan penurunan target ini bukan berarti pemerintah pesimis menghadapi ekonomi ke depan.
"Negara-negara lain mungkin hanya antara 0-1 persen saja prediksi pertumbuhannya. Sementara kita masih di angka yang masih cukup tinggi," jelas Hasan.
Hasan juga menyinggung langkah-langkah pemerintah dalam mendorong perekonomian nasional pada paruh kedua tahun 2025. Menurutnya, relaksasi belanja pemerintah akan berdampak signifikan.
“Belanja pemerintah, belanja modal, belanja barang, belanja bantuan sosial. Itu juga mungkin akan menstimulus perekonomian kita di dalam 6 bulan ke depan,” lanjut Hasan.
Ia menambahkan bahwa salah satu program unggulan pemerintah, yaitu distribusi makanan bergizi gratis, akan berdampak ganda yakni menyehatkan rakyat sekaligus menggairahkan ekonomi.
“Makanan bergizi gratis ketika banyak itu nanti sudah mencapai target misalnya, itu juga akan menstimulus perekonomian kita,” pungkasnya. (Knu)
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Ekonom Sebut Indonesia Belum Berada di Situasi Krisis Ekonomi, Ingatkan Risiko Burden Sharing Bisa Sebabkan Hyperinflasi seperti Era Soekarno

Omzet Mal Anjlok Imbas Demo di Jakarta, Pemprov DKI Segera Lakukan Langkah ini

Langkah Konkret Yang Bisa Diambil Pemerintah Saat Rakyat Demo, Salah Satunya Turunkan Pajak Jadi 8 Persen

Pasar Melemah dan Rupiah Bisa Capai Rp 16.500 Per Dolar AS, Airlangga Minta Investor Tetap Tenang

Ekonomi Indonesia Diklaim di Jalur yang Benar, Menko Airlangga Minta Pengusaha dan Investor tak Panik

Pemerintah Tegaskan Platform Digital Harus Patuhi Aturan, Jangan Buat Konten DFK yang Bisa Menimbulkan Kegaduhan

PCO Tegaskan Kementerian Haji Tunggu Perpres dari Prabowo

PCO Tegaskan Kebebasan Berpendapat Tidak Pernah Dilarang, Tapi Merusak Fasilitas Umum Tidak Dijamin UU

Viral Dugaan Minyak Babi pada Nampan MBG, PCO: Bisa Diuji di BPOM

DPR-Pemerintah Sepakati Asumsi RAPBN 2026, Suku Bunga dan Rupiah Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi?
