Potensi Perpecahan dan Kekerasan Membayangi Korea Selatan, Desakan Yoon Suk-yeol Patuhi Putusan Mahkamah Konstitusi Menguat

Dwi AstariniDwi Astarini - Senin, 17 Maret 2025
Potensi Perpecahan dan Kekerasan Membayangi Korea Selatan, Desakan Yoon Suk-yeol  Patuhi Putusan Mahkamah Konstitusi Menguat

Yoon Suk-yeol menghadapi tuntutan hukum pemakzulan sebagai presiden Korea Selatan. (Foto: Dok. Setneg)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MERAHPUTIH.COM - DENGAN pembacaan keputusan Mahkamah Konstitusi Korea Selatan atas pemakzulan Presiden Yoon Suk-yeol makin dekat, pemimpin yang saat ini ditangguhkan itu menghadapi desakan yang semakin besar untuk secara terbuka berjanji bahwa ia akan menerima putusan tersebut. Hal itu guna mencegah potensi kerusuhan dari mereka yang mendukung maupun menentang pemakzulannya.

Suk-yeol, yang dibebaskan dari tahanan pada 8 Maret setelah 52 hari ditahan akibat penerapan darurat militer, saat ini tetap berada di kediaman resminya di Seoul. Ia menunggu keputusan akhir pengadilan. Meski beberapa politisi dari partai yang berkuasa serta salah satu pengacara presiden telah menyatakan kesiapan mereka untuk menerima putusan pengadilan, Suk-yeol sendiri hingga kini tetap diam.

Dalam pernyataannya selama sidang terakhir pengadilan mengenai pemakzulannya pada 25 Februari, ia hanya mengatakan akan menggunakan sisa masa jabatannya untuk reformasi politik dan amandemen konstitusi jika dipulihkan. Suk-yeol tak memberikan komentar mengenai kemungkinan pencopotannya.

Seperti dilansir The Korea Times, para pengamat politik berpendapat Suk-yeol sendiri harus secara terbuka berkomitmen untuk mematuhi keputusan tersebut. "Sebagai kepala negara, ia memiliki kewajiban untuk menegakkan prinsip-prinsip konstitusi yang ia janjikan saat menjabat. Presiden seharusnya mengumumkan ia akan menerima keputusan pengadilan, atau berisiko membuat negara semakin terpuruk dalam kekacauan," kata Lee Joon-han, seorang profesor ilmu politik di Universitas Nasional Incheon.

Menurutnya, si luar risiko protes yang berujung kekerasan, jika Suk-yeol menolak menghormati putusan (jika pemakzulannya dikonfirmasi), klaimnya mengenai kecurangan pemilu akan terus menghantui setiap pemilu di negara itu di masa depan. Kekhawatiran ini didasarkan pada protes yang semakin intensif dari para pendukung dan penentang pemakzulan Suk-yeol dalam beberapa pekan terakhir. Unjuk rasa yang lebih besar dan berpotensi lebih keras diperkirakan akan terjadi setelah putusan diumumkan.

Baca juga:

Massa Pro dan Kontra Yoon Suk-yeol akan Gelar Aksi Besar-Besaran pada Sabtu (15/3), Tingkatkan Tekanan bagi Pengadilan Pemakzulan



Sebuah jajak pendapat yang dilakukan pada 10 hingga 12 Maret oleh Embrain Public, K-Stat Research, Korea Research, dan Hankook Research, yang menyurvei 1.000 orang dewasa, menemukan 42 persen responden mengatakan mereka tidak akan menerima putusan pengadilan jika hasilnya bertentangan dengan pandangan mereka.

Pendukung Suk-yeol telah berkumpul di dekat pengadilan dalam beberapa hari terakhir, menuntut agar pemakzulan dibatalkan. Banyak dari mereka menggemakan klaim Suk-yeol tentang kecurangan pemilu. Klaim itu telah ia gunakan berulang kali untuk membenarkan deklarasi darurat militernya. Bahkan lebih banyak pendukung diperkirakan akan berkumpul pada hari putusan.

Situasi ini mengingatkan kondisi pada 10 Maret 2017, ketika pengadilan mendukung pemakzulan mantan Presiden Park Geun-hye. Saat itu, Park tidak segera mengeluarkan pernyataan penerimaan. Akibatnya, protes keras dari para pendukungnya di dekat pengadilan mengakibatkan empat kematian. Dua hari kemudian, Geun-hye hanya mengatakan kebenaran akan terungkap ,sambil mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para pendukungnya.

Kekhawatiran akan kerusuhan serupa bisa meletus jika pengadilan memutuskan menentang Suk-yeol, terutama setelah insiden 19 Januari. Saat itu, puluhan loyalisnya menyerbu Pengadilan Distrik Barat Seoul untuk memprotes keputusan hakim yang mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi presiden.

Di tengah ketegangan yang meningkat, pemimpin fraksi partai berkuasa People Power Party (PPP) Kweon Seong-dong, pada Minggu (16/3), mengatakan partainya akan menghormati putusan akhir Mahkamah Konstitusi. Meski begitu, ia menolak berkomentar apakah sikap ini juga dipegang kantor kepresidenan.

Kantor kepresidenan dilaporkan menyatakan masalah ini harus didiskusikan dengan tim hukum Suk-yeol. Sebelumnya, pada Februari, perwakilan hukum Suk-yeol, Seok Dong-hyeon, mengatakan presiden secara alami akan menerima putusan pengadilan.

Namun, sejauh ini tidak ada indikasi bahwa Suk-yeol sendiri akan mengeluarkan pernyataan penerimaan sebelum putusan diumumkan. "Sebuah pernyataan dari presiden akan membantu PPP menstabilkan situasi setelah putusan pengadilan. Namun, mengingat sikap menantangnya, kecil kemungkinan ia akan mengeluarkan pesan spesifik, bahkan jika partai yang berkuasa memintanya untuk melakukannya," kata Cho Jin-man, profesor ilmu politik di Universitas Perempuan Duksung.

Sepanjang sidang pemakzulan, Yoon secara konsisten menegaskan bahwa deklarasi darurat militernya berada dalam kewenangan presiden. Selama sidang terakhir pada 25 Februari, presiden memberikan pembelaan selama 70 menit untuk membenarkan tindakannya dan menuduh lawan-lawan politiknya berkolusi dengan kekuatan antinegara.

"Jika saya dipulihkan, saya akan mendedikasikan sisa masa jabatan saya untuk reformasi politik," katanya, sebuah pernyataan yang oleh sebagian pihak ditafsirkan sebagai kepercayaan diri bahwa pengadilan akan memutuskan sesuai keinginannya.

Pernyataan lainnya yang ia keluarkan setelah insiden darurat militer sebagian besar juga berfokus pada ungkapan terima kasih kepada para pendukungnya, serta janji untuk ‘berjuang bersama sampai akhir’.(dwi)

Baca juga:

Korea Perketat Keamanan, Putusan Pemakzulan Presiden Yoon Suk-yeol makin Dekat

#Korea Selatan #Yoon Suk Yeol #Pemakzulan
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

ShowBiz
Chef Paik Jong-won Balik ke TV, Diam-Diam Hapus Video Pengumuman Hiatus
Video yang dihapus itu berisi permintaan maaf Chef Paik terkait dengan isu pelanggaran label asal produk, iklan menyesatkan, serta tuduhan penyalahgunaan siaran.
Dwi Astarini - Selasa, 25 November 2025
Chef Paik Jong-won Balik ke TV, Diam-Diam Hapus Video Pengumuman Hiatus
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA] : Surat sudah di Tangan DPR, Wapres Gibran Resmi Dimakzulkan dari Jabatannya
Hingga saat ini, Gibran Rakabuming masih menjabat Wakil Presiden RI masa bakti Oktober 2024-Oktober 2029.
Dwi Astarini - Rabu, 12 November 2025
[HOAKS atau FAKTA] : Surat sudah di Tangan DPR, Wapres Gibran Resmi Dimakzulkan dari Jabatannya
Fashion
JF3 Fashion Festival Bawa Industri Mode Indonesia ke Kancah Global, akan Tampil di Busan Fashion Week 2025
JF3 Fashion Festival mewujudkan visi Recrafted: A New Vision demi mengangkat kreativitas dan keahlian tangan Indonesia ke tingkat global melalui kolaborasi dan inovasi berkelanjutan.
Dwi Astarini - Selasa, 11 November 2025
JF3 Fashion Festival Bawa Industri Mode Indonesia ke Kancah Global, akan Tampil di Busan Fashion Week 2025
Indonesia
Prabowo Akui Belajar soal Etos Kerja dari Orang Korea, Natal dan Idul Fitri Tetap Latihan
Menyebut Korea bangsa yang tangguh.
Dwi Astarini - Kamis, 06 November 2025
Prabowo Akui Belajar soal Etos Kerja dari Orang Korea, Natal dan Idul Fitri Tetap Latihan
Indonesia
Bukan Oppa K-Pop! Ternyata Inilah Idola Utama Presiden Prabowo Subianto dari Korea Selatan
Hal ini disampaikan saat meresmikan PT Lotte Chemical Indonesia, pabrik petrokimia terbesar se-Asia Tenggara di Cilegon
Angga Yudha Pratama - Kamis, 06 November 2025
Bukan Oppa K-Pop! Ternyata Inilah Idola Utama Presiden Prabowo Subianto dari Korea Selatan
Indonesia
Penyelundupan hingga Narkotika Bikin Prabowo ‘Ngeri’, Dianggap Jadi Bahaya Nyata bagi Masa Depan Perekonomian
Penyelundupan, penipuan, pencucian uang, perdagangan manusia, dan narkotika merupakan bahaya nyata bagi masa depan perekonomian kita.
Dwi Astarini - Jumat, 31 Oktober 2025
Penyelundupan hingga Narkotika Bikin Prabowo ‘Ngeri’, Dianggap Jadi Bahaya Nyata bagi Masa Depan Perekonomian
Dunia
KTT APEC Bakal Hasilkan Deklarasi Gyeongju Dan Kesepakatan Kecerdasan Artifisial
Pemimpin APEC akan membahas upaya menjadikan kawasan Asia-Pasifik lebih terbuka, dinamis, dan tangguh dalam diskusi itu.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 31 Oktober 2025
KTT APEC Bakal Hasilkan Deklarasi Gyeongju Dan Kesepakatan Kecerdasan Artifisial
Indonesia
Ketegangan Global di Depan Mata, Prabowo Peringatkan semua Pemimpin APEC tak Saling Curiga dan Bangkit dari Ketakutan
Prabowo mengatakan APEC sejak awal didirikan dengan semangat pertumbuhan ekonomi inklusif dan kerja sama multilateral.
Dwi Astarini - Jumat, 31 Oktober 2025
Ketegangan Global di Depan Mata, Prabowo Peringatkan semua Pemimpin APEC tak Saling Curiga dan Bangkit dari Ketakutan
Indonesia
Tersentuh Sikap Hangat Prabowo, Pekerja Migran di Korea: Beliau Seperti Sosok Ayah bagi Kami
Pekerja migran Indonesia di Korea Selatan mengaku tersentuh dengan perhatian Presiden Prabowo Subianto yang dinilai hangat dan penuh kepedulian saat kunjungan di sela KTT APEC 2025.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 31 Oktober 2025
Tersentuh Sikap Hangat Prabowo, Pekerja Migran di Korea: Beliau Seperti Sosok Ayah bagi Kami
Indonesia
Presiden Prabowo Telah Tiba di Korea Selatan, Ini Agenda dan Isu KTT APEC 2025
KTT APEC tahun ini, yang dipimpin oleh Korea Selatan, mengangkat tema “Building a Sustainable Tomorrow: Connect, Innovate, Prosper”.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 31 Oktober 2025
Presiden Prabowo Telah Tiba di Korea Selatan, Ini Agenda dan Isu KTT APEC 2025
Bagikan