Parenting

Pola Asuh Orang Tua yang Bisa Membuat Anak Main Hati

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Jumat, 17 Februari 2023
Pola Asuh Orang Tua yang Bisa Membuat Anak Main Hati

Sebelumnya, depresi tidak banyak ditemukan di kalangan remaja. Namun, saat ini anak sekolah pun menjadi korban depresi. (Foto: Unsplash/chinh-le-duc)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MENGASUH anak merupakan pekerjaan yang cukup sulit dan sangat menantang. Cara mengasuh anak adalah salah satu hal yang akan berpengaruh secara jangka panjang pada tumbuh dan kembang si anak. Dari berbicara dan membaca, hingga menjelaskan nilai-nilai penting kehidupan yang paling baik dilakukan dalam percakapan saat makan bersama. Orang tua memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan anak mereka.

Sangatlah penting bagi orang tua untuk memberi perlakuan awal yang baik untuk anak. Tetapi juga penting bagi orang tua untuk menyadari bahwa anak-anak datang ke dunia dengan temperamen mereka sendiri, dan tanggung jawab orang tua untuk menjadi penghubung anak dengan dunia yang pada akhirnya mempersiapkan seorang anak untuk menjadi mandiri.

Baca Juga:

Main Hati dengan Warna Lipstik untuk Tingkatkan Mood

Namun, masih banyak orang tua yang tidak tahan melihat anak mereka ketika melakukan kesalahan. Mereka menganggap kesalahan yang ditimbulkan oleh anak anak merupakan kegagalan dari cara mengasuh mereka yang dianggap baik oleh mereka. Tidak ada yang belajar berjalan tanpa jatuh, mengekang anak-anak terlalu banyak hanya dapat menghasilkan efek sebaliknya dari apa yang ingin kita capai.

Masih banyak orang tua yang tidak tahan melihat anak mereka ketika melakukan kesalahan. (Foto: pexels/monstera)

Jangan setiap kali anak membuat kesalahan kecil, para orang tua seakan-akan menganggap semuanya berantakan. Orang tua memarahi mereka di depan orang lain, membuat perbandingan dengan anak-anak lain yang dianggap cerdas dan dengan segala cara berusaha menurunkan harga diri mereka. Ini hanya akan semakin menurunkan motivasi mereka berjuang untuk menjadi anak yang sempurna, dan terus-menerus gagal memenuhi harapan orang tua.

Sebelumnya, depresi tidak banyak ditemukan di kalangan remaja. Namun, saat ini anak sekolah pun menjadi korban depresi. Dikutip dari laman parentcircle.com, Depresi menurut sains adalah gangguan otak yang ditandai dengan suasana hati yang terus tertekan atau kehilangan minat dalam beraktivitas, menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga:

Main Hati dengan C.AI Bot untuk Mengisi Kekosonganmu

Pada kasus yang parah, hal itu dapat menyebabkan upaya menyakiti diri sendiri dan bahkan bunuh diri. Beberapa faktor seperti genetika, biokimia, dan kepribadian, faktor lingkungan dan sosial memainkan peran penting. Studi terbaru mengungkapkan antara 15-20 persen remaja akan mengalami episode depresi sebelum mereka mencapai usia dewasa. Depresi juga lebih mungkin terulang kembali sepanjang hidup seseorang yang mengalaminya pertama kali saat masih anak-anak atau remaja.

Selain itu, dalam penelitian yang berjudul Abuse of Girls During Childhood and Its Impacts on the Health of Their Adult Lives: A Systematic Review, ada korelasi yang kuat antara pelecehan anak dan gangguan makan di masa dewasa. Lebih khusus lagi, mereka mengidentifikasi bahwa anoreksia nervosa, bulimia nervosa, gangguan makan, dan obesitas berhubungan dengan semua jenis kekerasan terhadap anak.

Pola asuh orang tua pada anak bisa berpengaruh pada anak hingga dewasa. (Foto: Unsplash/carolinehernandez)

Lalu, bagaimana mengatasi hal ini apabila sudah terlanjur melakukan kesalahan dalam mengasuh anak dan menyebabkan dampak buruk seperti yang dituliskan dalam penelitian diatas? Untuk para orang tua, sebisa mungkin untuk tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan dan mulai untuk mencoba pengertian terhadap perilaku anak. Untuk anak yang sudah terluka, mungkin kamu bisa mengikuti beberapa tips berikut.

Dikutip dari Alodokter, ada empat saran untuk mengurangi dampak luka dari perlakuan orang tua. Pertama, memahami apa yang terjadi dalam diri kamu. Kedua, menulis jurnal untuk membantu mengenali dan memilah hal-hal apa yang kurang baik dan ingin diubah, seperti sikap, perasaan, atau respons terhadap sesuatu.

Ketiga, melakukan meditasi yang dapat membantu mengenali perasaan yang muncul, sehingga memudahkan kamu dalam mengendalikan emosi pada kondisi yang memicu munculnya trauma. Terakhir, melakukan hobi atau aktivitas yang menyenangkan agar bisa melupakan sejenak masalah yang sedang dihadapi dan membangkitkan energi positif dalam diri.

Mari sedikit bersabar memahami generasi muda agar anak-anak kita tidak ragu untuk meminta bantuan kepada orang tuanya. Hormati juga identitas anak-anak kamu. Jadilah lebih responsif, pahami mereka dan tertawalah bersama mereka karena tidak ada yang lebih indah di dunia ini selain wajah anak kamu yang tersenyum. (ahs)

Baca Juga:

Ketika Idol K-Pop Main Hati dengan Penggemarnya

#Relasi #Februari Main Hati
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Fun
Cegah Modus Love Scamming, Kenali Ciri-cirinya
Love scamming merupakan jenis kejahatan digital yang ramai terjadi sejak 2017.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 20 Juni 2025
Cegah Modus Love Scamming, Kenali Ciri-cirinya
Fun
Kamu Clingy ke Pasangan? Bisa Jadi Itu Tanda Insecure dan Takut Ditinggalkan
Istilah clingy sering ditujukan kepada seseorang yang punya kemelekatan berlebih pada pasangan.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 17 Februari 2025
Kamu Clingy ke Pasangan? Bisa Jadi Itu Tanda Insecure dan Takut Ditinggalkan
Fun
Jangan Coba-Coba FWB, Risiko Negatif Membayangi
FWB banyak dilakukan di kalangan anak muda yang tidak mau pusing dengan drama cinta konvensional.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 28 Desember 2024
Jangan Coba-Coba FWB, Risiko Negatif Membayangi
Fun
Si Doi Sungguh Cinta atau Sekadar Breadcrumbing? Ketahui Makna dan Tanda-tandanya
Breadcrumbing merupakan istilah populer baru dalam percintaaan.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 27 Desember 2024
Si Doi Sungguh Cinta atau Sekadar Breadcrumbing? Ketahui Makna dan Tanda-tandanya
Fun
Tips Pertemanan Langgeng, Perlu Adanya 'Ekuitas Persahabatan'
Dalam pertemanan isu kesetaraan tidak terlalu banyak menjadi perhatian.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 26 Desember 2024
Tips Pertemanan Langgeng, Perlu Adanya 'Ekuitas Persahabatan'
Fun
Pasangan Posesif Bikin Hubungan Jadi Toksik, Begini 5 Cara Menghadapinya
Waspada hubungan toksik akibat pasangan posesif.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 19 Desember 2024
Pasangan Posesif Bikin Hubungan Jadi Toksik, Begini 5 Cara Menghadapinya
Fun
Kena Silent Treatment Sama Pasangan? Ini yang Harus Kamu Lakukan
Silent treatment bisa membuat frustasi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 19 November 2024
Kena Silent Treatment Sama Pasangan? Ini yang Harus Kamu Lakukan
Fun
Punya Trust Issue dengan Pasangan, Begini Cara Menanganinya
Trust issue dalam hubungan bisa diatasi.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 18 November 2024
Punya Trust Issue dengan Pasangan, Begini Cara Menanganinya
Fun
Segera Tinggalkan! Ini 5 Tanda Kamu Terjebak dalam Hubungan Toxic
Hubungan toxic berdampak buruk pada kesehatan fisik, mental, dan emosional.
Ananda Dimas Prasetya - Minggu, 17 November 2024
Segera Tinggalkan! Ini 5 Tanda Kamu Terjebak dalam Hubungan Toxic
Fun
Ini 5 Tanda Kamu Punya Chemistry Baik dengan Pasangan
Chemistry penting dalam sebuah hubungan.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 13 November 2024
Ini 5 Tanda Kamu Punya Chemistry Baik dengan Pasangan
Bagikan