Plus-Minus Jualan Pakai Cara Pre-Order


Penjualan dengan menggunakan metode pre order banyak plus dan minusnya. (Foto: pexels.com/Andrea Piacquadio)
DALAM berjualan, suka-duka, plus-minus pasti ada. Terkadang jualan laris terjual, ada waktu lain malah tersisa. Sebagai solusi, tak sedikit penjual yang menyiasati hal ini dengan metode penjualan pesan dulu (pre-order).
Saat banyak orang memulai bisnis baru di masa pandemu, memilih metode penjualan tepat perlu banget agar tidak merugi. Salah satunya siasatbya ialah metode pre-order. Metode itu adalah metode penjualan dengan memesan terlebih dahulu sebelum barang dibuat. Barang-barang tersebut kemudian akan dikirimkan kepada pembeli ketika sudah siap.
Meski memberi kepastian jumlah order, metode pre-order ini tetap punya plus dan minusnya tersendiri.
BACA JUGA:
Gupta: Meskipun Berubah Haluan, Core Competencynya Harus Tetap
1. Menjamin jumlah penjualan

Dilansir dari Spur-i-t, sistem pre-order menjamin jumlah penjualanmu sehingga tidak ada barang yang tersisa. Biasanya bisnis makanan dan minuman yang akan kesulitan jika memiliki banyak stok makanan tersisa. Oleh karena itu, metode pre-order diterapkan agar makanan tidak terbuang sia-sia.
Salah satu penjual makanan kimchi yang menggunakan metode pre-order, Tifani Kwa, mengatakan, "Jadi enggak ada barang yang kebuang. Enggak perlu stok barang, dan tak takut barangnya rusak."
2. Barang pasti terjual

Pemesanan di awal menjamin jumlah yang dipesan. Hal itu menjadikan barang yang dijual pasti habis. Misalnya, ada yang memesan 10 keripik kentang secara pre-order, sudah pasti jumlah itu akan habis terjual. Berapa yang dipesan itulah yang dijual.
3. Potensi Kehilangan Pelanggan

Dilansir Stitchlabs, pre-order membutuhkan waktu untuk produk tersebut siap untuk dikirim atau dijual. Karena itu, bisa saja pelangganmu lari atau kamu jadi tidak memiliki pelanggan tetap. Terkadang orang ingin produk yang sudah siap untuk dibeli. Belum lagi, jika pelangganmu takut produk tersebut tidak akan benar-benar datang.
"Kalau ada yang mau ready, aku enggak bisa jual. Jadi, customernya bisa hilang," kata Tifani.
4. Dapat Terjadi 'Hit and Run'

'Hit and run' dalam dunia bisnis daring sudah sering terjadi. Hal itu terjadi saat pelanggan telah memesan barang dan mengonfirmasinya, tetapi ternyata tidak membayar sampai barang tersebut dikirim. Penjual produk secara pre-order juga sering terkena 'hit and run' ini.
Oleh karena itu, penjual harus memastikan bahwa pelanggan mereka membayar dengan cara mengingatkan mereka ketika produkmu kira-kira akan siap untuk dijual.
Meode pre-order, menurut Spur-i-t, juga dapat menjadi salah satu cara marketing dalam berjualan. Kamu yang berjualan dapat menggunakan pre-order sebagai 'tes ombak' untuk melihat apakah banyak orang yang tertarik dengan produkmu. Selain itu, cara ini juga dapat melihat berapa orang yang ingin membeli produk yang kamu jual.(may)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Unsur Politis Harus Dihindari Dalam Rencana Bisnis Kopdes, Bisa Gagal Jika Ambil Alih Bisnis Eksisting

Pendapatan KAI Melonjak 29 Persen, Catatkan Laba Bersih Rp 2,21 T di 2024

Indonesia Ingin Ada Peluang Bisnis Baru Dengan Prancis

Tupperware Hentikan Bisnis di Indonesia Setelah 33 Tahun Beroperasi

Biang Kerok IHSG Anjlok, Dari Ketegangan Geopolitik Sampai Perang Tarif Uni Eropa dan AS

IHSG Terperosok dan Alami Trading Halt, DPR Langsung Kunjungi BEI

Setelah 28 Tahun, Donatella Versace Turun dari Jabatan Chief Creative Officer, Menyerahkan Tanggung Jawab ke Pihak di Luar Keluarga

Direksi Shell Mengundurkan Diri, Perusahaan Ingin Struktur Baru demi Efisiensi dan Nilai Bisnis

Apple dan Indonesia Dikabarkan Capai Kesepakatan untuk Penjualan iPhone 16

Penjualan Eropa Jeblok, Nilai Pasar Tesla Anjlok Sampai di Bawah USD 1 Triliun
