Pesantren Tak Perlu Takut Suarakan Kebenaran Demi NKRI


Mantan Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar. (Foto: kemenag.go.id)
MerahPutih Nasional - Mantan Wakil Menteri Agama Republik Indonesia Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA mendukung upaya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang ingin mengungkap pesantren-pesantren terindikasi radikalisme.
Menurutnya, upaya untuk mengungkap pesantren terindikasi radikalisme itu adalah langkah antisipasi yang tepat. Pasalnya, bila hal itu ditutup-tutupi, akibat yang ditimbulkan akan sangat mengerikan. Tidak hanya aksi terorisme seperti teror bom Thamrin, Kuta, Marriot, dan lain-lain, tetapi bisa mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ia juga yakin terkait keberadaan 19 pesantren terindikasi radikalisme, BNPT tidak sembarangan dalam mengungkapkan fakta, pasalnya ia menilai BNPT pasti punya data valid, apakah itu nama, kasus, saksi, dan lain-lain, sebelum membuka masalah itu. Kecuali tidak ada data, tentu langkah itu tidak boleh dilakukan. Menurutnya, era sekarang ini berbeda dengan Orde Baru. Sekarang harus terbuka dan jujur, tidak seperti dulu selalu ditutupi, tapi kenyataannya justru melenceng.
Oleh sebab itu, ia meminta pondok pesantren jangan takut menyuarakan kebenaran dalam mengantisipasi penyebaran paham radikalisme terorisme di Indonesia. Ini terkait adanya pesantren terindikasi paham radikalisme yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Menurut saya tidak boleh menutup-nutupi apa yang terjadi. Pesantren harus jujur. Kalau ada pesantren garis keras, katakan garis keras. Kalau ada santrinya yang terlibat, ya akui saja. Begitu juga Ormas Islam. Artinya pesantren itu tidak boleh menutup-nutupi sesuatu, tapi juga tidak boleh mengada-adakan sesuatu. Ungkapkan yang benar itu benar, dan salah itu salah," ujar Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA seperti siaran pers yang diterima MerahPutih.com, Kamis (18/02).
"Kalau tidak benar silakan pesantren yang disebutkan menyangkal, tetapi juga dengan data-data valid. Saya menilai apa yang terjadi kemarin sebenarnya karena ekspos media tertentu saja yang seolah-olah menjeneralisasi pesantren,"
"Jadi jangan coba-coba bila ada pesantren yang terkait radikalisme tetap menyangkal seolah-olah tidak. Begitu juga dengan pengurusnya tidak usah juga melindungi bila ada oknum di pesantren itu terlibat terorisme. Intinya, semua harus jujur, BNPT harus jujur, Kementerian Agama harus jujur, tidak boleh saling menutupi," tutur pria yang baru dikukuhkan menjadi Imam Besar Masjid Istiqlal.
Lebih lanjut, Nasaruddin mengajak semua pihak untuk untuk tidak takut dalam mendukung pemerintah dalam pencegahan terorisme. Apalagi akhir-akhir ini, ancaman dan aksi terorisme sudah sangat terbuka, baik itu melalui media massa maupun media sosial. Upaya ini dinilainya sebagai langkah mulia demi menciptakan kehidupan yang damai, rukun, dan sejahtera.
"BNPT jangan takut mengungkap hal-hal seperti itu karena memang sudah menjadi domainnya dalam pencegahan terorisme yang penting didukung data lengkap dan valid. Boleh saja yang merasa tidak lalu melakukan klarifikasi atau bahkan menggugat kemana pun juga, sepanjang punya data otentik harus dihadapi," pungkasnya.
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Apa Itu Makar? Ini Penjelasan dan Sejarahnya di Dunia

785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta

ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Pengamat: Kemenag ‘Lalai’ dalam Tangkal Ideologi Radikal

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Kementerian Agama janji Berikan Hukuman Berat

ASN Kemenag dan Dinas Pariwisata Aceh Ditangkap Densus 88 Antiteror Polri

Menteri PPPA Bakal Kawal Pemulihan dan Restitusi Santri Korban Kekerasan Seksual Pengasuh Pondok

Terungkap, Penghubung Teroris dengan Penyedia Dana dan Logistik Selama Ini Bersembunyi di Bogor

BNPT Beberkan 4 Sistem Deteksi Dini Cegah Terorisme di 2026

Pemerintah Bakal Coret Penerima Bansos yang Terbukti Terlibat Pendanaan Terorisme Hingga Tipikor
