Pesan dari Bogor Jadikan Indonesia Rujukan Keberagaman Muslim Dunia
Presiden Jokowi menerima kunjungan kehormatan Imam Besar dan Grand Syekh Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad Muhammad Ath-Thayeb, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (30/4). (Foto: Humas/Rahmat).
MerahPutih.com - 'Bogor Message' atau 'Pesan dari Bogor' yang dihasilkan dalam Konsultasi Tingkat Tinggi tentang Islam Wasathiyah menjadikan Indonesia sebagai rujukan keberagaman di kalangan dunia Muslim.
"Indonesia menggaungkan Islam Wasathiyah karena ada contoh praktik keberagaman yang terjadi di Indonesia. Di Negara lain agak susah itu Kristen berdampingan dengan Islam. Hanya ada di Indonesia," kata Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof KH Didin Hafidhuddin, di Bogor, Selasa (1/5).
Menurut Didin, walau Indonesia tidak terlalu menonjol dibanding negara di Timur Tengah dalam hal mazhab, tetapi praktik keberagaman sangat dapat ditemui di Tanah Air. Contohnya, walau mayoritas mazhab masyarakat Indonesia adalahSyafi'i, tetapi dalam hal ibadah di masjid, ada yang melaksanakan salat subuh dengan qunut dan ada juga yang tidak.
Bahkan, ketika Salat Taraweh, ada yang mengerjakan delapan rakaat ada juga lebih dari 11 rakaat. Artinya, konsep Islam Wasathiyah nyata benar-benar ada dan hidup di Indonesia.
"Indonesia embrio sebuah bangsa moderat (wasathiyah) yang teorinya diperkuat dari jalan yang didapat dalam Alquran dan Hadist," kata mantan Ketua Umum Baznas ini.
Islam Wasathiyah adalah Islam yang moderat mengedepankan toleransi (Tasamuh), mengedepankan aspek-aspek keberagaman, kejamaah, yang dapat dirasakan oleh semua umat. Konsep ini juga dijelaskan dalam Alquran Surah Albaqarah ayat 143.
Bahwa umat Islam sebagai umat pertengahan yang keberadaannya dibutuhkan supaya tidak terjadi konflik. Konflik yang disebabkan paham radikalisme, baik radikalisme agama, maupun radikalisme sekuler.
Toleransi yang dimaksudkan dalam konsep Islam Wasathiya bukan mempersatukan perbedaan, tetapi menghargai perbedaan. Terutama dalam urusan ibadah, dan akidah tidak boleh disatukan. Tetapi bagaimana perbedaan tersebut ada harus dihargai.
"Saya lihat arahnya ke situ Islam wasathiyah itu tidak keras, menaungi semua kelompok, dan itu yang digaungkan Indonesia melalui MUI," tutur Direktur Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor itu, dilansir Antara.
Terdepan Soal Palestina
Apalagi, kata Didin, saat ini Indonesia diharapkan sejumlah negara-negara Islam menjadi pemimpin dalam menyiarkan Islam Wasathiyah, termasuk menjadi harapan bagi Palestina. Pengakuan terhadap Indonesia ini telah dibahas dalam KTT Islam Wasathiyah sebelumnya di Istambul, Turki.
"Indonesia diharapkan jadi pemimpin Islam Wasathiyah, menjadi harapan untuk Palestina, walau penyelesaian Palestina dengan segala macam pendekatan belum selesai juga," kata Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.
KTT Islam Wasathiyah di Bogor dihadiri sekitar 100 tokoh, ulama dan cendekiawan muslim dunia. Mereka yang hadir tidak hanya dari negara-negara anggota OKI tetapi juga berbagai negara lainnya, seperti Australia, Amerika, Kanada, Jepang, presiden dari Korea Muslim Federation, dan presiden China Islam Assosiation (CIA).
"Sebanyak 50 di antaranya dari luar negeri, dan 50 dari dalam negeri. Kita akan membahas konsepsi Wasathiyah Islam dan bagaimana mengimplementasikannya khususnya dalam konteks tantangan dan peluang peradaban global dewasa ini," kata Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsudin di Bogor.
Menurut Din, pertemuan ini dihadiri tidak hanya oleh negara-negara anggota OKI, tapi juga dari berbagai negara lain seperti Inggris, Amerika, Kanada, Australia, Jepang, Presiden dari Korea Muslim Federation, dan Presiden China Islam Association (CIA).
Pertemuan ini mempunyai tujuan untuk mempromosikan Islam moderat yang berkembang di Indonesia kepada dunia. Sekaligus mengusulkan kepada dunia agar wasathiyah Islam dapat dipertimbangkan untuk menjadi solusi bagi krisis peradaban dunia dewasa ini.
Dalam pertemuan ini akan menghasilkan satu pesan "Bogor Message" yang akan disepakati ratusan tokoh ulama dan cendekiawan dari berbagai negara yang hadir di KTT Islam Wasathiyah. (*)
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
Hujan di Wilayah Bogor Sejak Siang Bikin Debit Bendung Katulampa Sempat Naik dan Berada di Level Siaga 3
Korban Banjir dan Longsor di Sumatra Capai 753 Jiwa, MUI: Mereka Mati Syahid
MUI Minta Umat Islam Gelar Shalat Gaib untuk Korban Longsor dan Banjir di Sumut
DPR RI Khawatir Fatwa MUI Tentang Pajak Daerah Akan Membuat Fiskal Daerah Indonesia Runtuh
MUI Keluarkan Fatwa Soal Pajak, Dirjen Segera Tabayyun Biar Tidak Terjadi Polemik
Senator Australia Diskors Setelah Aksi Burka di Parlemen, Dicela dan Disebut Rasis
Roy Suryo Cs Dijadikan Tersangka Kasus Dugaan Hoaks Ijazah Palsu Jokowi, Ketum MUI : Pelajaran agar tak Gampang Caci Maki Orang Lain
DMI Kecam Peristiwa Tragis Pemuda Musafir Dikeroyok dan Meninggal Saat Mau Istirahat di Masjid
Rencana Rute LRT Jabodebek akan Diperpanjang hingga Bogor
MUI Tolak Keikusertaan Tim Israel dalam Kejuaraan Dunia Senam di Jakarta