Pertemuan Jokowi-Prabowo Tak Cukup Hanya Satu Kali Saja


Prabowo Subianto (kanan), bersalaman dengan Presiden Joko Widodo (kiri) (ANTARA FOTO/Akbar Gumay)
MerahPutih.com - Anggota Badan Komunikasi Partai Gerindra, Andre Rosiade mengatakan tidak cukup satu pertemuan saja antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
"Satu pertemuan seremonial tidak cukup menurunkan tensi polarisasi, harus ada pertemuan lanjutan dan jadi patokan bagi pendukung," katanya seperti dilansir Antara, Rabu (17/7).
Baca Juga: Partai Gerindra Gelar Rapat Dewan Pembina di Hambalang Jumat
Andre menyebut, pertemuan Jokowi dan Prabowo pada Sabtu (13/7), lalu menyepakati adanya pertemuan lanjutan, baik itu yang kedua dan ketiga.

Menurut dia, dengan bertemu rutin 2-3 kali tersebut sebelum pelantikan Presiden terpilih, diharapkan dapat meredam polarisasi di akar rumput.
"Memang akan ada pertemuan lanjutan, apakah di Hambalang atau dimana, saya belum tahu. Namun kopi Hambalang memang legendaris, saya merekomendasikan itu," ujarnya.
Selain itu Andre juga menybut bahwa pertemuan lanjutan itu akan membahas, seperti misalnya Jokowi bertanya kepada Prabowo apa masukannya, dan akan disampaikan program Indonesia maju, Indonesia bangkit untuk menuju Indonesia adil dan makmur.
"Kalau Jokowi bisa mengadopsi mengambil, dan memasukkan program kami adalah bagus. Prabowo menyampaikan di kampanyenya bahwa dalam 100 hari akan turunkan harga listrik, harga daging sehingga kalau diadopsi Jokowi, menjadi hal baik," ujarnya.
Andre mengatakan, mengadopsi visi-misi dan program, tidak mengharuskan Gerindra masuk dalam kabinet namun bisa dengan bertemu dan berdiskusi mengenai ide-ide yang baik.
Baca Juga: Ditinggal Sandiaga, Pemprov DKI Hemat Anggaran Miliaran Tiap Bulan
Dia mengaku sangat miris ketika ada pihak yang memfitnah Prabowo dan Gerindra bahwa pertemuan Jokowi-Prabowo dilakukan karena ada iming-iming jabatan.
"Saya tegaskan bahwa di 2009-2014 Prabowo ditawari SBY masuk kabinet namun tidak kami terima, 2014-2019 ditawari Jokowi masuk kabinet namun tidak kami ambil," kata Andre.
Dia mengatakan, di 2018, Prabowo ditawarkan menjadi wakil presiden Jokowi dan tidak perlu modal, namun tawaran itu ditolak Prabowo.
Karena itu menurut dia, untuk kepentingan bangsa dan negara Prabowo bertemu Jokowi lalu dituduh mendapatkan iming-iming jabatan, itu tidak tepat.
"Gerindra selama 10 tahun menjadi oposisi, baru kami yang menjadi partai paling lama di luar pemerintahan," ujarnya. (*)
Baca Juga: Keputusan Gerindra Jadi Oposisi Atau Koalisi Mundur
Bagikan
Berita Terkait
Prabowo Lantik Komite Eksekutif Percepatan Pembangunan Papua, DPR: Peningkatan SDM Jadi Prioritas

Mentan Amran Sulaiman Jabat Kepala Bapanas, Gantikan Arief Prasetyo Adi

TNI Diminta Sapu Bersih Ormas Preman yang Meresahkan dan Mengaku Terafiliasi Parpol

Profil Akhmad Wiyagus, Pensiunan Polri yang Baru Dilantik Jadi Wamendagri

Menkeu Purbaya tak Usulkan Pengganti Anggito, Pilih Urus Langsung Pajak dan Bea Cukai

Prabowo Punya 2 Asisten Khusus Presiden Baru, Tugasnya Susun Naskah Pidato

Mensesneg Ungkap Alasan Prabowo Lantik 2 Wakil Kepala di BP BUMN

Suntikan Semangat dari Istana untuk Skuad Garuda: Prabowo Beri Dukungan Langsung Melalui Panggilan Video

Presiden Prabowo Lantik Benjamin Paulus Octavianus Jadi Wakil Menteri Kesehatan

DPR Dukung Langkah Prabowo Bentuk Komite Reformasi Polri, Dorong Transparansi dan Akuntabilitas
