Perlukah Orang Tua Meminta Maaf?


Orangtua juga bisa membuat kesalahan, terutama ketika bertengkar dengan anak. (Foto: 123RF/szefei)
BANYAK orang tua merasa sangat bersalah setelah meneriaki anak-anak mereka. Mereka ingat betapa menyakitkan sebagai anak-anak ketika orangtua berteriak dan bahkan bersumpah pada diri sendiri tidak akan melakukan itu pada anaknya nanti.
Mengasuh anak adalah salah satu pekerjaan tersulit di dunia. Ketika anak terus meninggalkan pakaian kotornya di lantai kamar mandi setelah kamu memintanya untuk kesekian kalinya memasukkannya ke dalam keranjang pakaian kotor, orangtua sulit untuk tetap tenang. Namun, berteriak membuat takut anak-anak dan menyebabkan mereka merasa buruk tentang diri mereka sendiri. Jadi, merasa bersalah itu penting.
Baca juga:
"Saya selalu meyakinkan orang tua bahwa ada cara untuk memperbaiki interaksi yang mengecewakan dengan anak-anak, bahkan setelah lewat beberapa hari," ujar Meri Wallace, LCSW, pakar parenting serta terapis anak dan keluarga.
Dia menyebut cara itu "memperbaiki situasi". "Di satu sisi, rasa bersalah yang dirasakan orangtua pada saat-saat ini sebenarnya positif. Ini adalah sinyal internal bahwa mereka perlu melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan. Itu memotivasi mereka untuk mengambil tindakan," Wallace menjelaskan dalam artikel yang ditulisnya di psychologytoday.com (18/5).

Langkah pertama untuk memperbaiki hubungan dengan anak yang disarankan Wallace adalah meminta maaf. Secara historis, orang tua takut jika mengatakan 'maaf' akan membuat mereka terlihat lemah atau menghilangkan otoritas mereka.
Justru sebaliknya, menurut Wallace, meminta maaf justru membuat orangtua terlihat tegar. "Ini menunjukkan bahwa mereka cukup peduli untuk bertanggung jawab atas tindakan negatif mereka dan menebus kesalahan. Selain itu, anak-anak mendapatkan pesan penting bahwa orangtua mereka tidak ingin melukai perasaan mereka, bahwa mereka disayangi," tambahnya.
Baca juga:
Yuk Minta Maaf dan Koreksi Kebiasaan Sehari-Hari yang Berakibat Fatal Bagi Kucing Domestik
Selain itu, meminta maaf juga memberi anak-anak informasi penting lain. Mereka belajar bahwa ketika mereka berada dalam suatu hubungan, sangat penting untuk bertanggung jawab atas perilaku negatif mereka sendiri dan menemukan cara yang lebih baik untuk menangani situasi di masa depan. "Ini adalah kunci untuk membangun hubungan yang sukses," Wallace menekankan.

Setelah kamu meminta maaf, dia menyarankan untuk bicarakan situasinya dengan anak dan cari cara alternatif untuk berinteraksi. Kamu dapat mengajak anak untuk memecahkan masalah dengan dengan bertanya, 'Apa yang bisa kita lakukan secara berbeda?' dan menawarkan beberapa saran. Misalnya, kamu dapat mengusulkan, 'Kamu sudah diminta untuk menaruh pakaian kotor yang benar setelah mandi, dan kamu tidak mendengarkan. Kamu bisa nggak kembali dan meletakkan baju-baju kotor di keranjang'.
Ingatlah bahwa anak-anak membutuhkan pengulangan tanpa akhir untuk menginternalisasi aturan, dan mereka masih akan membuat kesalahan dari waktu ke waktu. Mengingatkan dengan cara yang tenang cenderung mempercepat prosesnya. Begitu kamu mulai emosi, segala sesuatunya makin buruk.
Setiap kali orang tua dan anak memperbaiki situasi dengan cara ini, hubungan akan semakin erat. Anak akan menginternalisasi cara pemecahan masalah ini, dan itu menjadi model yang positif untuk masa depan. (aru)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Cegah Modus Love Scamming, Kenali Ciri-cirinya

Kamu Clingy ke Pasangan? Bisa Jadi Itu Tanda Insecure dan Takut Ditinggalkan

Jangan Coba-Coba FWB, Risiko Negatif Membayangi

Si Doi Sungguh Cinta atau Sekadar Breadcrumbing? Ketahui Makna dan Tanda-tandanya

Tips Pertemanan Langgeng, Perlu Adanya 'Ekuitas Persahabatan'

Pasangan Posesif Bikin Hubungan Jadi Toksik, Begini 5 Cara Menghadapinya

Kena Silent Treatment Sama Pasangan? Ini yang Harus Kamu Lakukan

Punya Trust Issue dengan Pasangan, Begini Cara Menanganinya

Segera Tinggalkan! Ini 5 Tanda Kamu Terjebak dalam Hubungan Toxic

Ini 5 Tanda Kamu Punya Chemistry Baik dengan Pasangan
