Perjalanan Setengah Hari Menjajal MRT Baru di Ibu Kota Indonesia
Mencoba moda transportasi baru, MRT Jakarta (Foto: MP/Rizki Fitrianto)
DI tengah hiruk-pikuk kesibukan Jakarta yang semakin padat seiring berjalannya waktu, moda transportasi baru bernama MRT berdiri gagah melintang dari Bundaran HI di pusat sampai Lebak Bulus di selatan Jakarta. Sudah jadi kebiasaan buat warga Ibu Kota untuk menaruh minat pada hal yang sedang "viral", sekadar buat menikmati pemandangan dari dalam kereta baru, mengikuti tren, atau hanya untuk berfoto ria demi mendapatkan foto untuk dipamerkan.
Untuk pertama kalinya, Saya dan tim dari merahputih.com berangkat ke tengah jantung Ibu Kota untuk mencicipi bagaimana rasanya menaiki MRT Jakarta. Berikut laporan pengalaman perdana Saya.
1. Memasuki Stasiun MRT
Akhirnya proses pembangunan MRT Jakarta (Mass Rapid Transport) rampung juga pada Maret 2019 untuk tahap pertamanya. Menjelang operasi komersialnya, PT MRT Jakarta memberi kesempatan bagi masyarakat yang ingin mengikuti uji coba kereta MRT Jakarta untuk tanggal 12 sampai 24 Maret mendatang.
Pengumuman itu tentu disambut dengan sangat antusias oleh para warga yang penasaran dengan MRT baru. Sesuatu yang baru selalu jadi hal yang menarik, bukan? Total ada 13 stasiun yang sudah siap beroperasi selama masa uji coba ini dan Saya memutuskan masuk dari stasiun MRT-Senayan.
Di teriknya Jakarta, Saya mencari pintu masuk ke stasiun bawah tanah. Persis di seberang Ratu Plaza, ada pintu masuk MRT dengan tulisan Senayan di bagian atasnya. Saya menuruni tangga dan disambut dengan udara dingin dari pendingin ruangan yang kontras dengan panasnya udara Senayan di siang bolong itu.
Berjalan di dalam lorong putih yang bersih dan sejuk sampai berhenti di depan mesin pendekteksi logam. Sebelum masuk, semua orang harus diperiksa sebagai tindakan preventif untuk berbagai kemungkinan. Setelahnya para petugas sudah siap berdiri menyambut penumpang dengan senyum di wajahnya.
Sebelum melewati gate tapping kartu, pengunjung berbaris rapih untuk menunjukkan tiket yang sudah diregistrasikan sebelumnya lewat laman ayocobamrtj.com. Kemudian, saya dan pengunjung lain diberikan stiker bulat bertuliskan Uji Coba Publik MRT Jakarta beserta tanggal 12-23 Maret 2019.
Stiker ini dibagi jadi empat warna sesuai jam pengunjung. Kebetulan saya mendapatkan stiker warna hijau karena datang pada jam kunjungan 12:00-14:00. Sementara stiker warna merah untuk pukul 08:00-10:00, kuning dengan waktu 10:00-12:00, dan biru 14:00-16:00.
Kemudian pegawai MRT memberikan informasi peron nomor berapa yang harus saya datangi. Peron 1 untuk jalur Bundaran HI sampai ke Lebak Bulus, sementara peron 2 kebalikannya. Saya menuruni tangga jalan untuk sampai ke peron 2. Di peron itu ada jam besar yang menunjukkan waktu, layar yang berisi informasi kereta datang pukul berapa, dan tulisan mengenai rute perjalanan.
Mengikuti moda transportasi di luar negeri, MRT Jakarta juga menerapkan stiker di lantai untuk menunjukkan batas antrian. Sayangnya, saya melihat banyak pengunjung yang entah masih terlalu acuh atau belum terbiasa dengan stiker arahan di lantai itu. Sehingga ketika pintu kereta dibuka, penumpang masuk dengan asal saja.
2. Perjalanan di Dalam MRT
Memasuki kereta yang masih terlihat gres, saya tidak mendapatkan tempat duduk karena begitu banyak pengunjung di dalam. Dalam satu rangkaian kereta, hanya ada enam gerbong saja dan siang itu banyak juga orang yang berdiri. Dapat terlihat dari pengumuman yang tertempel, di gerbong tiga dan empat terdapat satu area khusus untuk penyandang disabilitas.
Interior keretanya sendiri sama seperti kereta pada umumnya. Namun lebih sejuk, modern, dan nyaman. Kursi-kursi berderet rapih dengan warna biru terang. Walau berbahan keras, kursi tersebut nyaman digunakan karena terdiri dari kursi individual, sehingga tidak akan lagi orang yang berdempet-dempetan dan memaksa duduk ketika memang sudah tidak ada kursi tersedia. Pegangan tangan diggantungkan di atas kereta dengan dominasi warna kuning dan putih.
Walaupun berdiri, suasana di dalam kereta tetap nyaman dengan udara yang sejuk dan lantai yang bersih. Saya berdiri di bagian tengah kereta sambil menatap jendela menyaksikan kereta melaju. Hanya terlihat kegelapan karena jalur kereta dari Senayan masih berada di bawah tanah. Mendekati stasiun Sisingamaraja, jalur kereta berubah naik ke atas menjadi jalur layang.
Pemandangan di luar hanya terlihat sepintas lalu saja berkat kecepatannya yang mencapai 80-100 km/jam. Saya juga merasa sangat terbantu dengan adanya layar di atas pintu kereta yang menuliskan kereta sedang berdada di posisi mana dan menuju ke stasiun mana.
3. Waktu tempuh MRT
Saya menaiki kereta dari stasiun Senayan menuju stasiun Lebak Bulus. Di stasiun Lebak Bulus, saya dan penumpang lain harus turun agar petugas kereta bisa langsung membersihkan gerbong. Melihat hal ini, saya baru tahu alasan mengapa kereta selalu terlihat rapih dan bersih.
Selanjutnya saya kembali menaiki kereta, namun sekarang dengan kereta di peron 2 yang mengarah ke Bundaran HI. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, ada 13 stasiun dan setelah saya hitung hanya butuh kurang lebih 28 menit untuk sampai ke stasiun Bundaran HI dari stasiun Lebak Bulus. Jarak antar stasiun rata-rata membutuhkan waktu satu sampai tiga menit tergantung jarak tempuhnya.
Keunikan dari jalur tahap satu ini adalah dua jalur kereta yakni jalur layang dan jalur bawah tanah. Stasiun Lebak Bulus sampai Sisingamaraja menggunakan jalur layang. Kemudian mulai dari stasiun Senayan sampai Bundaran HI kereta akan berjalan di bawah tanah.
Di tengah perjalanan tersebut, saya melihat berbagai stasiun. Dengan desain yang modern, saya seolah berada di luar negeri. Apalagi dibantu dengan fasilitas-fasilitas yang menunjang, seperti mushola, kamar kecil, P3K, ruang menyusui, dan gerai-gerai makanan yang nantinya akan dibuka. Tidak lupa di setiap stasiun disediakan elevator yang ramah untuk penyandang disabilitas.
Tidak terasa, waktu berjalan dengan sangat cepat di dalam kereta tersebut. Kurang dari 30 menit kemudian, pintu kereta terbuka dan sampai di stasiun terakhir. Setelah sampai di stasiun Bundaran HI, saya dihadapkan dengan berbagai jalan keluar dengan kode-kode abjad.
Keluar dari sana, saya langsung dihadapkan dengan Tugu Selamat Datang yang seolah menyambut saya di kota Jakarta. Memberikan ucapan selamat datang kepada moda transportasi baru buat warga yang mungkin sudah terlalu muak dengan kemacetan yang menjadi salah satu problema untuk kota Jakarta. (sam)
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Perjalanan MRT Jakarta Dibatasi, Hanya Rute Blok M–Lebak Bulus yang Beroperasi
Layanan MRT Jakarta Terganggu, Pramono Harap Perbaikan Tuntas dalam 3-4 Jam
Layanan Terganggu akibat Pohon Tumbang, MRT Jakarta Sampaikan Permintaan Maaf
Imbas Gangguan MRT Jakarta, Transjakarta Langsung Tambah Armada
Begini Cara Bikin KPJ dan KLG, Syarat Karyawan Swasta Gratis Naik MRT dan TransJakarta
Karyawan Swasta Jakarta Kini Bisa Gratis Naik MRT-LRT-TransJakarta, Catat Syaratnya!
MRT Jakarta Tambah 8 Kereta Baru dari Jepang untuk Rute HI–Kota, 'Headway' Bakal Jadi Secepat Kilat
Gerbong MRT dan Pesawat Baru Garuda Jadi Pendorong Investasi Dalam Negeri di Triwulan III 2025
Proyek Jembatan Cincin Donat di Dukuh Atas Jakarta Bakal Rampung 2026, Orang Tidak Perlu Lagi Kehujanan
Kadishub Jamin MRT dan LRT Aman dari Kenaikan Tarif Imbas Pemangkasan Anggaran, Tidak Seperti TransJakarta