Peristiwa Malah Jadi Tontonan dan Peluang Berjualan Warga Aing

Mental pedagang tidak turun berjualan di situasi berbahaya. (Foto: Instagram/@qiswantshot)
PERISTIWA di jalan sering dijadikan ‘tontonan’ warga aing. Misalnya kecelakaan di jalan raya. Jalanan jadi macet bukan karena kecelakaan. Warga yang kepo dengan kecelakaan tersebut tak segan berhenti di tengah jalan. Lalu lintas langsung semrawut.
Warga aing langsung sigap menolong? Tidak juga sih. Biasanya yang menolong korban kecelakaan hanya segelintir orang, sisanya jadi penonton.
Baca juga:
Warga negeri aing memang unik. Selain kecelakaan, peristiwa lain seperti demo, ledakan bom, malah jadi peluang jualan pedagang kaki lima. Situasi berbahaya tidak menurunkan mental pedagang.

Seperti yang pernah terjadi saat peristiwa Bom Sarinah 2016 silam. Saat itu, orang-orang di sekitar area itu tentu saja panik. Lokasi tempat kejadian pun disterilkan oleh polisi. Masyarakat diimbau untuk tidak berada di sekitarnya.
Baca juga:
Meski demikian, uniknya banyak pedagang yang memilih untuk tetap berjualan di sekitar lokasi kejadian. Tentu saja karena para pedagang ini melihat adanya peluang dari keramaian masyarakat yang berkumpul menyaksikan aksi petugas kepolisian.
Demo penolakan Undang-undang (UU) Omnibus Law Cipta Kerja yang digelar oleh Mahasiswa di depan Istana Merdeka pada oktober 2020 lalu juga sama. Peristiwa tersebut seakan menjadi magnet pedagang makanan dan minuman.
Bahkan komika Marshel Widianto yang ingin tahu tentang demo tersebut juga datang ke Bundaran HI pada malam harinya. Ia membagikan momen saat membeli makanan ringan dari pedagang yang masih berjualan disamping jalan raya. Padahal jalan raya masih penuh dengan polisi dan demonstran.
Lihat postingan ini di Instagram
"Kapan lagi makan tahu bulat, disamperin barakuda," ujar Marshel dalam video tersebut.
Marshel juga terlihat bercanda dengan pedagang 'Starling' (minuman keliling) dalam video tersebut. Ia bahkan menanyakan sudah berapa lama pedagang tersebut berada di lokasi demo itu. Perbincangan mereka terlihat begitu santai walau situasi cukup genting.
Meski peristiwa jadi ajang ‘liburan’ singkat sudah dianggap wajar oleh banyak orang Indonesia, hal itu tepat tidak baik ya. Karena seharusnya kita lebih berempati terhadap korban-korban dari peristiwa tersebut.
Boleh jadi kamu membahayakan diri sendiri atau orang lain di lokasi peristiwa. Bahkan kamu bisa saja mengganggu petugas yang benar-benar menangani peristiwa tersebut. (kna)
Baca juga: