Penghargaan Sastra 2025: Merawat Nurani Bangsa di Tengah Ledakan Teknologi
Empat sastrawan meraih Penghargaan Sastra 2025 yang diselenggarakan Denny JA Foundation. (Foto: Dok Denny JA)
MerahPutih.com - Empat sastrawan terpilih meraih Penghargaan Sastra 2025 yang diselenggarakan Denny JA Foundation. Penghargaan ini diberikan melalui tiga lembaga: Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena, Lembaga Kreator Era AI, dan Komunitas Puisi Esai, dengan total hadiah lebih dari Rp 155 juta.
Di tengah percepatan teknologi dan era digital, penghargaan ini menegaskan bahwa karya sastra dengan kedalaman estetik, kekuatan moral, serta empati kemanusiaan tetap menjadi fondasi penting bagi kehidupan intelektual bangsa.
Seluruh penghargaan, kecuali kategori Puisi Esai Award, dinilai oleh dewan juri gabungan: Okky Madasari, Anwar Putra Bayu, Dhenok Kristiadi, Hamri Manoppo, Muhammad Thobroni, Wayan Suyadnya, dan Victor Manengkey.
Komposisi juri lintas disiplin, wilayah, dan tradisi literasi, dari Sumatra hingga Papua, menjadi jaminan bahwa penilaian dilakukan secara berimbang dan kredibel.
Baca juga:
Peluncuran Bunga Besi: Perayaan Sastra Visual dan Kolaborasi Lintas Disiplin
Penerima Penghargaan Sastra 2025
-
Satupena Lifetime Achievement Award – Sutardji Calzoum Bachri
Sutardji Calzoum Bachri dianugerahi Satupena Lifetime Achievement Award 2025 atas kontribusinya yang luar biasa dalam merevolusi bahasa Indonesia.
Dikenal sebagai 'Presiden Penyair Indonesia', ia memandang kata sebagai makhluk hidup dan mengembalikan puisi kepada akar magisnya: mantra.
Melalui karya monumental seperti O Amuk Kapak dan Tragedi Winka & Sihka, Sutardji memerdekakan bahasa dari penjara makna, membuka era baru spiritualitas linguistik, dan menjadi rujukan estetik serta moral bagi generasi penyair setelahnya.
-
Dermakata Award 2025 – Non-Fiksi: Sindhunata
Romo Sindhunata meraih Dermakata Award kategori Non-Fiksi berkat kemampuannya mengubah tawa rakyat menjadi filsafat hidup. Lewat Ilmu Ngglethek dan Opo Jare Tekek, ia menempatkan ludruk dan jula-juli sebagai cermin kebijaksanaan wong cilik.
Dengan latar pendidikan doktoral di München dan pengalaman panjang sebagai penulis serta pastor, Sindhunata memadukan riset akademik, humanisme, dan empati pastoral, menjadikan non-fiksi sebagai ziarah batin yang merawat akar budaya.
-
Dermakata Award 2025 – Fiksi: Kaisar Deem
Kaisar Deem memperoleh penghargaan melalui kumpulan cerpen Jose Kecil dalam Dirimu. Ia mengangkat memori kelam sejarah lewat sosok Jose, bocah penyintas Timor Leste yang berbicara dengan bahasa jujur dan mengguncang.
Lahir dari keluarga sederhana di Makassar, Kaisar memilih jalur realisme sosial—mengangkat luka yang tak terlihat, penderitaan yang terlupakan, serta ketidakadilan yang jarang diberi ruang. Karyanya dipuji karena kepekaan moral dan keberaniannya mengungkap sisi gelap kemanusiaan.
-
Puisi Esai Award 2025 – Fatin Hamama
Fatin Hamama dinobatkan sebagai penerima Puisi Esai Award 2025 berkat kemampuannya memadukan riset sosial, spiritualitas, dan suara kemiskinan urban ke dalam karya puitik yang lembut namun kuat.
Lewat Puisi dan Bunga Kangkung serta Mazmur Duka Mazmur Cinta, ia menulis dari lorong-lorong kehidupan: tepian kali, tubuh lapar, cinta patah, dan kota yang kehilangan arah. Sebagai lulusan Universitas Al-Azhar Kairo, Fatin turut membawa puisi esai ke forum internasional sebagai medium empati dan penyembuhan.
Baca juga:
“Empat penerima penghargaan tahun ini menunjukkan bahwa di tengah teknologi yang semakin canggih, masyarakat tetap membutuhkan kedalaman kata-kata,” ujar Pendiri Denny JA Foundation, Denny JA, Jumat (14/11).
Menurutnya, para pemenang bukan sekadar penulis, tetapi penjaga nurani bangsa. Karya-karya mereka mengingatkan bahwa kata yang jujur dapat menjadi cahaya bagi masyarakat menuju kemanusiaan yang lebih luhur.
Denny JA Foundation menegaskan komitmennya membangun ekosistem literasi Indonesia melalui dana abadi penghargaan penulis, program penerjemahan, serta dukungan bagi kreator di era AI.
Di tengah dunia yang dipenuhi algoritma dan artificial intelligence, karya-karya para pemenang justru menegaskan keunggulan manusia: hati yang berempati, pikiran yang merenung, dan kata-kata yang menyentuh jiwa.
Melalui Penghargaan Sastra 2025, yayasan kembali mengingatkan bahwa karya yang empatik, jujur, dan bernilai estetik adalah pilar penting dalam membangun peradaban Indonesia. (Asp)
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Penghargaan Sastra 2025: Merawat Nurani Bangsa di Tengah Ledakan Teknologi
Hasil Survei LSI Denny JA: Soeharto Jadi Presiden RI yang Paling Disukai
Laporkan Kekayaan Rp 3,08 Triliun ke KPK, Denny JA: Keterbukaan Adalah Spirit Kepemimpinan
Denny JA Masuk 10 Besar Dunia Calon Penerima BRICS Literature Award 2025
Warga Berburu Buku Murah dalam Ajang Festival Literasi Jakarta 2025 di Jakarta
Penulis Hungaria Laszlo Krasznahorkai Raih Hadiah Nobel Sastra, Dianugerahi atas Karya yang Memikat dan Visioner
Denny JA Sebut 'Generasi Rentan' Picu Kerusuhan yang Meluas, Pemerintah Diminta Bikin Kebijakan Baru
Buntut Marak Kerusuhan, Denny JA Sebut Prabowo Perlu Perkuat Early Warning System
Ikut Arahan Prabowo, Denny JA Rela Tak Memburu Tantiem Komisaris BUMN
Bertemu Dirut Utama Pertamina, Komut PHE Denny JA: Make Pertamina Great Again!