Pengawasan Penjualan BBM Bersubsidi Semakin Diperketat


IPertamina kembali mengaktifkan Satuan Tugas Ramadhan dan Idul Fitri (RAFI) 2024 yang bertugas mulai 25 Maret hingga 21 April 2024. ANTARA/HO-Pertamina
MerahPutih.com - Indonesia saat ini, merupakan salah satu importir minyak mentah terbesar di ASEAN sehingga akan terdampak jika terjadi kenaikan harga minyak dunia yang signifikan. Di mana, subsidi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bisa membekak.
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) akan memperkuat fungsi pengawasan agar bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi terdistribusi dengan tepat sasaran yakni kepada masyarakat yang berhak.
Baca juga:
Bakal Ada Pembatasan Beli BBM Bersubsidi Jika Harga Minyak Dunia Melonjak Tinggi
Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman dalam keterangannya di Jakarta, Senin, mengatakan subsidi BBM diberikan pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan investasi.
"BPH Migas sebagai lembaga yang bertugas mengatur serta menetapkan ketersediaan dan distribusi BBM, terus berupaya meningkatkan pengawasan agar subsidi BBM tersebut tepat sasaran," ungkapnya dalam suatu kegiatan di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (20/4).
Saleh menegaskan, BPH Migas juga bertugas menjamin agar hanya masyarakat yang berhak saja yang dapat menikmati BBM subsidi, sekaligus mengawasi jika terjadi dugaan penyimpangan atau penyalahgunaan distribusi BBM.
"Dalam menjalankan tugas tersebut, tentunya BPH Migas bekerja sama dengan aparat penegak hukum, serta pemerintah daerah. BPH Migas telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan sejumlah lembaga dan pemerintah daerah," katanya.
Saleh juga menyampaikan pentingnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai kondisi-kondisi aktual sektor energi di Indonesia, sehingga masyarakat dapat memahami pentingnya hemat dalam menggunakan energi.
"Seoptimal mungkin kita hemat menggunakan energi, menggunakan kendaraan umum seperti bus, kereta api, atau menggunakan kendaraan secara bersama-sama, sehingga dapat mengurangi konsumsi BBM. Ini berarti mengurangi subsidi BBM, serta emisi rumah kaca, mengurangi dampak pemanasan global. Banyak manfaat yang diperoleh melalui penghematan energi," paparnya.
Anggota Komisi VII DPR Diah Nurwitasari mendorong peningkatan pemanfaatan gas bumi di Indonesia mengingat cadangannya yang cukup besar. Namun, kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, menjadi suatu tantangan dalam pembangunan infrastrukturnya.
Ia mendorong pemerintah melanjutkan pembangunan jaringan gas bumi untuk rumah tangga (jargas). Terkait subsidi energi, seperti BBM dan LPG 3 kg, Diah mendukung kebijakan pemerintah agar lebih tepat sasaran.
"Saya sangat setuju upaya-upaya pemerintah dalam mengelola (subsidi energi) agar masyarakat yang menikmati subsidi itu adalah mereka yang memang membutuhkan," ujarnya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan jika konflik Iran–Israel berkepanjangan dan pembengkakan subsidi BBM dapat ditahan oleh revisi Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 untuk membatasi pembelian BBM subsidi.
"Kalau (konflik) ini tidak berkesudahan, kan harus ada langkah yang pas. Sebetulnya kan Perpres 191 untuk mengalokasikan (subsidi) kepada yang berhak," ujar Arifin dikutip Antara. (*)
Baca juga:
Konflik Iran-Israel, DPR RI Yakin Harga BBM dan Gas Subsidi Tak Ikut Naik
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Bahlil Dikecam Karena 'Memaksa' SPBU Swasta Beli BBM Pertamina, Pengamat Nilai Ada Kekacauan Logika Tata Kelola Energi

Warga Berebut BBM dari Truk Tangki Terguling, 30 Orang Tewas 40 Luka-Luka

Nasib E10 Tergantung Tebu dan Pabrik Gula, Begini Peringatan Profesor ITB

Pakar Otomotif ITB Jelaskan Higroskopis Beda Jauh dari Korosif, Jamin E10 Ramah Mesin

BBM E10 Rusak Mesin? Guru Besar UB Bongkar Mitos yang Bikin Rugi

BBM 'Hijau' Bikin Was-Was, Kementerian ESDM 'Paksa' Industri Otomotif Uji Ketahanan E10

Bye-Bye Knocking! BBM E10 Bikin Mobil Modern Senyum, Mesin Tua Auto Menangis

Guru Besar ITB Sebut Campuran 10 Persen Etanol Langkah Visoner Optimalkan Bahan Naku Lokal Indonesia

BBM Baru Bikin Was-Was! DPR Tegaskan Mesin Mobil di Indonesia Belum Ramah Etanol 10 Persen
