Pengamat: Keterpurukan Ekonomi Hanya Sementara
Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim (kiri) dan Presiden Joko Widodo (Foto Antara/Andhka Wahyu)
MerahPutih, Bisnis-Sudah 17 tahun Reformasi berlalu, namun kondisi perekonomian belum menggembirakan.
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Berly Martawardaya tak menampik ada harga yang harus dibayar oleh bangsa ini.
"Kondisi perekonomian tidak cukup bagus. Tapi, kondisi ini tidak hanya dialami Indonesia. Beberapa negara tetangga juga mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan pengaruh perekonomian global sedang lesu," kata Berly ketika dihubungi merahputih.com, Kamis (21/5) malam.
Seperti diketahui, delapan bulan sejak Joko Widodo dilantik sebagai presiden pada Oktober tahun lalu nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih di kisaran Rp13.000 per dolar AS.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo melansir pertumbuhan ekonomi tahun 2016 sekira 5-6 persen. Angka tersebut masih di bawah asumsi pemerintah, yakni sebesar 5,6-6,2 persen.
Namun, Berly mengatakan kondisi ini berbeda dengan tahun 1998, di mana Soeharto dilengserkan dari kursi presiden karena kondisi ekonomi terpuruk saat itu rupiah di level Rp15.000 terhadap dolar AS. Saat itu, pembangunan tidak berjalan. Proyek-proyek mangkrak.
Sedangkan saat ini, kata Berly, proyek-proyek pembangunan infrastruktur terus berjalan. Ia optimistis pembangunan infrastruktur itu kelak dapat meningkatkan perekonomian Indonesia.
"Saat ini anggaran lebih banyak terserap untuk pembangunan infrastruktur daripada digunakan untuk subsidi BBM," jelasnya.
Sementara Sekjen Aliansi Masyarakat Sipil Indonesia Hebat (Almisbat), Hendrik Sirait menyatakan utang luar negeri yang membebani rakyat adalah warisan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
"Presiden Jokowi baru memerintah delapan bulan. Itu warisan zamannya SBY," tukas Hendrik. Ia mengklaim pemerintahan Jokowi saat ini justru malah mengurangi utang.
Mengenai tawaran pinjaman baru sebesar Rp144 triliun dari IMF, Hendrik memandang hal itu tidak masalah.
"Dari satu pemerintahan ke pemerintahan berikutnya selalu berutang. Pertanyaannya apakah utang itu digunakan untuk pembangunan?" tukasnya.(Luh/Rfd)
Bagikan
Berita Terkait
Fraud BI-FAST Rp 200 Miliar Terungkap, DPR Minta Pengamanan Dana dan Data Nasabah Diperkuat
Prabowo Subianto Yakin Ekonomi Indonesia Tetap Tenang dan Mampu Bertahan dari Gempuran Perang Dagang
Dorong Ekonomi Nasional Jelang Nataru, Pemerintah Siapkan 3 Program Salah Satunya Diskon Belanja
Pengusaha Diminta Jadi Kakak Asuh Koperasi Merah Putih, Pertumbuhan Tidak Dinikmati Segelintir Orang
Jokowi Pidato Forum Bloomberg New Economy Forum 2025, Paparkan Revolusi Ekonomi Cerdas
BPS Rekrut 190 Ribu Orang Buat Sensus Ekonomi 10 Tahunan
PKB Dukung Langkah Prabowo Perkuat Ekosistem Koperasi, Bentuk Nyata Wujudkan Pasal 33
Banggar DPR Ingatkan Pemerintah Tak Tergesa Laksanakan Redenominasi Rupiah
Kebijakan Ini Diyakini Airlangga Pada Kuartal VI 2025 Jadi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi
Ekspor Dinilai Bagus, Tapi Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh 5,5 Persen