Pengamat Anggap AI Tak Akan Ubah Pengalaman Spiritual Nilai Keagamaan, Kehadirannya Bantu Cari Referensi Agama
ilustrasi AI/ dok media Kominfo
MerahPutih.com - Revolusi Artificial Intelligence (AI) telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia, termasuk cara memahami dan beragama. Kemajuan teknologi ini juga dianggap dapat menggeser otoritas tradisional dalam tafsir agama.
Pengamat hubungan keagamaan Anick HT mengatakan teori ini tidak menggantikan sosiologi agama klasik, tetapi melengkapi dan memperkaya pemahaman tentang interaksi agama dengan perkembangan zaman.
"Dengan hadirnya AI, kita menyaksikan perubahan besar dalam akses terhadap informasi, interpretasi teks suci, dan peran sosial agama dalam masyarakat,” ujar Anick di Jakarta, Minggu (16/2), sekaligus menyatakan agama selalu menjadi fenomena sosial yang dinamis.
Sebuah survei oleh seorang dosen UIN Bandung pada tahun 2020 menemukan bahwa 58 persen generasi milenial memilih belajar agama melalui media sosial seperti Instagram dan YouTube. Mereka tidak menghadiri pengajian langsung dari pemuka agama, sebuah cara yang berbanding terbalik dengan metode dilakukan orang-orang terdahulu sebelum perkembangan teknologi makin maju.
Baca juga:
Penerapan Teknologi Artificial Intelligence (AI) Urai Kemacetan Jakarta
“Pemuka agama tetap memiliki tempat dalam membimbing komunitas, tetapi kini bukan lagi satu-satunya sumber rujukan,” tambah Anick yanh Sekjen Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) Jakarta ini,
Dalam konteks ini, AI membuka peluang eksplorasi lintas budaya dan refleksi terhadap nilai-nilai agama. Teknologi tidak akan menggantikan esensi pengalaman spiritual, tetapi akan mengubah cara manusia berinteraksi dengan agama dan mencari makna hidup.
“AI mengubah posisi otoritas agama, tetapi tidak menggantikan pengalaman spiritual. Agama akan bertahan, beradaptasi, dan menemukan cara baru untuk memberikan makna bagi kehidupan manusia,” tutup Anick.
Sekedar informasi, pengmat politik Denny JA memperkenalkan teori baru yang menghubungkan sosiologi agama klasik dengan revolusi AI.
Baca juga:
Kembangkan Teknologi AI, Amazon Bakal Investasikan 100 Miliar Dolar AS
Kini, teori Denny JA mulai diajarkan di berbagai kampus negeri dan swasta di Indonesia, baik sebagai mata kuliah mandiri maupun bagian dari kurikulum sosiologi agama dan filsafat. (knu)
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Elon Musk Luncurkan Pesaing Wikipedia, Namanya Grokipedia Semua Kontennya Ditulis AI
KTT APEC Bakal Hasilkan Deklarasi Gyeongju Dan Kesepakatan Kecerdasan Artifisial
Dampak Lingkungan Tersembunyi dari Video Deepfake, Memakan Banyak Daya Listrik dan Boros Air
ChatGPT bakal Izinkan Konten Erotis untuk Pengguna Dewasa
Tilly Norwood, Aktris AI Pertama yang Siap Gantikan Bintang Hollywood?
Cara Mudah Bikin Logo dengan Bantuan AI, Ini 3 Contoh Prompt yang Bisa Dicoba
Keberadaan AI Dalam Kehidupan Manusia Menjadi Keniscayaan saat Zaman makin Canggih
Akademisi Sebut AI hanya Kopilot, tak akan Gantikan Manusia
Komisi I DPR Dukung Komdigi Desak Platform Digital Sediakan Fitur Pengecekan Konten AI
Diviralkan karena Sebut Guru Beban Negara, Menkeu Sri Mulyani Tegaskan itu Deepfake AI