Peneliti Beberkan Perjalanan Vaksin COVID-19 dari Wuhan ke Bandung
                Peneliti utama vaksin COVID-19 Sinovac-Bandung Profesor Kusnandi Rusmil. (Foto: MP/Dok Unpad)
MerahPutih.com - Para peneliti menyatakan keamanan vaksin COVID-19 Sinovac-Bandung sejauh ini menggembirakan. Tidak ada efek samping yang merugikan.
“Jadi saya katakan selama ini kalau keamanannya cukup baik,” kata peneliti utama Profesor Kusnandi Rusmil, dalam acara Launching Internaional Conference On COVID-19 Pandemic yang digelar Ikatan Alumni Unpad secara daring, Senin (5/1).
Peneliti saat ini masih meneliti efektivitas dan imunogenisitasnya yang masih belum selesai. Tapi dari sisi keamanan, Kusnandi menjamin aman.
Baca Juga:
Kusnandi lantas menjelaskan soal pembuatan vaksin. Menurutnya, vaksin adalah zat yang sengaja dibuat agar tubuh dapat membentuk antibodi yang berguna untuk melawan penyakit. Dalam hal ini, COVID-19.
“Vaksin sengaja dibuat dari kuman/virus. Untuk vaksin COVID-19 itu kumannya diambil dari orang sakit. Setelah itu, diambil antibodinya lalu dibikin vaksinnya,” terangnya.
Vaksin COVID-19 Sinovac yang kini diuji coba di Bandung sebelumnya telah melewati uji klinis fase 1 dan 2 di Wuhan, Tiongkok. Wuhan merupakan daerah yang pertama mengalami wabah yang disebabkan SARS CoV-2.
 
“Vaksin ini mula-mula uji klinik di Wuhan karena penyakitnya di sana. Fase 1 kurang lebih ada 80-100 orang diuji coba. Ternyata aman, tidak menyebabkan apa-apa,” tuturnya.
Berikutnya uji klinis fase 2 yang melibatkan sekitar 400 orang relawan. “Juga aman tidak terjadi hal-hal yang menakutkan,” sebutnya.
Setelah uji klinis fase 1 dan 2, Indonesia kemudian mendapat tawaran dari Sinovac untuk melakukan uji klinis fase 3 yang kini sedang berlangsung di Bandung.
Penelitian uji klinis fase 3 di Bandung dilakukan PT Bio Farma dan Fakultas Kedokteran Unpad. Uji klinis fase akhir ini melibatkan 1.620 relawan yang mendapatkan dua kali penyuntikan vaksin.
“Kami telah lakukan penyuntikan terhadap 1.600-an subjek penelitian di Bandung. Itu diambil dari 1.800-an relawan yang diskrining. Kita lakukan rapid dan swab. Yang memenuhi persyaratan 1.732, diskrining jadi 1.620,” beber Guru Besar FK Unpad ini.
Baca Juga:
Dari 1.620 relawan, yang sudah mengikuti dua kali penyuntikan sebanyak 1.607 orang, karena ada 13 relawan yang tidak bisa melanjutkan uji klinis. Mereka kebanyakan karena berbagai alasan, antara lain, sakit dan pindah kerja atau kantor.
“Jadi suntik kedua sebanyak 1.607, sampai sekarang kita sudah mengikuti 6 bulan,” ujar Kusnandi. (Iman Ha/Jawa Barat)
Baca Juga:
DKI Siap Lakukan Vaksinasi COVID-19 di 453 Fasilitas Kesehatan
Bagikan
Berita Terkait
Ini Kasus Dugaan Korupsi Yang Bikin Wakil Wali Kota Bandung Diperiksa Kejaksaan
                      Wakil Wali Kota Bandung Diperiksa Dugaan Kasus Korupsi, Bukan OTT Kejaksaan
                      Ketua MPR dan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Tinjau Renovasi Mess MPR yang Dibakar Massa, Salah Satu Bangunan Heritage Bandung
                      Tragis, Diduga Pengemudi Mengantuk, Mobil Travel Daytrans Bandung -Jakarta Kecelakaan di Tol Perbaleunyi hingga Sebabkan Korban Tewas
                      Langkah Selanjutnya Setelah Seekor Macan Tutul Dievakuasi dari Hotel di Bandung
                      Heboh Macan Tutul Nyasar Masuk Hotel di Bandung, Diduga Kabur dari Lembang Park and Zoo
                      KAI Tambah Kapasitas KA Lodaya Relasi Solo - Bandung Mulai 19 September 2025
                      Ledakan LPG 3 Kg di Bandung: 2 Rumah Hancur, 4 Warga Masuk RS Hasan Sadikin
                      Macan Tutul Kabur Dari Lembang Park and Zoo ke Gunung Tangkuban Parahu Bahayakan Nyawa Warga
                      Polisi Bantah Tembak Gas Air Mata ke Unisba, Dalihnya Tertiup Angin Masuk Kampus