Pemilu 2024, Masyarakat Wajib Perhatikan Rekam Jejak Capres


Kegiatan bedah buku yang berjudul "Buku Hitam Prabowo Subianto: Sejarah Kelam Reformasi 98," di Pokel Garden, Serang, Banten, Senin (11/12). Foto: Istimewa
MerahPutih.com - Sejumlah aktivis mahasiswa di Serang, Provinsi Banten, adakan kegiatan bedah buku yang berjudul "Buku Hitam Prabowo Subianto: Sejarah Kelam Reformasi 98," di Pokel Garden, Serang, Banten, Senin (11/12) sore.
Diketahui, buku ini mendokumentasikan jejak hitam Prabowo dalam berbagai kasus pelanggaran HAM diluncurkan di Jakarta, Minggu (10/12), bertepatan dengan Hari HAM Internasional.
Baca Juga
Survei LSI Denny JA: Prabowo-Gibran Unggul Vs Ganjar-Mahfud Selisih di Atas 20 Persen
Kegiatan bedah “Buku Hitam Prabowo Subianto” pada momen Hari HAM, untuk memberi harapan agar kasus-kasus pelanggaran HAM, terkhusus yang diduga melibatkan Prabowo tidak terulang kembali di Indonesia.
Buku ini terdiri dari tujuh bab, bagian awal buku ini mengulas penculikan aktivis, kerusuhan Mei 1998 dan bagaimana dugaan keterlibatan Prabowo, upaya Prabowo melakukan ‘kudeta’ terhadap Presiden B.J Habibie serta jejak kelamnya di Timor Leste dan Papua.
Buku ini juga mengelaborasi mengapa Prabowo menjadi ancaman bagi masa depan demokrasi Indonesia dan apa yang sedang dipertaruhkan jika ia menjadi presiden.
Pegiat Pemilu dan Demokrasi, Hasnu Ibrahim mengatakan buku ini relevan untuk didiskusikan karena sebentar lagi rakyat Indonesia akan memasuki Pemilu Presiden pada tahun 2024.
"Rakyat Indonesia silakan melakukan pemeriksaan secara baik terhadap calon pemimpin bangsa Indonesia baik rekam jejak dan rekam karya," jelas Hasnu.
Hasnu mengatakan, menjelang Pemilu 2024 rakyat Indonesia harus sadar bahwa hak asasi manusia sama pentingnya dengan sepiring nasi yang kita makan sehari-hari.
"Kita sebagai rakyat harus sadar bahwa pemimpin terbaik untuk bangsa ini yaitu yang mengerti demokrasi dan partisipasi bukan yang melakukan pelanggaran HAM berat," kata Hasnu.
Baca Juga
Sementara itu, Ray Rangkuti Direktur LIMA Indonesia yang juga aktivis 1998 menegaskan, publik harus menolak secara keras pelaku pelanggaran HAM berat masa lalu.
"Pemilu 2024 kita semua harus tegas menolak pelaku pelanggaran HAM berat dan menolak dinasti politik, karena tidak ada untungnya bagi rakyat Indonesa," jelas Ray.
Ray melanjutkan, tujuan dinasti politik bukanlah untuk kepentingan rakyat, melainkan melestarikan kekuasaan untuk keluarga, anak dan kolega.
"Selamatkan bangsa Indonesia dari pelaku pelanggaran HAM, oligarki politik, dan dinasti politik melalui pemilu 2024 mendatang," jelas Ray Rangkuti.
Perlu diketahui, kegiatan ini menghadirkan narasumber seperti akademisi politik, Ketua BEM FH Untirta, Pemerhati Hukum dan HAM, Pegiat Pemilu dan Demokrasi dan Aktivis Milenial.
Peserta kegiatan berasal dari aktivis mahasiswa, organisasi kepemudaan, BEM Mahasiswa dan sejumlah simpul gerakan mahasiswa di Serang, Provinsi Banten. (Pon)
Baca Juga
Prabowo Komitmen Tolak Upah Murah dan Tidak Mau jadi Bangsa UMR
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
Waspada Potensi Cuaca Ekstrem Selama 4 Hari di Provinsi Banten

Gibran Tegaskan Reshuffle Kabinet Merah Putih Sudah Diperhitungkan Matang oleh Prabowo untuk Optimalkan Kinerja Pemerintah dan Pelayanan Publik

Copot Sri Mulyani hingga Budi Arie, Pengamat Duga Prabowo Mau Lepas 'Warisan' Jokowi

Pakar Nilai Menteri Baru Harus Berhati-hati dalam Berkomunikasi dan Fokus Pada Program 'Quick Wins'

Dinilai Mengejutkan, IPR Sebut Reshuffle Kabinet Prabowo Fokus pada Ekonomi dan Politik Hukum

Arahan Prabowo untuk Anggota DPR Fraksi Gerindra: Harus Mawas Diri dan Jaga Ucapan serta Perilaku

Legislator Gerindra Malam Ini Kumpul di Kertanegara, Akses Jalan Depan Rumah Prabowo Ditutup untuk Umum

Profil Mukhtarudin yang Dilantik Jadi Menteri P2MI, Gantikan Posisi Abdul Kadir Karding

Profil Irfan Yusuf, Cucu Hasyim Asy'ari yang Dilantik Jadi Menteri Haji dan Umrah

Profil Lengkap Ferry Juliantono, Dilantik Jadi Menteri Koperasi Gantikan Budi Arie
