Pemerintah Pesan 2.000 Vaksin Cacar Monyet dari Denmark
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin. (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Indonesia tengah berupaya meredam dampak penyebaran virus cacar monyet usai terdeteksi di tanah air.
Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Indonesia telah memesan ribuan dosis vaksin produksi Bavarian Nordic untuk melindungi masyarakat dari risiko penularan cacar monyet.
Baca Juga:
Kasus Pertama di Dunia, Terinfeksi Bersamaan COVID-19, Cacar Monyet, dan HIV
"Dari vaksinasi, kami sudah memesan vaksinnya dua ribu dosis dari Bavarian Nordic dibantu KBRI Denmark, karena ada vaksin Monkeypox di sana," kata Budi Gunadi Sadikin, Selasa (30/8).
Target vaksin cacar monyet diperuntukkan bagi para penyintas, kontak erat pasien, hingga warga yang memiliki risiko tinggi terpapar cacar monyet.
Budi mengungkapkan varian cacar monyet atau Monkeypox yang menyerang seorang warga Jakarta merupakan varian dari kelompok Afrika Barat Clade llb lineage B.1.
Pasien pertama di Indonesia berusia 27 tahun itu sudah dinyatakan sembuh. Varian tersebut menurutnya cenderung ringan dan tidak memiliki risiko kematian yang tinggi.
"Berdasarkan hasil genome sequencing yang kita temukan variannya Afrika Barat yang less fatal, yang bukan mematikan seperti di Afrika Tengah," jelas Budi.
Budi mengatakan, laju kematian pada pasien Monkeypox di dunia berkisar 0,02 persen atau setara 13 jiwa dari sekitar 48 ribu pasien di 94 negara. Terbanyak di Afrika.
"Kematiannya bukan karena virus Cacar Monyet. Biasanya infeksi menyebabkan secondary infection, bisa Pneumonia (infeksi paru-paru) atau Meningitis (infeksi otak)," katanya.
Baca Juga:
[HOAKS atau FAKTA]: Virus Cacar Monyet Bermutasi, Warga Harus Pakai Masker
Ia juga menyinggung warga Indonesia kelahiran tahun 1980 ke bawah memiliki peluang memiliki proteksi lebih tinggi terhadap penularan cacar monyet.
"Orang-orang yang lahir sebelum tahun 1980 dan sudah pernah divaksinasi smallpox, itu sebenarnya memiliki perlindungan atau antibodi terhadap virus Monkeypox, karena virusnya sama," ujarnya.
Kondisi itu menurutnya dapat terjadi lantaran mayoritas negara di Asia termasuk Indonesia sudah mendapatkan vaksin cacar yang berlaku seumur hidup kala itu.
Sementara, negara di Eropa menurutnya lebih awal terserang pandemi cacar sehingga fungsi proteksi vaksin lebih cepat menurunnya.
Menurut Budi antibodi tersebut menjadi salah satu alasan mengapa kejadian Monkeypox di Asia relatif lebih rendah dibandingkan di Eropa.
"Karena di Eropa mereka eliminasi smallpox lebih dulu, sehingga proteksinya relatif dihentikan lebih cepat dibandingkan dengan di Asia," katanya.
Terkait pengobatan terhadap pasien Monkeypox, kata Budi, cukup dengan obat-obatan yang masih relevan dengan cacar biasa.
Yang terpenting adalah mengantisipasi agar virus Monkeypox tidak memicu infeksi lanjutan berupa penyakit Penumonia atau Meningitis. (Knu)
Baca Juga:
Cegah Penyebaran Cacar Monyet, Bandara Soetta Perketat Pengawasan
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
PDPI Beberkan Dosa-Dosa Gaya Hidup Pemicu ISPA dan Cara Menghindarinya Tanpa Ribet
Berikut Tim Tim Bulu Tangkis IndonesiaYang Bakal Bertarung di Denmark Open 2025
Wajib! Dapur MBG Harus Kantongi Tiga Sertifikat Keamanan Pangan, Mulai dari HACCP Hingga SLHS
Pemerintah Jemput Bola Vaksinasi Ribuan Hewan Peliharaan, Jakarta Targetkan Bebas Rabies
Raker Menkes dengan Komisi IX DPR Setujui Pagu Anggaran Tahun 2026 Sebesar 114 Triliun
Gubernur Pramono Siapkan Parkir Sandar Gratis Rumah Sakit Apung di Pelabuhan Muara Angke
Minta Hewan Peliharaan Dijadikan Pakan Predator, Kebun Binatang di Denmark Autokena Kecam
Kebun Binatang di Denmark Minta Hewan Peliharaan yang tak Diinginkan Dijadikan Pakan Predator
Klub Denmark Lyngby Boldklub Batal Kontrak Nathan Tjoe-A-On
[HOAKS atau FAKTA]: Suhu Dingin dan Kabut di Jabodetabek Hasil Rekayasa agar Angka Penyakit TBC Meningkat