Peluang Bisnis Baru Carbon Capture Storage, Indonesia Paling Siap se-Asia


Ilustrasi teknologi CCS. (Unsplash/Chris LeBoutillier)
MerahPutih.com - Pemerintah Indonesia bergerak agresif dalam menerbitkan berbagai regulasi untuk mendukung percepatan implementasi carbon capture storage (CCS). Saat ini, Indonesia sudah memiliki 15 proyek CCS yang sedang dikembangkan.
Tak heran, proyek carbon capture storage (CCS) kini menjadi peluang bisnis yang baru masa mendatang di tanah air. Apalagi, data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan potensi penyimpanan karbon pada bekas reservoir di lapangan migas yang ada di Indonesia diperkirakan mencapai 577 giga ton.
Baca juga:
Mengenal Teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) untuk Kurangi CO2
"Membuat Indonesia memiliki peluang bisnis yang lebih besar dan dapat menjadi leader CCS hub di kawasan regional," kata Direktur Eksekutif Indonesia CCS Center Belladonna Troxylon Maulianda, saat menjadi pembicara dalam diskusi publik di Jakarta, dikutip dari Antara, Kamis (28/3)
Belladonna mengakui teknologi CCS bukan hal yang baru bagi perusahaan minyak dan gas karena sudah diterapkan para perusahaan migas dunia sejak 40 tahun yang lalu. "Teknologinya sudah mature sebenarnya. Saat ini, kita sedang menunggu cost-nya turun dan memang sekarang sudah mulai menurun," ujarnya.
Faktor keunggulan dari sisi geografis dan regulasi membuat Belladonna optimistis Indonesia akan menjadi pemimpin dalam bisnis CCS di kawasan regional. Pasalnya, Indonesia adalah negara pertama yang mengimplementasikan CCS cross border (lintas batas).
Menurut dia, Indonesia saat ini menjadi negara yang paling siap untuk mengimplementasikan CCS dibandingkan negara di kawasan Asia lainnya. "Indonesia dinilai paling cepat dalam perkembangan CCS dibandingkan negara lain, selain memiliki potensi, dukungan dari pemerintah melalui regulasi juga diharapkan dapat mempercepat implementasi CCS," tandas Belladonna.
Baca juga:
Carbon Capture and Storage Rawan Korupsi dan Pembabatan Hutan
Sementara, Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Kementerian ESDM Noor Arifin Muhammad mengatakan posisi Pemerintah Indonesia sudah sangat jelas dalam mendukung penerapan CCS untuk menghadirkan energi yang lebih bersih dan sekaligus mengurangi emisi karbon. "Pak Menteri ESDM (Arifin Tasrif) sudah menetapkan keputusan bahwa biaya CCS dapat masuk dalam cost recover," katanya.
Untuk diketahui, Kementerian ESDM baru saja menerbitkan angka Potensi Penyimpanan Karbon Nasional Tahun 2024 sebesar 572 miliar ton CO2 pada saline aquifer dan 4,85 miliar ton CO2 pada depleted oil and gas reservoir. Potensi penyimpanan yang sangat besar tersebut diyakini dapat mendukung secara signifikan target penurunan emisi dalam jangka panjang.
Noor menambahkan Kementerian ESDM juga tengah menyiapkan Rancangan Peraturan Menteri ESDM terkait penyelenggaraan CCS pada wilayah izin penyimpanan karbon. "Ditargetkan, Juli nanti sudah terbit permen-nya," tegasnya. (*)
Baca juga:
Gibran Kesal dengan Mahfud MD Tak Jawab Pertanyaan Soal Regulasi Carbon Capture dan Storage
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
Jakarta Susun Mitigasi Kurangi Emisi GRK 30 Persen hingga 2030

Dorong Efisiensi Energi, Prabowo Pangkas Jalur Logistik yang Habiskan Biaya Tinggi

Petugas Lingkungan Hidup Kota Penyangga Jakarta Bakal Dapat Pelatihan Uji Emisi

Coldplay Berhasil Kurangi Emisi Karbon Lewat Tur Dunia 'Music of the Spheres'

Peluang Bisnis Baru Carbon Capture Storage, Indonesia Paling Siap se-Asia
