Pedestrian Code Gumreget Telan Biaya Rp2 Miliar

Suasana Kali Code (MP/Fredy Wansyah)
Sebagian kampung di tepi Kali Code kini menjelma destnasi wisata menarik di Kota Yogyakarta. Sebelumnya, kampung tersebut hanyalah sebuah kampung yang dapat penduduk dan terbilang kumuh.
Penataan kampung Kali Code sebenarnya dimulai dari sebuah gerakan yang dilakukan seorang budayawan YB Mangunwijaya atau akrab disapa Romo Mangun. Berbekal pengetahuan arsitekturnya, ia merapikan hunian di Kali Code. Selanjutnya, penataan Kali Code berlanjut pada tahun 2014 dengan adanya program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK).
Program PLPBK merupakan program dari Kementerian PU dan Perumahan Rakyat. Program PLPBK Kemen PU PR adalah kelanjutan dari transformasi sosial Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Fokus utama dalam program ini adalah bagaimana masyarakat untuk terlibat aktif memberdayakan daerahnya.
Program ini pun fokus pada penataan di Kampung Gemblakan, Suryatmanan, Kota Yogyakarta. Tepatnya di tiga RW, yakni RW 9, RW 8, dan RW 7. Sebanyak Rp2 miliar digelontorkan pemerintah melalui program tersebut.
"Jadi seluruh dananya dari pusat. Dulu program PNPM, sekarang program PLPBK itu," kata Adi Al Fajar, salah seorang warga Kampung Gemblakan, kepada merahputih.com, di Gemblakan, Suryatmanan, Kota Yogyakarta, baru-baru ini.
Dana tersebut kemudian digunakan untuk penataan perumahan di bantaran sungai (M3K), pembuatan jalan selebar 3 meter, pembuatan saluran air hujan, pembuatan tembok talud, pembuatan ruang terbuka publik, serta pembuatan pos pantau banjir. Dari sanalah kemudian pedestrian tertata dengan baik dan indah, ruang publik yang asri meski di pinggir kali, serta fasilitas yang lainnya.
"Di sini juga ada ruang tampung bencana. Ada alat-alatnya lengkap, buat menghadapi bencana. Simulasi juga ada, jadi warga dikasih simulasi menghadapi bencana," kata Adi.
Setelah semua selesai dalam tempo kurang lebih dua tahun, pada Minggu (8/1) kemarin, Kampung Gemblakan pun meluncurkan kampung asri di Gemblakan serta pencanangan potensi destinasi wisata melalui nama Pedestrian Code Gumreget (PCG). Meski belum sempurna, kampung ini sudah siap menampung dan menata kunjungan wisatawan.
Dalam waktu dekat, PCG pun akan mengadakan sejumlah kegiatan semacam pasar tumpah. "Pas launching, warga ingin segera ada wadah tempat usaha, semacam pasar Ramadan atau Sunmor (pasar dadakan di UGM)," pungkasnya. (Fre)
Bagikan
Berita Terkait
Kearifan Lokal Jaga Warga Bikin Yogyakarta Cepat Pulih Dari Demo Berujung Rusuh

KAI Daop 6 Yogyakarta Layani 219.400 Penumpang Selama Long Weekend Maulid Nabi

Polisi Diminta Usut Tuntas Kematian Mahasiswa Amikom, Bonnie Triyana: Tidak Ada Alasan yang Membenarkan Kekerasan Aparat Terhadap Pengunjuk Rasa

Pesisir Medan Berpotensi Banjir 22-28 Agustus, Hujan Lebat Akan Guyur DIY

Saat Libur Peringatan HUT ke-80 RI, Daop 6 Yogyakarta Alami Kenaikan Penumpang 5,5 Persen

85.792 Wisatawan Mancanegara Naik Kereta Api Selama Juli 2025, Yogyakarta Jadi Tujuan Tertinggi

Viral, Driver Ojol Dikeroyok karena Telat Antar Kopi, Ratusan Rekan Geruduk Rumah Customer

Film Dokumenter 'Jagad’e Raminten': Merayakan Warisan Inklusivitas dan Cinta dari Sosok Ikonik Yogyakarta

Libur Panjang, KAI Commuter Yogyakarta Tambah 4 Perjalanan Jadi 31 Trip Per Hari

Heboh Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon, Nama Tersangka Penyerebot Sudah di Kantong Polisi
