Pameran Daring LAWAN, Berani Baru Perupa Kota Tua Merespon Pandemi
Perupa Andrea Rizkia sedang memberi sentuhan akhir karya berjudul Pandemic Distraction. (Foto: Humas Galeri Nasional)
TIGA orang duduk berjarak di peron stasiun. Seorang perempuan sibuk dengan gawainya, satu penumpang termangu, dan lelaki duduk paling ujung asyik memandang lalu-lalang penumpang. Begitu kereta listrik melansir, tampak empat penumpang bergegas menuju pintu di bawah fasad melengkung bergaya art deco Stasiun Jakarta Kota.
Baca juga: Galeri Nasional Indonesia Membuka Pameran MANIFESTO VII 'PANDEMI' Secara Daring
Pemandangan keseharian di stasiun paling awal komuter tersebut semakin dinamis digubah Susi Neclin, lewat permainan cahaya gelap-terang dan garis tegas verical, pada karya bertajuk STASIUN KOTA. Karya Susi Neclin menggunakan teknik linocut di atas kertas berukuran 90X22 sentimeter tersebut menjadi salah satu di antara karya Komunitas Perupa Kota Tua (KOTA) pada pameran daring bertajuk LAWAN!!! di Galeri Nasional Indonesia, 10 November 2020.
Pameran 28 perupa anggota KOTA menampilkan 35 karya berupa lukisan, grafis, mixed media, mural, fotografi, video arttersebut akan disajikan secara daring melalui laman galnasonline.id.
Tema LAWAN!!! diusung sebagai upaya para perupa merespon situasi terkini nan sebagian besar mengangkat aspek sosial politik, seperti pencarian identitas kultural, merespon era milenial, budaya urban, dan fenomena pandemi Covid-19. “Tepatnya tentang krisis pandemik membuat kita berpikir ulang tentang hal-hal mendasar. Seni, semestinya mampu membuat kita berpikir ulang tentang hal-hal biasanya kita lumrahkan, begitu saja,” kata Heru Hikayat, kurator pameran.
Di samping itu, pameran kali ini juga menjadi ajang bagi para perupa melihat alternatif baru dalam berakarya. “Yang juga menarik dari pameran ini, spirit ‘LAWAN’ juga dikaitkan dengan konteks melawan kemapanan dalam berkarya, khususnya melalui berbagai upaya artistik dan eksplorasi,” kata Citra Smara Dewi, kurator pameran.
Senada dengan Smara Dewi, kurator Pug Warudju, mengingatkan arti penting pameran sebagai geliat perlawanan para perupa KOTA sebagai insan-insan urban untuk berperan aktif dalam rekonstruksi sosial melalui karya seni rupa.
Kebaruan pada pameran, menurut Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto, ditanggapi begitu positif untuk menajamkan wacana serta ekspresi seni dalam mengkritisi fenomena terkini melalui karya-karya seni rupa. “Seni rupa juga bisa menjadi medium untuk merepresentasikan suatu fenomena atau peristiwa, yang tidak hanya untuk kilas balik, namun juga sebagai referensi untuk memunculkan inovasi atau ide-ide baru yang dapat berkontribusi dalam pengembangan sebuah wilayah, dalam hal ini Kota Jakarta. Inilah saatnya para perupa KOTA melalui karya seni rupa menunjukkan perannya dalam membangun Jakarta,” ujarnya. (*)
Baca juga: Unik, Pameran UMKM ini Digelar Secara Virtual dengan Konsep 3 Dimensi
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
Penanganan Penyakit Tuberculosis Bakal Contoh Pola Pandemi COVID-19
Kasus ISPA di Jakarta Naik Gara-Gara Cuaca, Warga Diminta Langsung ke Faskes Jika Ada Gejala
Resmi Ditutup, ini 5 Galeri di Art Jakarta 2025 yang Menarik Perhatian Pengunjung
Antara Alam dan Modernitas: Konsep Unik VIP Lounge Art Jakarta 2025
JICAF 2025: Pameran Ilustrasi Terbesar di Indonesia Hadirkan Pengalaman Seni 'New Heights'
Dari Bali hingga Korea, Art Jakarta 2025 Hadirkan Arus Baru Seni Kontemporer
Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID
ArtMoments Jakarta 2025 Tampilkan 600 Seniman dan 57 Galeri, Angkat Tema 'Restoration'
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres