Museum MACAN Persembahkan 'Stories Across Rising Lands'


Pameran ini akan berlangsung selama empat bulan. (Foto: Istimewa)
MUSEUM MACAN akan menampilkan pameran seni kontemporer dari perupa Asia Tenggara berjudul Stories Across Rising Lands. Pameran ini dikomisi oleh KONNECT ASEAN dan didukung ASEAN-Republic of Korea Cooperation Fund.
Penyelenggaraan pameran ini merupakan sebuah inisiatif penting dari program seni dan budaya utama yang dimotori ASEAN Foundation.
Baca juga:
Menurut berita pers yang diterima merahputih.com, Jumat (27/11) pameran ini akan berlangsung dari 23 Januari–22 Mei 2021. Pengunjung diwajibkan mengikuti protokol kesehatan demi keamanan bersama.
Stories Across Rising Lands diorganisir Museum MACAN dan dikuratori bersama oleh kurator museum Asep Topan dan Jeong Ok Jeon. Mereka berdua ialah kurator independen yang berbasis di Jakarta.

Pameran ini menampilkan beberapa perupa pilihan dari berbagai negara di Asia Tenggara, termasuk Filipina, Singapura, Thailand, Indonesia, Malaysia, Laos, Myanmar dan Kamboja. Para perupa berkarya menggunakan berbagai media, termasuk video, instalasi, fotografi, lukisan dan video performans.
Pameran ini berfokus pada perilaku dan narasi sehari-hari yang turut membentuk koneksi sosial dan budaya terhadap suatu tempat. Tak hanya itu, pameran ini merefleksikan keragaman dan penyebaran geografis yang penting di region ini.
Baca juga:
Ada delapan perupa dan satu kolaborasi artistik terlibat dalam pameran ini. Mereka Cian Dayrit (Filipina), Ho Rui An (Singapura), Kawita Vatanajyankur (Thailand), Saleh Husein (Indonesia), Lim Kok Yoong (Malaysia), Souliya Phoumivong (Laos), Maharani Mancanagara (Indonesia), Nge Lay (Myanmar) dan sebuah kolaborasi antara Tan Vatey dan Sinta Wibowo (Kamboja/Belgia).

Setiap perupa lahir di era 80-an. Mereka saling terhubung karena pengalaman universal pada generasi mereka dalam teknologi media; dampak perubahan ekonomi dan diskusi politik di negara mereka masing-masing; juga pendekatan terhadap format estetika yang mencerminkan pergerakan subtil antara konteks lokal, regional dan global.
Mereka merupakan figur-figur yang telah berkontribusi aktif dalam berbagai diskusi seni kontemporer di negara masing-masing. Secara konsisten mereka turut berpartisipasi dalam percakapan regional dan global.
Berbagai aktivasi digital terintegrasi dan panduan virtual akan disajikan selama periode pameran bagi mereka yang tidak dapat mengunjungi museum secara langsung. (ikh)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Ketua DKJ Tegaskan Perusakan Benda dan Bangunan Bersejarah Adalah Kejahatan Serius yang Melampaui Batas Kemanusiaan

Kerusakan Museum dan Cagar Budaya di Tiga Kota Jadi Kerugian Besar Bagi Bangsa, Fadli Zon Minta Pelaku Kembalikan Koleksi yang Dijarah

Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
Gamelan Ethnic Music Festival 2025 Siap Digelar, Seniman dari 7 Daerah Bakal Ikut Meramaikan

ArtMoments Jakarta 2025 Tampilkan 600 Seniman dan 57 Galeri, Angkat Tema 'Restoration'

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

ARTSUBS 2025 Hadirkan Ragam Material dan Teknologi dalam Ruang Seni yang Lentur

Pemprov DKI Setuju dan Dukung Pendirian Musem Gus Dur di Jaksel

PT KAI Gelontorkan Rp 3,05 Miliar Buat UMKM, Termasuk Pameran Internasional

Emte Rilis ‘Life As I Know It’, Rayakan Kesendirian lewat Pameran Tunggal
