Meruntun Kisah Berdirinya Tjhia 'Family House' di Singkawang


Tjhia Family House atau Rumah keluarga Tjhia. (Foto: Instagram@urjewel0294)
SUASANA kuno negeri Tirai Bambu begitu kental terasa saat melintas di jalan Budi Utomo, Kelurahan Condong, Kecamatan Singkawang Barat. Di sana terdapat sebuah bangunan tua nan besar dengan gaya Tionghoa campur Eropa yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.
Dikutip dari singkawanginfo.com, rumah megah ini di bangun langsung oleh Xie Shou Shi atau Tjhia Siu Si pada 1902. Rumah yang sekarang dikenal dengan nama Tjhia Family House atau Rumah keluarga Tjhia sudah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Singkawang sebagai salah satu cagar budaya.
Jauh sebelum terbangunnya bangunan unik nan cantik ini, Xie brsama rombongan harus menempuh pahit manis kehidupan menjadi seorang perantau dari Tiongkok.
1. Perjalanan keluarga Tjhia menuju Singkawang

Layaknya masyarakat Tionghoa pada umumnya, Xie bersama sanak keluarganya dari Fujian, Tiongkok pada akhir abad ke-19 mulai membentangkan layar untuk mengadu nasib diperantauan. Dalam kisahnya, ia pertama kali berlabuh di semananjung Malay atau Malaysia sekarang.
Namun, karena berseteru dengan pribumi setempat Xie dan rombongannya harus terus berlayar mencari tempat strategis untuk melanjutkan hidup. Hingga akhirnya ia berlabuh di San Keu Jong atau saat ini dikenal dengan nama Singkawang. Di sana ia membuka lahan untuk bertahan hidup.
2. Tentang Xie, pekerja keras yang sukses

Xie dan rombongan yang baru sampai di Singkawang sangat bersemangat. Tak jauh dari lokasi berlabuhnya, ia bersama rombongan mulai membuka lahan dan bercocok tanam. Pada mulanya, ia membuat kebun kelapa, palawija, dan buah-buahan dengan alasan bernilai ekonomis.
Seiring berjalannya waktu, Xie Shou Shi mulai mendapat pengakuan dari kolonial Belanda yang saat itu sedang menduduki Nusantara. Ia mulai mendapat tawaran menggarap lahan lainnya, dan mulai sukses membangun armada yang mengangkut hasil bumi. Antara lain emas, pertanian dan perkebunan menuju Singapura sebagai komoditi ekspor.
3. Membangun rumah di atas tanah hibah Kolonial Belanda

Karena kesuksenan Xie sebagai komoditi ekspor, nama Singkawang mulai didengar dan dilirik oleh para orang lain untuk berdagang dan bertransaksi karena perekonomian yang pesat dikala itu. Xie Shou Shi pun juga mulai diperbincangkan banyak orang.
Saking besarnya nama Xie kala itu, Kolonial Belanda yang notabene sebagai penguasa rela menghibahkan lahan luas untuk dijadikan bangunan. Mulai saat itulah, Xie mulai membangun rumah megah dengan interior Timur-Barat. Rumah itu masih kokoh berdiri hingga saat ini. (zaim)
Baca Juga: Tatung, Tradisi Ekstrem Masyarakat Singkawang untuk Meriahkan Cap Go Meh
Bagikan
Berita Terkait
Aliansi Masyarakat Solo Cinta Damai Tolak Ormas Intoleran di Kota Solo

Pram-Rano, Anies, hingga Mahfud MD Hadiri Acara Perayaan Cap Go Meh di Pancoran China Town

Kemeriahan Cap Go Meh 2025 Night of Harmony di Hotel Borobudur Jakarta

Event Kuliner Cap Go Meh di Solo Kembali Tuai Penolakan, Ormas Datangi Lokasi Festival

Hadir di Cap Go Meh 2025, Pj Teguh Serukan Persatuan dalam Keberagaman

Pram-Rano, Anies, hingga Mahfud MD Hadiri Acara Perayaan Cap Go Meh di Pancoran China Town

Asal Usul Perayaan Cap Go Meh

Cap Go Meh 2025: Merayakan Tradisi, Kebersamaan, dan Kemeriahan Festival Lampion

Menteri Fadli Zon Ikuti Perayaan Cap Go Meh, Kader PSI: Tunjukkan Pemerintah Hadir dalam Rawat Keberagaman

Bogor Pagi Contraflow karena Rombongan Erdogan, Siang Suryakencana Ditutup Ada Cap Go Meh
