Mengenal Hyperrealism, Representasi Artistik dengan Penampakan Identik


Hyperrealism, Representasi Artistik dari Realism. Foto Karya Jamie Salmon (Foto: Courtesy Jamie Salmon)
BANYAK genre yang terdapat di ranah seni ini, termasuk pada seni rupa atau lukis yang berusaha untuk menghidupkan suatu karakter dengan teknik teretentu. Salah satunya termasuk teknik Hyperrealism, yang mencoba untuk membuat karya Realistis ke tingkatan lebih tinggi lagi. Untuk mengetahui lebih lanjut, baca keseluruhan artikel untuk mengetahui bentuk seni Hyperrealism.
1. Apa itu Hyperrealism?

Hyperrealism adalah suatu genre dari seni rupa yang merupakan tingkatan lebih lanjut dari Photorealism. Hyperrealism mulai diperkenalkan sejak tahun 1973 di Brussels, walaupun tidak semenarik Photorealism pada zamannya.
Tetapi hingga sekarang beberapa seniman Hyperrealism seperti Gottfried Helnwein dari Austria, Willem van Veldhuizen dan Tjalf Sparnaay dari Belanda, Roger Wittevrongel dari Belgia, dan masih banyak seniman hyperrealism terkenal dunia kembali mengangkat bentuk seni rupa ini.
2. Apa yang Membedakan Hyperrealism dengan Realism?

Berbeda dengan Realism yang memanfaatkan photorealistik, Hyperrealism memberikan pandangan berbeda dari Realism.
Dari penambahan obyek, perubahan karakter, ataupun hanya sekedar imajinasi dari seniman untuk membuat karya tersebut. Hyperrealism memberikan nuansa yang lebih eye-catching, lebih berkarakter, dan lebih fresh.
3. Hyperrealism Memerlukan Dedikasi Tinggi Seniman

Hyperrealism menguji bakat seorang seniman bagaimana ia bisa membuat hal-hal yang realistis bisa jauh lebih artistik, tidak terlihat surreal dan juga tidak terlihat seperti Realism. Pastinya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk belajar seni Hyperrealism ini.
Seperti karya buatan Young-sung Kim ini, ia mendedikasikan dirinya utuk membuat karya Hyperrealism sejak 23 tahun terakhir. Ia senang membuat beberapa karya dengan binatang-binatang kecil, Ia juga memberikan inspirasi kepada seniman-seniman muda untuk "Membuat sesuatu yang tidak ada di dunia ini." (dnz)
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Dari Bali hingga Korea, Art Jakarta 2025 Hadirkan Arus Baru Seni Kontemporer

Kisruh Royalti Lagu, Pelaku Usaha dan Seniman Desak DPRD Solo Bubarkan LMKN

Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
Gamelan Ethnic Music Festival 2025 Siap Digelar, Seniman dari 7 Daerah Bakal Ikut Meramaikan

Seniman Tato Korea Selatan Perjuangan Revisi Tattooist Act, Janjikan Praktik Sesuai Standar Kesehatan dan Keamanan

ArtMoments Jakarta 2025 Tampilkan 600 Seniman dan 57 Galeri, Angkat Tema 'Restoration'

Emte Rilis ‘Life As I Know It’, Rayakan Kesendirian lewat Pameran Tunggal

Pameran ‘PARALLELS’ di Ubud Art Ground Tampilkan Warisan Seni dalam Perspektif Kontemporer

Museum MACAN Gelar Pameran “GORENGAN Bureau”, Karya Adi Sundoro yang Penuh Edukasi

Melihat Jejak Kolonialisme dan Krisis Lingkungan Karya Kei Imazu di Museum MACAN
