Meet the Makers "Craft as Art", Pestanya Para Penjaga Kekayaan Kriya Nusantara


Artisan instrumen musik tradisional, Ellias Yesaya, turut memeriahkan acara Meet the Makers "Craft as Art". (Foto: Istimewa)
KRIYA Indonesia sudah sepatutnya dilestarikan. Kriya bukanlah sekadar benda. Terdapat filosofi kuat dan sarat makna dibalik kehadirannya. Bahkan, pembuatannya terkadang melalui prosesi khusus demi menjaga kearifan lokal serta keselarasan dengan alam.
Beruntunglah penduduk Indonesia. Di tengah modernitas zaman, tetap ada segelintir kalangan yang semangat menjaga kriya Indonesia agar tidak lenyap begitu saja. Banyak cara yang mereka lakukan. Salah satunya lewat pameran Meet the Makers "Craft as Art" yang tengah digelar di Jakarta.
Mengusung tema "Mengakar", pameran Meet the Makers "Craft as Art" ke-12 ini ingin memperlihatkan bahwa setiap kerajinan Indonesia mengakar pada nilai seni, sejarah, kebudayaan dan fungsi yang tinggi.
"Mengakar dimaknai pula sebagai masuknya pengetahuan, keterampilan, dan makna berkelanjutan pada generasi muda sebagai penerus seni, sejarah dan kebudayaan Indonesia," ujar Steering Committee Meet the Maker "Craft as Art", Bregas Harrimardoyo, dalam siaran pers tertulis yang diterima Merahputih.com.
Pengambilan tema tentu ada alasan yang melatarbelakanginya. Generasi muda saat ini terkadang hanya melihat kriya seperti kain sebagai bagian dari busana yang dikenakan saat upacara adat atau pesta perkawinan. Mereka tidak lagi mengenal wastra dalam makna sebenarnya. Bahkan, mungkin, tak banyak orang yang mengenal istilah wastra.
Berasal dari Sanskerta, wastra berarti sehelai kain yang dibuat secara tradisional. Pada wastra terdapat motif yang sarat makna. Wajar bila sebagian besar masyarakat tak lagi mengenal makna sebenarnya wastra. Indonesia memang belum mendokumentasikan beragam kriya Nusantara secara lengkap sebagai kebudayaan nasional.
Lewat tema "Mengakar" inilah 14 artisan dari berbagai daerah mengajak pengunjung mengenali makna di bali kriya Nusantara. Keempat belas artisan itu adalah Pekunden Pottery, Gerai Nusantara-AMAN, Kanawida, Batik Rifaiyah, Brahma Tirta Sari, Marenggo Natural Dyes, Wiru, LAWE, Omah Batik Sekar Turi, Borneo Chic, Cinta Bumi, Tafean Pah, Tenun Molo - Bife, dan Savu.
Karya seni para artisan tersebut memiliki cerita tersendiri yang layak diulik karena telah melalui proses panjang dan rumit. Dibutuhkan pula keterampilan khusus dan ketekunan untuk menciptakan sebuah karya seni bernilai tinggi. Uniknya, mereka tak sekadar mencipta dan memprosesnya menjadi karya seni modern bernilai tinggi, tapi juga ramah lingkungan dan berkelanjutan sehingga memberikan manfaat ekonomis bagi masyarakat sekitar.
Acara ini didukung pula oleh Red Lotus, komunitas aktif tempat berkumpulnya para artisan, pengrajin, dan desainer yang didedikasikan untuk menciptakan kerajinan sebagagi benda seni buatan tangan yang memadukan estetika dan fungsi. Organisasi yang secara khusus terlibat secara integral mengelola Meet the Makers adalah Brahma Tirta Sari, Pekunden Keramik, dan Borneo Chic.
Sabtu (7/10), merupakan hari terakhir penyelenggaraan pameran yang digelar di Nusa Gastronomy, Jalan Kemang Raya 81, Jakarta ini. Bila gemar berburu kain tenun, tas anyaman, batik, syal, selendang, busana dan interior rumah, Meet the Makers "Craft as Art" merupakan pilihan tepat.
Apalagi di sana ada sebagian artisan dari daerah yang biasanya sulit dijumpai konsumen di Jakarta. Happy hunting! (*)
Selain Meet the Makers "Craft as Art", di akhir pekan ini Anda juga dapat mengunjungi Festival Ragam Nusantara. Simak beritanya pada artikel Festival Ragam Nusantara di Kota Tua, Wadah Diskusi Budaya Indonesia.
Bagikan
Berita Terkait
Tahok dan Bubur Samin Solo Jadi Warisan Budaya tak Benda

Resmi Ditutup, ini 5 Galeri di Art Jakarta 2025 yang Menarik Perhatian Pengunjung

Antara Alam dan Modernitas: Konsep Unik VIP Lounge Art Jakarta 2025

JICAF 2025: Pameran Ilustrasi Terbesar di Indonesia Hadirkan Pengalaman Seni 'New Heights'

Dari Bali hingga Korea, Art Jakarta 2025 Hadirkan Arus Baru Seni Kontemporer

Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
Tradisi Yaa Qowiyyu Klaten, Ribuan Warga Berebut Gunungan Apem

ArtMoments Jakarta 2025 Tampilkan 600 Seniman dan 57 Galeri, Angkat Tema 'Restoration'

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

ARTSUBS 2025 Hadirkan Ragam Material dan Teknologi dalam Ruang Seni yang Lentur
