Latar Berdirinya Vihara Avalokitesvara dan Peran Sunan Gunung Jati


Vihara Avalokitesvara Banten. (Foto: MerahPutih/Sucitra)
MerahPutih Budaya - Vihara Avalokitesvara Banten punya sejarah panjang. Banyak cerita yang berkembang mengenai latar belakang berdirinya. Ada dua versi cerita, pertama adalah versi buku Ragam Pusaka Budaya Banten yang diterbitkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten pada masa kepemimpinan Mohammad Ali Fadillah.
Sekitar tahun 1652, serombongan orang Cina yang akan pergi ke Tuban kehabisan bekal. Sebelum mencapai daerah di Jawa Timur itu, mereka singgah di Banten. Terjadi perseteruan antara orang-orang Cina dengan penduduk Banten, perseteruan memuncak hingga terjadi perkelahian. Rombongan yang di dalamnya ada seorang putri bernama Ong Tien tersebut mengalami kekalahan.
Melalui kemenangan tersebut, penguasa Banten saat itu Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) menikahi putri Ong Tien. Sebagai dampaknya, timbul perpecahan di kalangan Cina sendiri. Sebagian memeluk Islam, sebagian lagi tetap pada ajaran tanah leluhurnya.
Mengantisipasi keadaan tersebut, Syarief Hidayatullah mengambil kebijakan untuk tetap menghargai kedua kubu dengan membangun masjid pecinan dan sebuah lagi Vihara Budha Avalokitesvara.
Suasana Vihara Avalokitesvara Banten. (Foto: MerahPutih/Sucitra)
Sementara itu, penduduk Kota Serang yang merupakan warga keturunan Cina yang tidak bersedia disebutkan namanya memiliki cerita yang sedikit berbeda. Menurutnya, berdasarkan cerita turun temurun, jauh sebelum itu Syarif Hidayatullah pernah berkunjung ke negeri Cina.
Syarief Hidayatullah mengatakan kepada ayah Putri Ong Tien bahwa sang putri sedang hamil. Padahal, sang putri tidak pernah berhubungan badan dengan lelaki manapun selama hidupnya.
Suatu hari, Putri Ong Tien hendak pergi ke Tuban, rombongannya singgah di Banten. Putri Ong Tien merasa betah tinggal di Banten yang teratur dan multikultur di mana para pengusaha dari seluruh dunia berniaga. Akhirnya, ia memutuskan untuk menetap.
Vihara Avalokitesvara Banten. (Foto: MerahPutih/Sucitra)
Putri Ong Tien juga membangunkan vihara untuk pengikutnya di wilayah Dermayon. Hal itu memicu kemarahan penduduk Banten yang merupakan masyarakat muslim. Syarif Hidayatullah selaku penguasa menengahi dan mengingatkan kepada umat muslim bahwa Nabi Muhammad SAW sendiri melarang perusakan rumah peribadatan, dan Islam tidak memaksakan agama. Pada tahun 1774, vihara dipindahkan ke Pamarican. Setelahnya, terjadilah pernikahan antara Syarief Hidayatullah dan Putri Ong Tien.
"Kami (warga keturunan Cina) menyebut beliau Mak Ong Tien, sewaktu saya kecil diajak orang tua ke Museum Banten, 'ayo kita lihat rambut Mak Ong Tien,'" katanya Selasa (13/12) untuk menggambarkan betapa Putri Ong Tien memiliki rambut panjang nan indah. (Ctr)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Umat Buddha Gelar Buka Puasa Bersama untuk Umat Muslim saat Ramadan 1446 H di Vihara Dharma Bakti

Warga Etnis Tionghoa Berburu Pernak-pernik Jelang Perayaan Imlek 2025

Komunitas Tionghoa Curhat ke RIDO, Jakarta Harus Punya Gedung Opera Kesenian

Bertemu Komunitas Tionghoa, Ridwan Kamil Pamer Punya 20 Karya di China

Memahami Makna di Balik Angka 8 dalam Kepercayaan Masyarakat Tionghoa

Lampion dan Dekorasi Naga Warnai Kota Solo

Sering Keliru, Ini Perbedaan Mata Uang Yuan dan Renminbi

Akulturasi Budaya Cirebon dan Tionghoa dalam Festival Pecinan Cirebon

PITI Kunjungi MUI Pusat demi Kolaborasi Tuntaskan Masalah Keumatan dan Kebangsaan
PITI Kunjungi Muhammadiyah Kuatkan Sinergi Demi Merawat Harmonisasi Bangsa
