Latar Belakang Pelaku Ledakan SMAN 72: Bapak dan Ibunya Terpisah
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung. (foto: Merahputih.com/Asropih).
MERAHPUTIH.COM - GUBERNUR DKI Jakarta Pramono Anung dengan tegas membantah adanya perundungan atau bullying yang menjadi motif pelaku melakukan ledakan di SMA Negeri 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara. Pramono menilai tindakan siswa tersebut dipengaruhi konten kekerasan yang diakses melalui media sosial.
Dari hasil penyelidikan polisi, pelaku diketahui menyiapkan tujuh bahan peledak dan mengenakan pakaian menyerupai karakter film laga saat membawa bahan berbahaya itu ke sekolah.
"Tapi kalau melihat dari tujuh bom yang dipersiapkan dan kemudian cara dia membawa, kemudian pakaian kayak Rambo dan sebagainya, ya mungkin ini pengaruh dari YouTube, media sosial," ucap Pramono di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Kamis (13/11).
Lebih lanjut, Pramono meminta Dinas Pendidikan (Disdik) DKI untuk segera menindaklanjuti temuan tersebut dengan pendekatan edukatif kepada para pelajar. Ia menekankan pentingnya pembinaan agar siswa tidak mudah terpengaruh oleh konten digital yang berpotensi memicu kekerasan. "Inilah yang kemudian saya sudah minta kepada Ibu Kepala Dinas segera ditangani. Bahwa anak-anak di pelajar itu tidak semudah itu untuk bisa kemudian menginspirasi dia melakukan seperti yang ada di media sosial," ujar Pramono.
Baca juga:
Kasus Ledakan di SMAN 72 Jakarta: Ayah dan 46 Teman Diperiksa, Kondisi Pelaku Sudah Sadar
Pramono mengungkap soal sosok siswa yang menjadi pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta. Dari hasil pengamatannya saat menjenguk pelaku di rumah sakit dan berdasarkan keterangan keluarga usai kejadian, menurut dia, siswa tersebut kerap merasa sendiri karena kehidupan sehari-harinya tidak mendapat kehadiran keluarga yang lengkap.
"Pelakunya ini, keluarganya, antara bapak dan ibunya terpisah. Selama ini dia hidup dengan ayahnya. Ayahnya pun kan chef, sibuk. Kebetulan ketika setelah kejadian, walaupun masih dalam keadaan tidak sadar pelakunya, saya sempat melihat di rumah sakit," papar dia.
Pernyataan Pramono mengenai sosok pelaku juga senada dengan pihak kepolisian. Disebutkan, terduga pelaku ledakan bom di SMAN 72 Jakarta, yang berada di Kelapa Gading, Jakarta Utara, ditetapkan sebagai anak berhadapan dengan hukum (ABH) dan dijerat pasal berlapis.
Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Metro Jaya, Kombes Iman Imanuddin mengatakan, di samping adanya aspek pidana, Iman menyoroti faktor psikologis yang menjadi latar belakang tindakan pelaku. Berdasarkan hasil penyelidikan, lanjut Iman, pelaku diduga mengalami tekanan emosional dan perasaan terisolasi dari lingkungan sekitarnya. Akibatnya, tidak adanya tempat atau seseorang untuk menyampaikan keluh kesah (mencurahkan isi hati) membuat kondisi terduga pelaku tidak stabil.
"Yang bersangkutan merasa sendiri dan tidak memiliki tempat untuk menyampaikan keluh kesah, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun pergaulan," ucapnya.
Iman tidak menjelaskan bagaimana proses hukum terduga pelaku sebab hingga saat ini kepolisian masih fokus pada pemulihan kondisi korban, baik secara fisik maupun psikologis.(Asp)
Baca juga:
Polisi Periksa Ayah Pelaku Ledakan SMAN 72, Fokus Dalami Hubungan Keluarga dan Latar Belakang ABH
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Latar Belakang Pelaku Ledakan SMAN 72: Bapak dan Ibunya Terpisah
Diprotes Pedagang, Pasar Jaya Jelaskan Alasan Penyegelan Kios di Pasar Pramuka
Ayah Siswa Pelaku Peledakan SMAN 72 Diperiksa, Dugaan Perundungan Masih Didalami
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Kasus Ledakan di SMAN 72 Jakarta: Ayah dan 46 Teman Diperiksa, Kondisi Pelaku Sudah Sadar
20 Korban Ledakan SMAN 72 Masih Dirawat di RS Termasuk Pelaku, Kondisi Terparah Patah Tulang Tengkorak
Polisi Periksa Ayah Pelaku Ledakan SMAN 72, Fokus Dalami Hubungan Keluarga dan Latar Belakang ABH
Pelaku Peledakan SMAN 72 Tonton Video Kekerasan, Disdik DKI Harus Blokir Akses Konten Berbahaya di Sekolah
Ketua DPRD DKI Tetap Ketok Raperda APBD 2026, Sempat Dihujani Interupsi
Pramono Minta Usut Tuntas Kematian Pemotor yang Tewas Terlindas Mikrotrans